kutulilin merupakan hama yang memiliki siklus hidup yang kompleks. Pada umumnya pertumbuhan kutulilin akan meningkat pada musim kemarau. Pada
musim hujan pertumbuhan kutulilin akan tertekan karena air hujan dapat mencuci benang-benang yang dikeluarkan hama sebagai tempat berlindung dan
berkembang biak. Menurut McClure 1990, P. boerneri akan menyebabkan kulit
kayu menjadi keriput yang digunakan sebagai tempat perlindungan baik dari cuaca buruk maupun musuh alaminya.
2.3.3 Serangan kutulilin Pinus P. boerneri
Hama kutulilin pinus di Indonesia dapat menyerang tusam mulai dari persemaian sampai dewasa Rachmatsjah, 2012. Kutulilin mengganggu
pertumbuhan tanaman tusam dengan cara menghisap cairan pohon, khususnya pada bagian pucuk. Daun tusam yang terserang kutulilin akan telihat tanda-tanda
seperti tepung putih berupa bintik-bintik. Lapisan putih tersebut merupakan benang-benang yang dikeluarkan sebagai tempat perlindungan hama. Saat daun
tanaman terserang, akan terjadi perubahan warna daun menjadi kuning hingga cokelat, mengering dan akhirnya pucuk menjadi mati serta pertumbuhan cabang
menjadi tidak normal Iriando S, 2011. Serangan yang terjadi dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada
tegakan pinus. Akibat serangan yang ditimbulkan adalah adanya kelainan bentuk dan kehilangan pertumbuhan pohon tersebut karena hama menghisap cairan dari
pohon. Menurut Chilima dan Leather, 2001, serangan kutulilin menyebabkan kematian pucuk secara perlahan, menyebabkan distorsi cabang, pertumbuhan
menjadi terhambat, daun menjadi cokelat dan mati, tajuk menipis, dan menyebabkan kematian pada pohon.
Menurut McClure 1982, kutulilin pinus di Amerika Utara menyerang tanaman pinus pada umur 3 tahun hingga dewasa dengan cara menghisap cairan
buah dan dapat juga menghambat proses fotosintesis tanaman
. Selain
P. boerneri, pohon pinus juga dapat terserang
P. resinosa. Dampak serangan yang ditimbulkan oleh P. resinosa dan P. boerneri pada P. edalrica adalah relatif sama, hal ini dilaporkan
oleh Mendel and Liphschitz pada tahun1988. Selain itu, serangan P. boerneri juga
menunjukkan dampak yang sama dengan serangan Adelges piceae pada tanaman Abies
balsamea Hain, 1988.
Hasil penelitian yang membandingkan biomassa tanaman
pinus yang terserang dengan yang tidak terserang oleh P. boerneri dan M. resinosae menunjukkan bahwa hama tersebut dapat mengurangi biomassa
tanaman. Selain itu, akibat serangan cabang menjadi terdistorsi dan retak sehingga mengakibatkan keluarnya getah sebagai respon McClure, 1989.
Wilson dalam Rachmatsjah 2012, juga menyebutkan bahwa selain P.
boerneri, P strobi juga merupakan hama yang berbahaya baik di persemaian maupun tegakan dan pada tanaman hias. Hama ini menyerang pohon dan
menyebabkan daun menjadi layu dan pertumbuhannya terhenti.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di tegakan pinus KPH Bandung Utara Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan,
Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor selama bulan September hingga Oktober 2012.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah meteran, tambang, kadukul, parang, talang seng, wadah penampung getah, paku dan palu,
tally sheet, gelas ukur 250 cc, saringan, alat tulis, gelas, Erlenmeyer, timbangan dan pengaduk. Bahan yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah tegakan pohon
P. merkusii yang terkena serangan kutulilin, data serangan P. boerneri pada tegakan P. merkusii di KPH Bandung Utara Perum Perhutani Unit III Jawa Barat,
alkohol, phenolphthalein, kalium hidroksida dan toluol teknis atau pelarut sejenis.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara bertahap terdiri dari tiga tahap yaitu pengambilan data sekunder, melakukan survey dan pengambilan data primer,
pengolahan dan analisa data serta pembuatan laporan.
Pengambilan Data Sekunder
Data sekunder adalah data mengenai adanya serangan kutulilin pinus pada tegakan pohon pinus meliputi luas dan letak tegakan yang terserang kutulilin
pinus, kelas umur tegakan, kondisi pohon terserang dan lain-lain yang sangat perlu untuk dijadikan dasar dalam pembuktian lebih lanjut. Data sekunder
diperoleh melalui wawancara dengan petugas lapangan dan menghimpun data mengenai serangan kutulilin pinus pada tegakan P. merkusii baik dari kantor pusat
maupun unit KPH.
Survey
Survey ditujukan untuk melihat secara langsung kondisi serangan di lapangan. Selanjutnya untuk mendapatkan data primer, pertama-tama dilakukan
survey di lapangan dan menentukan pohon contoh pada berbagai tingkat serangan untuk mendapatkan getah pinus yang akan diuji lebih lanjut di laboratorium.