Karakteristik Morfologi DAS Topografi

23 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Iklim

Stasiun hujan yang terdapat di DAS Separi adalah stasiun hujan Separi. Mempertimbangkan luas DAS Separi yang besar, penggunaan stasiun hujan ini dirasa masih belum memenuhi standar. Oleh sebab itu, digunakan stasiun hujan lainnya yang lokasinya berdekatan dengan DAS Separi, yaitu stasiun hujan Bayur, Marangkayu dan Tanjung Santan. Rata-rata curah hujan wilayah untuk DAS Separi diperoleh menggunakan metode poligon thiessen berdasarkan empat stasiun hujan tersebut. Asumsi yang digunakan adalah tidak terdapat pengaruh orografik terhadap distribusi curah hujan dari masing- masing stasiun. Hal ini dikarenakan elevasi di daerah ini tidak terlalu berbeda, dengan elevasi tertinggi sebesar 250 m dpl. Berdasarkan data hujan tahun 2001-2005, tipe iklim menurut klasifikasi Schmitd-Ferguson 1951 pada stasiun Separi dan Tanjung Santan adalah tipe B basah, stasiun Marangkayu adalah tipe A sangat basah. Penyebaran bulan basah 100 mm adalah pada Bulan Januari sampai Juni dan September sampai Desember, sedangkan bulan kering 60 mm terjadi pada Bulan Agustus. Rata- rata hujan tahunan sebesar 1 979 mm. Rata-rata hari hujan sebanyak 148 hari dan rata-rata curah hujan harian sebesar 14.55 mm.

4.2. Karakteristik Morfologi DAS

Beberapa karakteristik morfologi DAS yang mempengaruhi respon hidrologi DAS adalah luas, bentuk DAS, panjang sungai utama, kerapatan jaringan sungai dan pola aliran sungai drainase Wilson, 1993. DAS Separi memiliki luas 233.51 km 2 dan keliling 109.91 km. DAS ini memiliki indeks Gravelius 2.03. Indeks Gravelius ini menunjukan bahwa DAS Separi merupakan DAS yang berbentuk memanjang. DAS ini memiliki panjang aliran sungai utama 29.05 km. Pola aliran sungainya menyerupai percabangan pohon atau dendritik Gambar 6. . 24 Gambar 6. Peta DAS Separi Bentuk DAS Separi yang memanjang akan menghasilkan unit hidrograf dengan waktu menuju debit puncak yang lebih lama dan debit puncak yang lebih rendah dibandingkan dengan DAS yang berbentuk bulat ukuran, luas dan 25 kejadian hujan sama Wilson, 1993. Selain itu, pola aliran dendritik juga berkontribusi terhadap penurunan debit puncak dan peningkatan waktu puncak aliran dibandingkan dengan DAS yang memiliki pola aliran radial maupun rectangular.

4.3. Topografi

Topografi merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah yang termasuk di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Hasil analisis peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50 000 lembar Marangkayu, Buanajaya dan Air Putih BAKOSURTANAL, 1991, menunjukkan bahwa DAS Separi memiliki topografi yang bervariasi mulai dari datar sampai berbukit, bentuk lahan landform bukit-bukit kecil serta dibatasi oleh punggung-punggung bukit yang curam. Kelas lereng mulai dari datar sampai sangat curam. Penyebaran kelas lereng di DAS Separi disajikan pada Tabel 3. Sedangkan peta kelas lereng DAS Separi disajikan pada Gambar 7. Secara umum, kondisi topografi DAS Separi yang didominasi oleh dataran pada daerah hulu dan bergelombang pada bagian tengah menyebabkan semakin lama waktu puncak hidrograf pada outle t DAS Separi, sebaliknya debit puncaknya semakin rendah. Kaitannya dengan banjir yang tejadi di DAS Separi, menurut Hakim 2008 bukan dipengaruhi oleh topografi tetapi oleh alih fungsi penggunaan lahan dan menurunnya kapasitas tampung sungai akibat erosi dan sedimentasi. Tabel 3. Luas kelas lereng untuk masing- masing Sub DAS di DAS Separi. Sub DAS Luas Kelas Lereng ha Total ha 0-3 3-8 8-15 15-30 30-45 45-60 1 1 961 1 372 496 15 4 3 848 2 1 218 375 95 3 1 691 3 84 1 136 562 75 1 857 4 79 1 207 641 23 88 21 2 059 5 525 225 1 330 456 153 70 2 759 6 492 808 645 33 1 978 7 479 291 1 229 113 309 102 2 523 8 869 287 39 564 346 2 105 9 180 10 595 57 17 27 886 10 125 780 106 689 190 1 890 11 543 193 186 438 27 368 1 755 Total 5 686 6 486 6 846 1 325 1 880 1 128 23 351 26 Gambar 7. Peta Kelas Lereng DAS Separi.

4.4. Tanah