kembali harus menunggu anggota yang macet untuk melunasi pembayarannya terlebih dahulu, sehingga akan menghambat anggota yang lain dalam pengajuan
pinjaman tahap berikutnya.
4.3.4 Sanksi Tunggakan Pembayaran Pinjaman
Bentuk sanksi yang diberikan pada anggota yang menunggak pembayaran pinjaman berdasarkan Standar Operasional Prosedur SOP UPK SPP yaitu
apabila pada tahap berikutnya mengajukan pinjaman kembali maka besarnya pinjaman akan lebih kecil dari pinjaman semula. Akan tetapi, apabila anggota
tersebut sering menunggak pembayaran maka tidak akan diberikan pinjaman kembali oleh pihak UPK pada periode berikutnya. Hal ini karena menyebabkan
dana menjadi terhambat untuk digulirkan kembali. Pihak UPK SPP menawarkan dua pilihan pada anggota kelompok yang menunggak pembayaran pinjaman,
yaitu: 1. Rescheduling, yaitu dengan tetap diberi pinjaman pada tahap berikutnya,
tetapi besarnya jumlah pinjaman lebih rendah dari besarnya jumlah pinjaman awal.
2. Jangka waktu pembayaran pinjaman diperpanjang tetapi dengan resiko untuk pengajuan tahap berikutnya harus menunggu anggota yang macet
tersebut untuk melunasinya terlebih dahulu.
4.3.5 Pelaksanaan SPP dalam Tiap Kelompok
Pada Pelaksanaan SPP tidak ada pertemuan rutin mingguan ataupun bulanan yang dilaksanakan oleh tiap kelompok. Pertemuan intern tiap kelompok
hanya dilakukan pada saat sebelum pembayaran angsuran terakhir atau angsuran kedua belas. Pertemuan tersebut membahas mengenai keputusan tiap anggota
kelompok untuk mengajukan pinjaman kembali pada periode berikutnya atau tidak dan keluar dari kelompoknya. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses
pengajuan pinjaman pada periode berikutnya dengan mengetahui siapa saja anggota yang akan mengajukan kembali.
Kegiatan pelaksanaan simpanan pada program SPP ini tidak hanya dalam bentuk tabungan tanggung renteng yang diwajibkan dalam prosedur pelaksanaan.
Tetapi juga, ada yang dinamakan tabungan kelompok dimana tiap anggota menabung pada saat pembayaran angsuran setiap bulannya kepada ketua
kelompok ataupun bendahara kelompok jika ada. Besarnya jumlah tabungan tiap bulannya tidak ditentukan. Tabungan kelompok berfungsi untuk membantu
anggota yang mendesak membutuhkan pinjaman sehingga dana yang terkumpul digulirkan kembali. Tabungan kelompok yang terkumpul dari tiap anggota
terkadang dipinjamkan pada non anggota kelompok yang membutuhkan sehingga pada akhirnya dapat menambah anggota baru. Dengan demikian, adanya tabungan
kelompok dapat mendorong terjadinya kemandirian dalam penyediaan dana. Pengadaan tabungan kelompok ini tidak diwajibkan dalam prosedur
pelaksanaan SPP. Akan tetapi diserahkan pada masing-masing kelompok untuk mengadakan tabungan tersebut atau tidak tergantung pada kesepakatan setiap
anggota. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tugas ketua kelompok yaitu : 1. Membuat proposal pengajuan pinjaman dengan dibantu oleh kader desa.
2. Menampung dan mengkoordinir tabungan kelompok setiap bulan untuk dipinjamkan atau digulirkan kembali pada anggota.
3. Mengkoordinir angsuran pembayaran dari tiap anggota setiap bulannya sebelum diserahkan pada bendahara UPK SPP termasuk menagih
pembayaran angsuran ke tiap anggota. 4. Membuat laporan bulanan mengenai pembayaran angsuran pinjaman tiap
anggota. Mekanisme pengembalian pinjaman bergulir SPP dilakukan dengan cara
tiap anggota kelompok membayar angsuran pinjaman setiap bulannya pada ketua kelompok. Batas pembayaran angsuran tiap bulannya disesuaikan dengan tanggal
jatuh tempo tiap kelompok. Setelah dana angsuran dari tiap anggota terkumpul maka ketua kelompok langsung menyerahkan pada pihak bendahara UPK SPP
untuk digulirkan kembali pada kelompok lain yang membutuhkan.
V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1
Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP
Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya PNPM Mandiri Perdesaan pada tahun
2008. Kecamatan Cimarga terdiri atas 17 desa, namun ada satu desa yang tidak ikut berpartisipasi melaksanakan program SPP yaitu Desa Sarageni. Hal ini
disebabkan karena lokasi Desa Sarageni dari ibukota kecamatan merupakan yang terjauh dengan jarak 37 km, sehingga warga Desa Sarageni kurang berminat untuk
mengikuti program SPP. Setiap desa yang melaksanakan program SPP, memiliki jumlah kelompok dan besarnya nilai pinjaman yang berbeda dimana hal tersebut
tergantung pada nilai pengajuan pinjaman dari setiap anggota. Keragaan penyaluran pinjaman SPP dapat dilihat berdasarkan indikator jumlah kelompok
dari setiap desa dan besarnya nilai pinjaman pada tahun 2010 dan 2011.
Tabel 5.1 Jumlah Kelompok dan Nilai Pinjaman SPP Tahun 2010 – 2011
No Nama Desa
Jumlah Kelompok Nilai Pinjaman Rp.Juta Persentase
Perubahan Tahun
2010 Tahun
2011 Tahun
2010 Tahun
2011 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
16 Cimarga
Intenjaya Jayasari
Margajaya Margatirta
Mekarmulya Sangkanmanik
Tambak Girimukti
Jayamanik Karyajaya
Mekarjaya Sangiangjaya
Sudamanik Margaluyu
Gununganten 4
1 1
10 4
1 8
2 3
3 2
6 5
9 2
1 6
1 1
10 2
2 9
2 4
3 3
8 8
10 3
1 42,5
10 16
253 49,5
10 116
20 73,5
42 24
79,5 103,3
262 27
7 111
12 20
281,4 42
20 223
34 108,3
54 52
132,47 142,3
266 47
7 161,18
20 25
11,22 -15,15
100 92,24
70 47,35
28,57 116,67
66,63 37,75
1,53 74,07
TOTAL 62 73
1.135,3 1.559,47
Sumber : Data Primer UPK SPP Cimarga