28
4.2. Geomorfologi
Pada Gambar 8 dapat dilihat hasil identifikasi citra QuickBird berdasarkan Gornitz 1991. Pesisir Indramayu dikelompokan menjadi 9 jenis penutupan
lahan, yaitu bangunan, delta, empang, hutan rawa, pasir pantai pemukiman, sawah tadah hujan, tambak dan tegalanladang. Sawah tadah hujan merupakan
tutupan lahan yang paling luas pada pesisir Indramayu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan Kabupaten Indramayu didominasi oleh daratan alluvial Lampiran 7.
Pengolahan parameter geomorfologi berdasarkan citra QuickBird menunjukan bahwa sebagian pesisir geomorfologi Indramayu didominasi daratan
alluvial, delta dan bangunan pantai bangunan dan pemukiman. Berdasarkan kelas kerentanan pada Tabel 7, maka daratan alluvial dengan luas ±533,68 km
2
dari luas total kecamatan pesisir ±674,15 km
2
memiliki tingkat resiko rentan; delta dengan luas ±78,97 km
2
memiliki tingkat resiko sangat rentan dan bangunan pantai dengan luas ±57,39 km
2
memiliki tingkat resiko sangat rentan Gambar 9. Kecamatan Cantigi, Losarang dan Sukra merupakan kecamatan yang
memiliki tingkat resiko kerentanan sedang hingga sangat rentan. Kecamatan Cantigi memiliki luas ±52,89 km
2
dengan tingkat resiko sedang 0,36, rentan 5,12 dan sangat rentan 3,34. Kecamatan Losarang memiliki luas ±73,34 km
2
dengan tingkat resiko sedang 0,31, rentan 18,32 dan sangat rentan 0,05, sedangkan kecamatan Sukra memiliki luas ±51,89 km
2
dengan tingkat resiko sedang 0,42, rentan 5,84 dan sangat rentan 1,12. Kecamatan Pasekan
memiliki daerah dengan tingkat kerentanan paling besar dengan luas 33,19km
2
. Parameter geomorfologi sangat erat kaitannya antara tipe geomorfologi
dan daya tahan terhadap erosi. Gornitz 1997 menyebutkan bahwa batuan memiliki daya tahan terhadap erosi yang lebih besar daripada tipe yang lain.
Daya tahan terhadap erosi dipengaruhi oleh komposisi mineral dan ukuran butiran.
29 Gambar 8. Formasi geomorfologi Kabupaten Indramayu
30 Gambar 9. Kelas resiko berdasarkan parameter geomorfologi
31
4.3. Elevasi
Kabupaten Indramayu sebagian besar berada pada ketinggian antara 0- 100 m di atas permukaan air laut dan sebagian besar wilayah 98,70 berada
pada ketinggian 0-3 m di atas permukaan air laut Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2007. Bagian utara Indramayu memiliki ketinggian yang rendah dan
semakin tinggi ke arah selatan Gambar 10. Pengolahan data DEM menunjukkan bahwa sebagian besar daerah pesisir
Indramayu dengan luas ±104,22 km
2
memiliki tingkat resiko sangat rentan; ±41,10 km
2
memiliki tingkat resiko rentan; ±6,21 km
2
memiliki tingkat resiko sedang; ±0,22 km
2
memiliki tingkat resiko tidak rentan dan ±0,02 km
2
memiliki tingkat resiko sangat tidak rentan Gambar 11. Kondisi tersebut tidak jauh
berbeda dengan wilayah pesisir Banten Utara Cilegon, Serang dan Tangerang yang sebagian besar terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 5
meter Sujardwadi, 2010. Berdasarkan parameter elevasi wilayah pesisir Indramayu didominasi oleh
kelas sangat rentan, yaitu Indramayu ±26,20 km
2
, Sukra ±13,57 km
2
dan Losarang ±11,35 km
2
. Kecamatan Sukra, Kandanghaur dan Juntinyuat memiliki beberapa daerah dengan luasan ±7,95 km
2
, ±7,74 km
2
dan ±6,64 km
2
yang termasuk dalam kelas rentan. Seluruh kecamatan pada kabupaten Indramayu memiliki wilayah dengan tingkat kerentanan sedang, diantaranya
kecamatan Kandanghaur ±2,25 km
2
, Balongan ±1,01 km
2
, dan Krangkeng ±0,69 km
2
. Terdapat 5 kecamatan pesisir dengan tingkat kerentanan tidak rentan, yaitu Kandanghaur ±0,10 km
2
, Losarang ±0,05 km
2
, Cantigi ±0,04 km
2
, Krangkeng ±0,03 km
2
dan Sindang ±0,01 km
2
. Kecamatan Losarang dan Cantigi memiliki luas kurang dari 1 km
2
dengan tingkat kerentanan sangat tidak rentan Gambar 11.
32 Gambar 10. Elevasi Kabupaten Indramayu
33 Gambar 11. Kelas resiko berdasarkan parameter elevasi
34 Ketinggian rata-rata pesisir Indramayu yang kurang dari 5 meter tersebut
tentunya sangat berbahaya terhadap genangan air laut yang diakibatkan oleh kenaikan paras laut ataupun pasang surut. Genangan yang terjadi dalam waktu
tertentu dapat menggangu persedian air minum karena tercemar oleh air laut Dwarakish, 2009.
4.4. Perubahan Garis Pantai