Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Skenario 2

46 Bila menggunakan persamaan untuk semak belukar, maka penggunaan lahan semak belukar pada tahun 2013 seluas 29 855 ha. Mengingat luas DAS Separi hanya 23 351 ha, dan juga masih terdapat penggunaan lahan lainnya yang membutuhkan alokasi di DAS Separi, maka pertumbuhan lahan semak belukar dibatasi, yaitu luas DAS dikurangi luas penggunaan lahan lainnya permukiman, sawah, ladang, kebun campuran dan hutan. Kesulitan yang diperoleh dalam memprediksi trend perubahan penggunaan lahan di DAS Separi adalah jumlah data tahun penggunaan lahan yang sangat sedikit 3 titik. Selain itu, pertumbuhan luas permukiman juga tidak mempertimbangkan faktor pertambahan jumlah pendudukan sehingga persamaan yang dihasilkan mungkin tidak mempresentasikan kondisi yang sesungguhnya.

5.4.2. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Skenario 2

Berdasarkan lima faktor fisik yang menjadi kriteria kawasan lindung sesuai dengan Keppres No. 32 tahun 1990, maka diperoleh luas kawasan lindung sebesar 5 702 ha atau 24.4 dari luas DAS, sementara itu sisanya seluas 17 649 ha 75.6 merupakan kawasan non- lindung. Penyebaran kawasan lindung sebagian besar terdapat di Sub DAS 8, 10 dan 11 Lampiran 11. Hasil evaluasi kawasan lindung pada berbagai penggunaan lahan eksisting di DAS Separi menunjukkan bahwa terdapat penggunaan lahan bukan hutan seluas 5 594 ha yang berada pada kawasan lindung Tabel 15. Adapun penggunaan lahan yang berada pada kawasan lindung adalah sebagai berikut: tanah terbuka 320 ha 5.6, permukiman 13 ha 0.2, semak belukar 5 044 ha 88.5, alang-alang 54 ha 1.0, sawah 84 ha 1.5, kebun campuran 11 ha 0.2 dan tegalan 68 ha 1.2. Sedangkan hutan yang berada pada kawasan lindung hanya seluas 108 ha 1.9. Jika dibandingkan dengan penggunaan lahan eksisting, areal hutan yang tersisa tinggal 1 069 ha, berarti luas hutan ini masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan luas hutan kawasan lindung yang seyogyanya seluas 5 706 ha, sehingga luas hutan yang masih tersisa harus terus dipertahankan keberadaannya. Selain itu, perlu dilakukan reboisasi pada lahan non- hutan yang berada di kawasan lindung. 47 Tabel 15. Distribusi penggunaan lahan eksisting pada kawasan non-lindung dan lindung. Penggunaan Lahan Kawasan Non-Lindung ha Kawasan Lindung ha Total ha Tanah terbuka 460 2.6 320 5.6 780 Permukiman 25 0.1 13 0.2 38 Hutan 961 5.5 108 1.9 1 069 Semak blukar 15 571 88.2 5 044 88.5 20 615 Alang-alang 297 1.7 54 0.9 351 Sawah 151 0.9 84 1.5 235 Kebun campuran 77 0.4 11 0.2 88 Tegalan 107 0.6 68 1.2 175 Total 17 649 100 5 702 100 23 351 Hutan lindung mempunyai fungsi perlindunganpenyangga terhadap aliran air ke daerah hilir. Fungsi ini dapat mengurangi debit puncak pada kejadian hujan. Fungsi penyangga dapat ditingkatkan dengan jalan meningkatkan penggunaan air dan mempertahankan struktur tanah pada daerah perbukitan hillslope. Fungsi perlindungan pada daerah hulu sebenarnya dapat diberikan oleh tutupan dari berbagai macam vegetasi, selama sistem tersebut mampu dalam: a mempertahankan lapisan seresah di permukaan tanah, b mencegah terbentuknya parit-parit akibat erosi dan c menyerap air untuk evapotranspirasi Noordwijk et al., 2004 . Kaitannya dengan hal ini, penerapan sistem agroforestri pada lahan pertanian yang berada pada kawasan lindung dapat menjadi alternatif pengganti fungsi hutan dalam menjaga tata air DAS. Agroforestri diartikan sebagai sistem penggunaan lahan usahatani yang mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan Ruijter Agus, 2004. Melalui kombinasi ini yang menciptakan komunitas tanaman dengan berbagai strata tajuk, sehingga tidak saja dapat meminimumkan aliran permukaan, juga dapat mengurangi erosi, mencegah hilangnya unsur hara dari lahan tersebut dan memaksimumkan penggunaan energi sinar matahari. Hasil evaluasi kawasan lindung digunakan untuk menyusun alokasi penggunaan lahan skenario 2. Skema alokasi penggunaan lahan pada skenario 2 adalah sebagai berikut: a hutan yang berada di kawasan lindung dan di luar 48 kawasan lindung tetap dipertahankan sebagai hutan b semak belukar, tanah terbuka dan alang-alang yang berada di kawasan lindung dirubah menjadi hutan c sawah yang berada di kawasan lindung tidak dirubah kembali menjadi hutan, namun dilakukan perbaikan agroteknologi seperti penerapan tindakan konservasi, d kebun campuran yang berada di kawasan lindung dijadikan agroforestri dengan sistem multi strata, e tegalan yang berada di kawasan lindung dijadikan agroforestri dengan sistem pertanaman lorong dan f permukiman yang terdapat di kawasan lindung tetap dijadikan permukiman karena permukiman merupakan penggunaan lahan permanen. Dengan demikian, pada skenario ini terjadi penambahan luas hutan yang proporsional dengan penurunan luas tanah terbuka, alang-alang dan semak belukar. Adapun penambahan luas agroforestri proporsional dengan penurunan luas kebun campuran dan tegalan. Luas penggunaan lahan untuk skenario 2 disajikan pada Tabel 16. Peta penggunaan lahan untuk skenario 2 disajikan pada Lampiran 11. Tabel 16. Luas penggunaan lahan skenario 2. No Penggunaan Lahan Luas ha Persentase 1 Hutan 6 487 27.78 2 Permukiman 32 0.14 3 Sawah 235 1.01 4 Kebun Campuran 77 0.33 5 Tegalan 107 0.46 6 Agroforestri 79 0.34 7 Semak Belukar 15 577 66.71 8 Tanah Terbuka 460 1.97 9 Alang-Alang 297 1.27 Total 23 351 100

5.4.3. Kelas Kemampuan Lahan Skenario 3