Pasang Surut Tinggi Gelombang

22 proyeksi Universal Transverse Mercantor UTM pada zona 49 Selatan. Tahapan pengolahan data perubahan garis pantai ditampilkan pada Gambar 6. Gambar 6. Tahapan pengolahan data perubahan garis pantai Perhitungan laju perubahan garis pantai dilakukan dengan 2 metode yaitu manual dan ekstensi tambahan Digital Shoreline Analisys System DSAS. Metode manual digunakan dengan memanfaatkan measure pada ArcGIS. Measure digunakan untuk menghitung jarak antara garis pantai hasil digitasi tahun 2000 dan 2011. DSAS merupakan ekstensi tambahan yang dikembangkan oleh U.S. Geological Survey dan telah banyak digunakan untuk menghitung laju perubahan garis pantai. Data yang diperlukan sebagai masukan untuk ekstensi ini adalah garis pantai dalam format vektor, tanggal setiap lapisan vektor, dan jarak transek Himmelstoss, 2009. Hasil dari ektraksi kedua metode tersebut kemudian dirata-ratakan untuk mengetahui tingkat perubahan garis pantai setiap tahun. Tingkat dari perubahan garis pantai tersebut akan dihitung untuk seluruh wilayah studi, kemudian nilai hasil rata-rata tersebut kemudian diklasifikasikan dan diberikan ranking sesuai dengan kelas parameternya seperti tertera pada Tabel 7.

3.7. Pasang Surut

Parameter pasang surut yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari perangkat lunak MIKE21 dan survei lapang. Data yang diperoleh menggunakan MIKE21 tersebut dibangun berdasarkan global tide model data yang telah terintegrasi dalam perangkat lunak tersebut. Data yang dipergunakan 23 sebagai masukan perangkat lunak ini adalah data posisi koordinat pasut pada saat survei lapang. Pengambilan data peramalan pasang surut berdasarkan model data global selama 1 tahun Januari-Desember 2010 dengan interval 1 jam, untuk meminimalkan pengaruh spring tide, neap tide serta pengaruh musiman Dronkers, 1964. Hasil dari program MIKE21 akan menunjukan pasang surut pada koordinat yang diinginkan. Kisaran pasut diperoleh dengan mengurangi pasang tertinggi dikurangi dengan surut terendah Triatmodjo, 1999. KP HW LW Keterangan : KP = Kisaran pasang surut HW = Nilai maksimum tinggi paras laut selama periode 1 tahun LW = Nilai minimum tinggi paras laut selama periode 1 tahun Data pasang surut diperoleh dari hasil survei lapang selama 15 hari 23 November 2010 sd 8 Desember 2010 untuk menghindari pengaruh spring tide dan neap tide Dronkers, 1964. Pengambilan data pasang surut dilakukan dengan menggunakan papan pasang surut Lampiran 6. Data kisaran pasang surut selanjutnya akan digunakan sebagai pembanding data model. Kisaran pasang surut hasil dari data model selanjutnya akan digunakan pada seluruh lokasi penelitian. Nilai pasang surut tersebut kemudian dikelompokkan sesuai dengan kelas yang tertera pada Tabel 7.

3.8. Tinggi Gelombang

Data tinggi gelombang diperoleh dari AVISO dengan data awal berbentuk matriks. Data tinggi gelombang yang dipergunakan pada penelitian ini dibatasi pada koordinat 105°BT - 115°BT dan 3°LS - 6°LS di wilayah sepanjang Pantai Utara Jawa. Kemudian data tinggi gelombang diubah format datanya menjadi bentuk kolom. Hal tersebut perlu dilakukan karena ArcGIS tidak dapat mengolah data dengan bentuk matriks. Tahapan terakhir adalah merata-ratakan data tiap 24 titik koordinat posisi stasiun dengan menggunakan Ms. Excel. Hasil dari rata-rata tiap posisi stasiun tersebut kemudian dilakukan interpolasi dengan jarak 1 Km dengan menggunakan ArcGIS. Hasil dari interpolasi tersebut kemudian dikelaskan sesuai dengan kelas kerentanan pada Tabel 7.

3.9. Kenaikan Paras Laut