20 Crooping atau pemotongan merupakan tahapan pertama yang dilakukan
dalam proses pengolahan data geomorfologi. Citra QuicBird dipotong berdasarkan kecamatan yang yang terdapat pada daerah pesisir. Citra yang
telah dipotong kemudian diidentifikasi berdasarkan klasifikasi tutupan lahan Badan Standardisasi Nasional 2010. Hasil identifikasi yang telah diperoleh
selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi variabel geomorfologi oleh Gornitz 1991 yang terdapat pada Lampiran 4. Tahapan berikutnya adalah
pemberian rangking berdasarkan kelas kerentanan pada Tabel 6 atau untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.5. Elevasi
Data elevasi diperoleh dengan cara mengunduh dari situs EarthExplorer- USGS https:earthexplorer.usgs.gov. Data yang diunduh dari situs tersebut
berupa Digital Elevation Model DEM. Resolusi spasial yang dimiliki oleh data ini
sebesar 1 arc second atau 30×30 m. Pengolahan data elevasi dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak ArcGIS Gambar 5.
Gambar 5. Tahapan pengolahan data elevasi
21 Data DEM yang diperoleh dari ASTER pertama tama harus dikoreksi
dahulu dengan menggunakan data tpografi yang berasal dari Peta Rupa Bumi Indonesia RBI. Koreksi dilakukan dengan cara digitasi
on screen pada layar dengan mengambil jarak antara garis kontur dan topografi. Hasil dari koreksi
kemudian dikonversi dari kontur menjadi point. Point yang diperoleh kemudian
dikonversi menjadi data raster. Tahapan selanjutnya adalah melakukan klasifikasi
reclassify sesuai dengan kelas kerentanan Gornitz 1991 yang terdapat pada Tabel 7.
Data raster hasil klasifikasi kemudian dikonversi menjadi bentuk format vektor dengan grid sebesar 30×30 m. Ukuran grid dengan ukuran 30×30 m
dipilih dengan pertimbangkan resolusi spasial data ASTER berukuran 1 arc
second atau 30×30 m. Data tersebut kemudian diklasifikasikan dan diberikan ranking sesuai dengan pada Tabel 7.
3.6. Perubahan Garis Pantai
Parameter perubahan garis pantai erosi dan akresi yang dipergunakan diperoleh dengan menggunakan data citra satelit. Citra satelit yang digunakan
untuk menganalisis perubahan garis pantai adalah citra Landsat 7 ETM dengan
tahun perekaman 2000 dan 2011 dengan resolusi spasial 30 meter. Citra tersebut diperoleh dengan cara mengunduh melalui situs EarthExplorer-USGS
https:earthexplorer.usgs.gov. Koreksi geometrik perlu dilakukan sebelum dilakukan pengolahan citra untuk meminimalisir kesalahan posisi. Citra yang
dipergunakan harus terkoreksi secara geometrik. Koreksi geometrik citra dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
ERMapper 7. Penajaman citra dilakukan dengan menggunakan
False Color Composite 543 RGB. Garis pantai Indramayu diperoleh dengan cara digitasi
on screen dengan menggunakan
ArcGIS dan disimpan sebagai feature data dengan sistem
22 proyeksi
Universal Transverse Mercantor UTM pada zona 49 Selatan. Tahapan pengolahan data perubahan garis pantai ditampilkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Tahapan pengolahan data perubahan garis pantai Perhitungan laju perubahan garis pantai dilakukan dengan 2 metode yaitu
manual dan ekstensi tambahan Digital Shoreline Analisys System DSAS.
Metode manual digunakan dengan memanfaatkan measure pada ArcGIS.
Measure digunakan untuk menghitung jarak antara garis pantai hasil digitasi tahun 2000 dan 2011. DSAS merupakan ekstensi tambahan yang
dikembangkan oleh U.S. Geological Survey dan telah banyak digunakan untuk
menghitung laju perubahan garis pantai. Data yang diperlukan sebagai masukan untuk ekstensi ini adalah garis pantai dalam format vektor, tanggal setiap lapisan
vektor, dan jarak transek Himmelstoss, 2009. Hasil dari ektraksi kedua metode tersebut kemudian dirata-ratakan untuk
mengetahui tingkat perubahan garis pantai setiap tahun. Tingkat dari perubahan garis pantai tersebut akan dihitung untuk seluruh wilayah studi,
kemudian nilai hasil rata-rata tersebut kemudian diklasifikasikan dan diberikan ranking sesuai dengan kelas parameternya seperti tertera pada Tabel 7.
3.7. Pasang Surut