Dampak Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Aliran Permukaan

42 yang berupa perladangan berpindah. Dimana, lahan ini tidak ditanam secara terus- menurus indeks pertanaman rendah sehingga pada periode tertentu bera lahan tersebut ditumbuhi alang-alang atau semak belukar. Penggunaan lahan budidaya pertanian lainnya yaitu kebun campuran. Penggunaan lahan ini cenderung mengalami peningkatan walaupun masih belum signifikan bila dibandingkan dengan luas DAS. Perubahan penggunaan lahan alang-alang dan tanah terbuka cenderung berfluktuatif. Antara tahun 19912001, areal alang-alang dan tanah terbuka mengalami peningkatan masing- masing seluas 1 075 dan 711 ha atau rata-rata 108 dan 71 ha tahun -1 . Sedangkan antara tahun 20012007 penggunaan lahan alang- alang dan semak belukar mengalami penurunan masing- masing seluas 724 dan 351 ha atau rata-rata 145 dan 70 ha tahun -1 . Mellese dan Shih 2002 dalam Ebrahimean et al., 2009 menunjukkan bahwa adanya perubahan penggunaan lahan dapat merubah nilai bilangan kurva sehingga dapat merubah respon hidrologi dengan peningkatan atau penurunan volume aliran permukaan. Dimana, berkurangnya luas lahan pertanian dalam dua dekade pada lahan yang memiliki nilai BK yang lebih besar dari 90 bertambah sebesar 2.2. Begitu juga perubahan penggunaan lahan yang terjadi di DAS Separi, dimana perubahan lahan hutan menjadi semak belukar telah meningkatkan nilai BK. Hutan dengan kondisi baik memiliki nilai BK 25 sampai 77, sedangkan semak belukar memiliki BK yang lebih tinggi, yaitu 45 sampai 88. Meningkatnya nilai BK menandakan jumlah pengisian ulang ke dalam sistem DAS semakin berkurang. Dengan demikian, dapat meningkatkan aliran permukaan.

5.3. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Aliran Permukaan

Pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap aliran permukaan dikaji dengan simulasi hidrograf menggunakan model HEC-HMS. Simulasi model HEC-HMS menggunakan masukan yang dihasilkan dari penggunaan lahan tahun 1991, 2001 dan 2007. Asumsi yang digunakan adalah semua parameter model dianggap tetap kecuali parameter bilangan kurva. Nilai BK tahun 1991, 2001 dan 2007 disajikan pada Tabel 13. Input hujan yang digunakan dalam simulasi ini adalah kejadian hujan tanggal 6 Maret 2007, dengan karakteristik sebagai berikut: 43 total hujan sebesar 67.8 mm, durasi hujan selama 17 jam dan intensitas hujan maksimum sebesar 17.9 mmjam. Tabel 13. Bilangan kurva pada penggunaan lahan tahun 1991, 2001 dan 2007. Sub DAS Bilangan Kurva pada Penggunaan Lahan Tahun 1991 2001 2007 1 68.47 75.61 77.52 2 67.98 73.58 79.12 3 65.72 71.29 77.61 4 64.56 68.21 75.02 5 70.54 77.24 79.88 6 64.49 70.62 75.10 7 73.82 79.90 81.08 8 73.15 80.83 82.31 9 70.99 82.82 84.65 10 77.72 80.20 90.32 11 69.87 77.54 77.38 Perbandingan hidrograf hasil simulasi dari penggunaan lahan tahun 1991, 2001 dan 2007 disajikan pada Gambar 13. Waktu puncak yang dihasilkan dari penggunaan lahan tahun 1991, 2001 dan 2007 adalah sama, yaitu 25 jam. Dengan demikian, perubahan penggunaan lahan di DAS Separi tidak berpengaruh terhadap waktu puncak aliran permukaan. Hal ini mungkin disebabkan oleh karakteristik model HEC-HMS yang tidak sensitif terhadap perubahan penggunaan lahan khususnya untuk waktu puncak hidrograf. Hal ini berlawanan dengan yang dikemukakan Hakim 2008, dimana peningkatan hutan dan pengurangan semak belukar dan lahan terbuka di DAS Separi dapat memperlambat waktu puncak hidrograf. Debit puncak yang dihasilkan oleh penggunaan lahan tahun 1991, 2001 dan 2007 masing- masing sebesar 38.1, 49.2 dan 56.9 m 3 det -1 . Dengan demikian, penggunaan lahan tahun 2001 menghasilkan debit puncak lebih tinggi 11.1 m 3 det -1 29.1 dari pada penggunaan laha n tahun 1991, dan penggunaan lahan tahun 2007 menghasilkan debit puncak lebih tinggi 18.8 m 3 det -1 49.3 dari pada penggunaan lahan tahun 1991. Volume aliran permukaan yang dihasilkan oleh penggunaan lahan tahun 1991, 2001 dan 2007 masing- masing sebesar 4 019.6 10 3 , 5 177.3 10 3 dan 6 010.3 10 3 m 3 . Dengan membagi volume aliran permukaan tersebut dengan luas DAS Separi yang sebesar 23 351 ha, maka diperoleh tebal aliran permukaan dari 44 10 20 30 40 50 60 12 24 36 48 60 72 84 96 108 120 132 Waktu jam Debit m3det 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Hujan mm Hujan Q Tahun 1991 Q Tahun 2001 Q Tahun 2007 penggunaan lahan tahun 1991, 2001 dan 2007 masing- masing sebesar 17.2, 22.2 dan 25.7 mm. Adapun koefisien aliran permukaan perbandingan antara tebal aliran permukaan dengan tebal hujan untuk penggunaan lahan tahun 1991, 2001 dan 2007 masing- masing sebesar 0.25, 0.33 dan 0.38. Dengan demikian, terjadi peningkatan koefisien aliran permukaan pada penggunaan lahan tahun 2001 dan 2007 dibandingkan penggunaan lahan tahun 1991 masing- masing sebesar 0.08 32 dan 0.13 52. Gambar 13. Perbandingan Hidrograf Aliran Permukaan Model antara Penggunaan Lahan Tahun 1991, 2001 dan 2007 Menggunakan Input Hujan Tanggal 6 Maret 2007. Dibandingkan dengan penggunaan lahan tahun 1991, peningkatan debit puncak sebesar 29.1 dan koefisien aliran permukaan sebesar 32.0 pada tahun 2001 disebabkan karena konversi hutan seluas 16 720 ha menjadi semak belukar, alang-alang dan tanah terbuka. Ketiga penggunaan lahan ini memiliki nilai BK yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai BK hutan terutama lahan terbuka yang nilai BK-nya sebesar 77 sampai 94. Adapun peningkatan debit puncak dan koefisien aliran permukaan pada tahun 2007 hanya disebabkan oleh konversi hutan menjadi semak belukar. Sedangkan perubahan penggunaan lahan lainnya permukiman, sawah, kebun campuran dan tegalan memberikan andil yang sangat kecil terhadap peningkatan aliran permukaan. Secara umum, perubahan penggunaan lahan yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan aliran permukaan di DAS Separi adalah konversi hutan 45 menjadi semak belukar, karena luas hutan yang dikonversi dari tahun 1991 sampai 2007 sangat besar, yaitu 20 699 ha. Dibandingkan hutan, semak belukar memiliki kemampuan mengintersepsi, menginfiltrasi dan menyerap air hujan yang lebih rendah dibandingkan dengan vegetasi hutan pada umumnya. Selain itu, serasah yang dihasilkan dari vegetasi semak belukar tidak sebanyak vegetasi hutan sehingga retensi permukaan menjadi menurun. Menurut Noordwijk et al. 2004 serapan air oleh pohon diantara kejadian hujan akan mempengaruhi jumlah air yang dapat disimpan dari kejadian hujan berikutnya, sehingga selanjutnya akan mempengaruhi proses infiltrasi dan aliran permukaan. Selain itu, seresah hutan yang lebih tinggi dapat melindungi tanah dari pukulan air hujan yang dapat menghancurkan agregat tanah. Hancuran partikel tanah akan menyebabkan penyumbatan pori tanah makro sehingga menghambat infiltrasi air tanah, akibatnya aliran permukaan akan meningkat. 5.4. Skenario Penggunaan Lahan 5.4.1. Proyeksi Penggunaan Lahan Tahun 2013 Skenario 1