asusila karena dinilai sebagai tingkah laku yang melanggar atau bertentangan deviasi dengan nilai-nilai sosial budaya yang
berkembang dalam masyarakat. 3.
Sudut Pandang Agama dan Norma di masyarakat : Tuna susila adalah perbuatan perzinahan serta merupakan perbuatan yang keji,
tidak sopan dan cara yang buruk, merusak keturunan, menyebabkan penyakit menular seksual dan keretakan rumah
tangga. Tuna susila merupakan bentuk penyimpangan sosio psikologis yaitu penyimpangan yang di sebabkan oleh faktor faktor
sosial dan faktor psikologis.
II.6.2. Faktor yang mendorong menjadi WTS
Salah satu alasan yang melatar belakangi kaum wanita bekerja sebagai wanita tuna susila adalah masalah ekonomi dan secara tidak
langsung keberadaan WTS telah menjadi katub penyelamat bagi kehidupan ekonomi keluarganya.Namun, demikaian, peran pentingini
tidak pernah terlihat secara bijak oleh masyarakat.Masyarakat cenderung melihat hanya dari satu sisi yang cenderung subjektif,
menghakimi dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat pada umumnya. WTS merupakan bagian dari kelompok sosial dalam
masyarakat yang seharusnya mendapatkan pengakuan yang sama. Tidak selayaknya stigma atau pernyataan baik dan buruk terus
dilontarkan pada kelompok yang cenderung terpojokkan. Faktor pendorong wanita menjadi WTS yaitu :
1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu
wanita itu sendiri yang berkaitan dengan kondisi psikologis yang kemudian terkait dengan kuat atau tidaknya wanita dalam menyakini
dan berpegang teguh pada aturan-aturan normatif. Misalnya : a.
Pengendalian diri dan ketidaksetabilan jiwa yang rendah. b.
Pola hidup yang materialistik dan keinginan yang tinggi namun tidak diimbangioleh kemampuan dan potensi yang memadai.
c. Sikap hidup mencari jalan pintas, menerabas dalam mewujudkan
berbagai keinginan terutama yang berorientasi pada materi dan keinginan duniawi hedinisme.
2. Yang kedua adalah faktor eksternal yaitu berkaitan dengan faktor
ekonomi yang sangat erat dengan kemiskinan dan kurangnya pendidikan. Misalnya :
a. Rendah atau lemahnya kontrol sosial terhadap perilaku seksual
menyimpang.Kehidupan modern yang cenderung mengeksploitasi wanita untuk tujuan-tujuan komersial seksual.
b. Himpitan atau tekanan kemiskinan dan terbatasnya lapangan
pekerjaan yang dapat menampung tenaga kerja dengan potensi dan kemampuan yang minimal sehingga dapat mendorong
seseorang menjadi tuna susila. c.
Pengaruh pola hidup materialistik dan hedonistik keduniawian. d.
Efek samping Globalisasi dan derasnya arus informasi yang diserap secara kurang selektif.
e. Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga yang
dapat menimbulkan sikap pemberontakan, mencari kompensasi dengan terjun menjadi tuna susila.
f. Pengaruh lingkungan yang negatif, diantaranya tinggal di daerah
kumuh yang cenderung longgar menerapkan norma, tinggal dekat atau sekitar daerah rawan tuna susila .
II.6.3. Wanita Rawan Sosial Ekonomi