Ketinggian elevasi daerah pesisir Perubahan garis pantai

9 ekosistem mereka tetapi juga tingkat kerentanan satwa liar, manusia, serta infrastruktur pada daerah pesisir Kumar et al., 2010. Pada penelitian ini, klasifikasi yang digunakan dibagi menjadi dua kelompok utama, yang dibentuk oleh erosi dan sedimentasi Lampiran 2. Kedua kelompok ini dikelompokan kembali menjadi beberapa kategori seperti marine, non-marine, glacial, non, glacial dan volcanic Gornitz, 1991. Kategori dari kelompok yang telah ditentukan, selanjutnya dibagi menjadi 5 kelas kerentanan seperti yang terdapat pada Lampiran 3.

2.5.2. Ketinggian elevasi daerah pesisir

Ketinggian daerah pesisir mengacu kepada rata-rata ketinggian pada daerah tertentu yang berada di atas permukaan laut. Kajian mengenai ketingggian daerah pesisir sangat penting untuk dipelajari secara mendalam untuk mengidentifikasi dan mengestimasi luas daratan yang terancam oleh dampak kenaikan paras laut di masa yang akan datang Kumar et al., 2010. Kenaikan paras laut 100 tahun yang akan datang diperkirakan berada pada rentang 0,5 – 1,5 m National Research Council, 1987. Apabila hal tersebut terjadi, maka daerah dengan ketinggian 0,5 – 1,5 m akan memiliki kemungkinan paling besar untuk mengalami genangan permanen. Daerah pesisir dengan ketinggian 0 - 5 meter dari ketinggian rata-rata paras laut memiliki resiko yang rentan hingga sangat rentan terhadap pengaruh dari pasang surut yang normal atau storm surge seruak badai. Daerah dengan selang setiap 10 meter berikutnya menunjukkan adanya peningkatan kerentanan terhadap badai yang ekstrem Gornitz dan Kanciruk, 1989. Beberapa pembagian pembagian kelas kerentanan berdasarkan elevasi dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5. 10

2.5.3. Perubahan garis pantai

Pantai merupakan suatu zona yang dinamik karena merupakan zona persinggungan dan interaksi antara udara, daratan dan lautan. Zona pantai senantiasa mengalami proses penyesuaian yang terus menerus menuju ke suatu kesetimbangan alami terhadap dampak dari pengaruh eksternal dan internal baik yang bersifat alami maupun campur tangan manusia. Faktor-faktor yang bersifat alami diantaranya adalah gelombang, arus, pasang surut, angin, aktivitas tektonik maupun vulkanik. Pengaruh dalam bentuk campur tangan manusia antara lain perikanan, pelabuhan, pertambangan dan pemukiman Hegde dan Reju, 2007. Garis pantai pesisir merupakan subjek yang selalu digunakan untuk melihat proses perubahan yang terjadi di daerah pesisir, dimana selalu dipengaruhi oleh karakteristik gelombang dan resultan dari sirkulasi yang terjadi dekat dengan pantai, karakteristik sedimen, bentuk pantai, dll Kumar et al., 2010. Selain itu, tingkat perubahan garis pantai adalah salah satu pengukuran yang paling umum digunakan oleh para ilmuwan pesisir, insinyur, dan perencanaan tanah untuk menunjukkan dinamika dan bahaya dari pantai Hedge dan Vijaya, 2007. Laju pengukuran perubahan garis pantai pada umumnya memiliki kesalahan pengukuran error. Tingkat pengukuran dengan kisaran ±1 m dianggap memiliki kondisi stabil. Pantai dengan tingkat pergeseran +1 mtahun dikatakan terjadi akresi oleh karena itu tingkat kerentanannya relatif lebih rendah, sebaliknya pantai dengan tingkat pergeseran -1mtahun dikatakan mengalami erosi abrasi dan relatif memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi Gornitz dan Kanciruk, 1989. 11

2.5.4. Pasang surut