Kalibrasi Penyusunan Skenario Penggunaan Lahan Proyeksi Penggunaan Lahan Tahun 2013 Skenario 1

19 s Gambar 4. Cara Pemisahan Hidrograf Metode Garis Lurus.

3.3.4. Kalibrasi

Kalibrasi model adalah proses penyesuaian nilai paramater model sampai hasil simulasi cocok dengan data pengukuran Garcia et al., 2008. Kalibrasi model dengan data hasil pengukuran adalah sebuah langkah yang penting dalam membuat representasi DAS yang dapat dipercaya Knebl et al., 2005. Parameter DAS yang telah dikemukakan sebelumnya mungkin perlu dimodifikasi untuk menghasilkan hidrograf yang paling sesuai antara model dan pengukuran. Metode kalibrasi yang digunakan adalah koefisien efisiensi Nash-Sutcliffe. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut Nash Sutcliffe dalam Garcia et al., 2008: 11 dimana EST i adalah aliran permukaan yang dihasilkan oleh model, REC i adalah aliran permukaan hasil pengukuran, REC adalah rata-rata aliran permukaan hasil pengukuran.             − − − = ∑ ∑ = = n i i n i i i REC REC REC EST E 1 2 2 1 1 1 10 100 1000 10000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Waktu jam Debit m3det A B 20 Nilai koefisien efisiensi Nash-Sutctlife menunjukkan tingkat akurasi model, dimana nilai E0.5 adalah tingkat akurasi rendah, 0.5E0.7 adalah tingkat akurasi tinggi dan E0.7 adalah tingkat akurasi sangat tinggi Garcia et al., 2008. Model dikalibrasi dengan pasangan data hujan-debit aliran permukaan pada tahun 2007. Parameter hidrograf yang dibandingkan adalah debit puncak, waktu debit puncak dan volume aliran permukaan. Jika model memiliki akurasi yang sangat tinggi, maka bisa digunakan untuk menge valuasi perubahan respon hidrologi disebabkan modifikasi penggunaan lahan.

3.3.5. Penyusunan Skenario Penggunaan Lahan Proyeksi Penggunaan Lahan Tahun 2013 Skenario 1

Pada skenario 1 alokasi penggunaan lahan disusun berdasarkan status perubahan penggunaan lahan dari tahun 19912001 dan tahun 20012007. Analisis trend dilakukan untuk memperoleh pola perubahan setiap jenis penggunaan lahan. Selanjutnya, dilakukan proyeksi penggunaan lahan di DAS Separi untuk tahun 2013. Skema alokasi penggunaan lahan skenario 1 adalah penambahan luas suatu penggunaan lahan proporsional dengan penurunan luas penggunaan lahan lainnya. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Skenario 2 Pada skenario 2 alokasi penggunaan lahan disusun berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengalolaan Kawasan Lindung. Gambar 5 menyajikan penentuan kawasan lindung berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut. Langkah pertama dalam penentuan kawasan lindung adalah standarisasi nilai untuk menghilangkan perbedaan satuan yang dimiliki oleh kriteria-kriteria tersebut. Area yang memiliki kriteria yang harus dilindungi diberi nilai 1 dan area lain di luarnya diberi nilai 0. Langkah kedua, seluruh kriteria yang telah distandarisasi ditumpang susun menggunakan metode weigted overlay. Hasil dari tumpang susun tersebut adalah peta kawasan lindung. Setelah dihasilkan peta kawasan lindung, selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap penggunaan lahan tahun 2007 existing land use dengan cara menumpang susun peta kawasan lindung dengan peta penggunaan lahan tahun 2007. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengunaan lahan non- hutan yang 21 berada pada kawasan lindung. Skema alokasi penggunaan lahan skenario 2 adalah kawasan semak belukar, alang-alang dan tanah terbuka yang berada pada kawasan lindung dirubah menjadi hutan. Sehingga pada skenario ini terjadi penambahan luas hutan yang proporsional dengan penurunan luas semak belukar, alang-alang dan tanah terbuka. Gambar 5. Kriteria kawasan lindung berdasarkan Keppres No 32 tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Kelas Kemampuna Lahan Skenario 3 Pada Skenario 3 penggunaan lahan disusun berdasarkan evaluasi kemampuan lahan. Untuk menentukan kelas kemampuan, pertama-tama dibuat peta satuan lahan homogen SLH. SLH diperoleh dengan melakukan tumpang susun peta tanah dan peta kelas lereng. Tahap selanjutnya, menentukan kelas kemampuan lahan untuk masing- masing SLH menggunakan kriteria yang dikembangkan oleh Klingebiel dan Montgometru yang dimodifikasi oleh Arsyad 2006. Kriteria klasifikasi kemampuan lahan disajikan pada tabel 2 dan penjelasan kriteria tersebut disajikan pada La mpiran 5. Pada penelitian ini, hanya ditekankan pada enam faktor penghambat yang digunakan, yaitu lereng, tekstur lapisan atas, kepekaan erosi, kedalaman tanah, drainase dan permeabilitas. Selanjutnya, dilakukan evaluasi kemampuan lahan terhadap penggunaan lahan tahun 2007. Evaluasi kemampuan lahan bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara penggunaan lahan yang ada di DAS Separi dengan kelas Kesesuaian lahan untuk kawasan lindung Slope Elevasi Tanah Sempadan sungai 45 2000 m Regosol slope 15 Litosol slope 15 100 m di kiri dan kanan sungai 22 kemampuan lahan. Dari hasil evaluasi kemampuan lahan tersebut, disusun skema alokasi penggunaan lahan untuk skena rio 3. Tabel 2. Kriteria klasifikasi kemampuan lahan Arsyad, 2006. No Faktor Penghambat Kelas Kemampuan lahan I II III IV V VI VII VIII 1 Tekstur Lapisan atas t 1 ,t 2 ,t 3 t 1 ,t 2 ,t 3 t 1 ,t 2 ,t 3 ,t 4 t 1 ,t 2 ,t 3 ,t 4 t 1 ,t 2 ,t 3 ,t 4 t 1 ,t 2 ,t 3 ,t 4 t 5 2 Tekstur Lapisan bawah t 1 ,t 2 ,t 3 t 1 ,t 2 ,t 3 t 1 ,t 2 ,t 3 ,t 4 t 1 ,t 2 ,t 3 ,t 4 t 1 ,t 2 ,t 3 ,t 4 t 1 ,t 2 ,t 3 ,t 4 t 5 3 Lereng permukaan A B C D E F G 4 Drainase d 1 d 2 d 3 d 4 d 5 5 Kedalaman tanah k k 1 k2 k 3 6 Kepekaan erosi KE 1 , KE 2 KE 3 KE 4 ,KE 5 KE 6 7 Banjir O O 1 O 2 O 3 O4 8 Kerikilbatuan b b b 1 b 2 b 3 b 4 9 Permeabilitas P 2 ,P 3 P 2 ,P 3 P 2 ,P 4 P 2 ,P 4 P 1 P 5 Keterangan: : dapat mempunyai sembarang sifat faktor penghambat dari kelas yang lebih rendah. : tidak berlaku

3.3.6. Simulasi Model