48
kawasan lindung tetap dipertahankan sebagai hutan b semak belukar, tanah terbuka dan alang-alang yang berada di kawasan lindung dirubah menjadi hutan c
sawah yang berada di kawasan lindung tidak dirubah kembali menjadi hutan, namun dilakukan perbaikan agroteknologi seperti penerapan tindakan konservasi,
d kebun campuran yang berada di kawasan lindung dijadikan agroforestri dengan sistem multi strata, e tegalan yang berada di kawasan lindung dijadikan
agroforestri dengan sistem pertanaman lorong dan f permukiman yang terdapat di kawasan lindung tetap dijadikan permukiman karena permukiman merupakan
penggunaan lahan permanen. Dengan demikian, pada skenario ini terjadi penambahan luas hutan yang
proporsional dengan penurunan luas tanah terbuka, alang-alang dan semak belukar. Adapun penambahan luas agroforestri proporsional dengan penurunan
luas kebun campuran dan tegalan. Luas penggunaan lahan untuk skenario 2 disajikan pada Tabel 16. Peta penggunaan lahan untuk skenario 2 disajikan pada
Lampiran 11. Tabel 16. Luas penggunaan lahan skenario 2.
No Penggunaan Lahan
Luas ha Persentase
1 Hutan
6 487 27.78
2 Permukiman
32 0.14
3 Sawah
235 1.01
4 Kebun Campuran
77 0.33
5 Tegalan
107 0.46
6 Agroforestri
79 0.34
7 Semak Belukar
15 577 66.71
8 Tanah Terbuka
460 1.97
9 Alang-Alang
297 1.27
Total 23 351
100
5.4.3. Kelas Kemampuan Lahan Skenario 3
Evaluasi kemampuan lahan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian antara penggunaan lahan yang ada di DAS Separi dengan kelas
kemampuan lahan. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya akan menimbulkan degradasi lahan. Selain itu, praktek penggunaan lahan yang
tidak disertai dengan tindakan konservasi tanah dan air akan menimbulkan erosi dan meningkatkan aliran permukaan.
49
Hasil klasifikasi kemampuan lahan terhadap unit lahan menunjukkan bahwa terdapat tujuh kelas kemampuan lahan di DAS Separi Lampiran 12 dan Lampiran
13. Hasil evaluasi antara kelas kemampuan lahan dengan penggunaan lahan eksisting menunjukkan bahwa masih terdapat penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan kelas kemampuannya. Seperti, kebun campuran yang berada pada kelas VI dan VII, dan tegalan yang berada pada kelas V dan VI.
Uraian mengenai kelas kemampuan lahan yang ada di DAS Separi adalah sebagai berikut:
Kelas I
. Kelas ini memiliki luas 1 024 ha 4.4. Lahan pada kelas ini memiliki sedikit hambatan yang membatasi penggunaannya. Lahan ini terletak pada daerah
yang datar, memiliki drainase yang baik dan permeabilitas sedang. Lahan ini sesuai untuk berbagai penggunaan. Penggunaan lahan yang terdapat pada kelas ini
adalah permukiman, sawah, tegalan dan semak belukar. Kelas ini tidak memiliki sub kelas.
Kelas II . Kelas ini memiliki luas 1 930 ha 8.3. Lahan pada kelas ini memiliki
beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya. Hambatan yang ditemukan adalah lereng yang tidak datar
landai dan drainase sedang. Lahan ini sesuai untuk tanaman semusim, tanaman tahunan, padang rumput, hutan produksi dan hutan lindung. Tanah-tanah dalam
kelas ini membutuhkan sistem pertanian konservasi jika digunakan untuk tanaman semusim. Tindakan konservasi tersebut dapat berupa salah satu atau kombinasi
dari tindakan-tindakan berikut: guludan, penanaman dalam strip, pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman dengan rumput dan leguminosa, mulsa.
Penggunaan lahan yang terdapat pada kelas ini adalah permukiman, sawah, tegalan, kebun campuran, semak belukar, hutan dan tanah terbuka. Kelas ini
terdiri dari dua sub kelas yaitu sub kelas IIe dan IIw.
Kelas III . Kelas ini memiliki luas 9 245 ha 39.6. Lahan pada kelas ini
memiliki hambatan yang berat yang mengurangi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau keduanya. Hambatan yang
ditemukan adalah lereng yang agak miring, kepekaan erosi agak tinggi dan drainase agak buruk. Lahan dapat digunakan untuk tanaman semusim, tanama n
tahunan, padang rumput, hutan produksi dan hutan lindung. Jika diusahakan untuk
50
tanaman semusim atau tahunan pada tanah yang memiliki drainase yang agak buruk, memerlukan perbaikan drainase. Pada lahan yang agak miring, tindakan-
tindakan konservasi diperlukan untuk mencegah erosi, seperti guludan bersaluran, penanaman dalam strip, penggunaan mulsa, pergiliran tanaman atau pembuatan
teras atau kombinasi dari tindakan-tindakan tersebut. Penggunaan lahan yang terdapat pada kelas ini adalah permukiman, tegalan, kebun campuran, semak
belukar, hutan dan tanah terbuka. Kelas ini terdiri dari sub kelas IIIe dan IIIw.
Kelas IV . Kelas ini memiliki luas 4 815 ha 20.6. Lahan pada kelas ini
memiliki hambatan yang lebih besar dari pada kelas III, juga pilihan tanaman lebih terbatas. Hambatan atau ancaman kerusakan yang ditemukan adalah
ancaman erosi yang sangat tinggi, terletak pada lereng yang miring dan kedalaman tanah yang sangat dangkal kurang dari 25 cm. Lahan ini dapat
digunakan untuk tanaman semusim dan tahunan, tanaman rumput, hutan produksi dan hutan lindung. Jika digunakan untuk tanaman semusim diperlukan
pengelolaan yang hati- hati dan tindakan konservasi yang lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saluran bervegetasi dan dam penghambat.
Namun, khusus untuk lahan yang memiliki faktor penghambat berupa kedalam tanah yang sangat dangkal penggunaannya tidak cocok untuk tanaman semusim
dan perkebunan karena memiliki penghambat yang tidak praktis untuk dihilangkan, sehingga penggunaannya hanya terbatas untuk padang rumut dan
hutan. Penggunaan lahan yang terdapat pada kelas ini adalah permukiman, tegalan, kebun campuran, semak belukar, alang-alang, hutan dan tanah terbuka.
Kelas ini terdiri dari sub kelas IVe dan IVs.
Kelas V . Kelas ini memiliki luas 3 356 ha 14.4. Hambatan yang ditemukan
adalah drainase yang sangat buruk. Lahan ini memiliki tidak cocok untuk tanaman semusim dan perkebunan karena memiliki hambatan yang tidak praktis untuk
dihilangkan, sehingga penggunaannya terbatas hanya untuk tanaman rumput, padang pengembalaan, hutan produksi atau hutan lindung. Penggunaan lahan yang
terdapat pada kelas ini adalah permukiman, sawah, tegalan, kebun campuran, semak belukar, alang-alang, hutan dan tanah terbuka. Kelas ini terdiri dari sub
kelas Vw.
51
Kelas VI . Kelas ini memiliki luas 2 269 ha 9.7. Lahan yang termasuk kelas ini
memiliki hambatan yang berat yang menyebabkan lahan ini tidak sesuai untuk penggunaan pertanian. Penggunaannya terbatas untuk tanaman rumput, hutan
produksi dan hutan lindung. Hambatan atau ancaman kerusakan yang ditemukan adalah lereng yang agak curam. Penggunaan lahan yang terdapat pada kelas VI
adalah permukiman, tegalan, semak belukar, alang-alang, hutan dan tanah terbuka. Kelas ini terdiri dari sub kelas VIe.
Kelas VII . Kelas ini memiliki luas 712 ha 3.0. Lahan ini tidak sesuai untuk
budidaya pertanian dan hanya sesuai untuk penggembalaan terbatas, hutan produksi dan hutan lindung. Hambatan yang ditemukan adalah lereng yang curam.
Penggunaan lahan yang terdapat pada kelas VII yaitu tegalan, hutan, semak, belukar, tanah terbuka dan alang-alang. Penggunaan lahan yang terdapat pada
kelas VII adalah kebun campuran, semak belukar, hutan dan tanah terbuka. Kelas ini terdiri dari sub kelas VIIe.
Berdasarkan hasil evaluasi kemampuan lahan di atas, maka disusun skema alokasi penggunaan lahan di DAS Separi sebagai berikut:
- Permukiman yang terdapat pada kelas I, sub kelas IIw, IIe, IIIe, IVe, Vw dan
VIe tetap dipertahankan sebagai permukiman. -
Sawah yang berada pada kelas I, sub kelas IIw dan IIe tetap dijadikan sawah. -
Tegalan yang berada pada kelas I, sub kelas IIw, IIe, IIIe, IVe dan Vw tetap dijadikan tegalan, sedangkan yang berada pada sub kelas VIe dirubah menjadi
agroforestri dengan sistem pertanaman lorong. -
Kebun campuran yang berada pada sub kelas IIe, IIIe, IVe, Vw tetap dijadikan kebun campuran, sedangkan yang berada pada sub kelas VIIe dijadikan
agroforestri dengan sistem multistara. -
Hutan tetap dipertahankan sebagi hutan. -
Semak belukar, alang-alang dan tanah terbuka yang berada pada kelas I, sub kelas IIw dan IIIw dijadikan sawah, pada sub kelas IIe dan IIIe dijadikan
tegalan, pada sub kelas IVe dijadikan kebun campuran, pada sub kelas VIe dijadikan agroforestri dengan sistem multistrata, sedangkan pada sub kelas
IVs, Vw dan VIIe dijadikan hutan.
52
Skema alokasi lahan untuk skenario 3 secara lebih lengkap dapat dilihat pada rekomendasi penggunaan dan pengelolaan lahan pada Lampiran 14.
Luas penggunaan lahan skenario 3 disajikan pada Tabel 17. Sedangkan peta penggunaan lahan skenario 3 disajikan pada Lampiran 15. Perlu diketahui bahwa
arahan penggunaan lahan yang telah disusun hanya mempertimbangkan faktor fisik lahan tetapi belum memperhitungkan faktor ekonomi seperti analisis
kelayakan usaha tani. Tabel 17. Luas penggunaan lahan skenario 3.
No Penggunaan Lahan
Luas ha Persentase
1 Sawah
3 360 14.39
2 Tegalan
8 347 35.75
3 Kebun Campuran
2 852 12.21
4 Agroforestri
1 789 7.66
5 Hutan
6 972 29.86
6 Permukiman
32 0.13
Total 23 351
100.00
5.5. Penggunaan Lahan Terbaik yang Dapat Menurunkan Aliran Permukaan