II.5. Pelayanan Sosial
Pelayanan Sosial merupakan wujud praktek Pekerja Sosial yang diwadahi dalam badan pelayanan sosial Social Service Agencies
Wibhawa,2010 : 75. Dibadan sosial inilah, para pekerja sosial dapat menerapkan ilmu dan penerapan kesejahteraan sosialnya. Dengan melihat
perkembangan masyarakat yang semakin membutuhkan sistem pelayanan sosial yang melekat sebagai bagian dari sistem dalam masyarakat itu sendiri,
maka dapat dikemukakan beberapa karakteristik dalam pelayanan sosial, yaitu :
a. Didasarkan pada nilai-nilai Sosial, Budaya, dan Agama masyarakat.
b. Bersifat adaptif terhadap perubahan masyarakat.
c. Berfungsi memperkuat, mendukung, dan atau menggantikan fungsi dan
struktur lembaga sosial tradisional. d.
Ditekan pada upaya pencegahan timbulnya masalah dan pengembangan kemampuan orang untuk mengatasi masalahnya sendiri daripada kepada
upaya penyembuhan
II.5.1. Bidang – bidang Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial merupakan wujud aktifitas Pekerja sosial dalam praktek profesionalnya.Pelayanan sosial merupakan jawaban terhadap
tuntutan kebutuhan dan masalah yang dialami oleh masyarakat sebagai akibat perubahan masyarakat itu sendiri.Pelayanan sosial
diselenggarakan untuk menjawab tantangan kebutuhan dan masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Sebagai sebuah contoh, berikut ini akan dikemukakan lebih rinci tentang bidang-bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang
dikemukakan Jhonson Wibhawa,2010 : 77, sebagai berikut : a.
Kesejahteraan masyarakat dan usaha pemeliharaan pendapatan. b.
Pelayanan bagi keluarga dan anak - anak dirumah. c.
Pelayanan bagi keluarga dan anak – anak diluar rumah. d.
Praktek Pekerjaan Sosial di sekolah. e.
Pelayanan sosial dibidang kesehatan. f.
Pekerjaan Sosial dibidang kesehatan mental. g.
Pelayanan Sosial dan tindakan pelecehankesewenangan. h.
Peradilan kejahatan dan kenakalan. i.
Pelayanan Sosial bagi lanjut usia. j.
Pelayanan Sosial ditempat bekerja. k.
Bidang-bidang praktek pekerjaan sosial non tradisional.
II.6. WTS, Eks WTS, dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi II.6.1. Wanita Tuna Susila dan Eks Wanita Tuna Susila
Wanita Tuna Susila adalah Seseorang wanita yang melakukan hubungan seksual dengan sesama atau lawan jenisnya secara berulang-
ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang materi atau jasa Kepmensos
No.16PRSKPTSXII2003.Sedangkan Eks Wanita Tuna Susila seseorang yang pernah melakukan hubungan seksual dengan tujuan
mendapatkan imbalan namun sudah berhenti dari profesi tersebut.
Kesetaraan gender menempatkan posisi kaum wanita pada tingkatan yang sama dengan kaum pria, salah satunya mendapatkan
pengakuan yang sama dalam melakukan berbagai aktivitas publik yang didasari oleh kepentingan ekonomi rumah tangga. Bentuk perubahan
persepsi yang semakin baik menempatkan wanita sebai target pemberdayaan. Namun demikian, tidak semua kaum wanita terjangkau
oleh program pembangunan ini.Salah satunya adalah mereka yang bekerja sebagai Wanita Tuna Susila WTS.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Johan Suban Tukang 1990 bahwa dunia pelacuran adalah tempat berkembangnya penyakit
hubungan kelamin, AIDS, gonohoe, dan sebagainya. Sementara itu Kartini Kartono dalam bukunya Patologi Sosial 1983 menyebutkan
akibat-akibat yang ditimbulkan dari pelacuran yaitu : a.
Menimbulkan penyakit kulit dan kelamin; b.
Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga; c.
Dapat menimbulkan disfungsi sosial; d.
Pelacur dijadikan alat untuk mencari nafkah.
Berbagai macam sudut pandang WTS dalam kehidupan masyarakat yaitu :
1. Sudut Pandang Sosial Ekonomi, yakni Perbuatan tuna susila dapat
menjadi sumber mata pencaharian karena menghasilkan materi, uang atau jasa.
2. Sudut Pandang Sosial Budaya. Tuna susila pada sebagian
masyarakat Indonesia tetap dipandang sebagai perbuatan yang
asusila karena dinilai sebagai tingkah laku yang melanggar atau bertentangan deviasi dengan nilai-nilai sosial budaya yang
berkembang dalam masyarakat. 3.
Sudut Pandang Agama dan Norma di masyarakat : Tuna susila adalah perbuatan perzinahan serta merupakan perbuatan yang keji,
tidak sopan dan cara yang buruk, merusak keturunan, menyebabkan penyakit menular seksual dan keretakan rumah
tangga. Tuna susila merupakan bentuk penyimpangan sosio psikologis yaitu penyimpangan yang di sebabkan oleh faktor faktor
sosial dan faktor psikologis.
II.6.2. Faktor yang mendorong menjadi WTS