Daur Pengaturan Hasil TINJAUAN PUSTAKA

alam, yang terdapat pada lapangan untuk tebang habis, maupun pada lapangan yang tidak baik untuk tebang habis; D.2. tebangan tak tersangka, adalah penebangan yang berasal dari lapangan-lapangan yang mengalami kerusakan akibat angin, bencana alam atau akan dibuat jalan dan sebagainya, baik di dalam kawasan hutan maupun di pekarangan dinas TPK atau tanah perusahaan; D.3. Tebangan pilih ialah penebangan eksploitasi yang dilakukan secara selektif pada lapangan-lapangan yang tidak baik untuk tebang habis. Sedangkan tebangan E ialah penebangan yang berasal dari pemeliharaaan hutan-hutan yang dilakukan dengan jalan penjarangan. Hasil yang diperoleh dari tebang penjarangan diartikan pula sebagai hasil pendahuluan .

2.6 Daur

Daur adalah jangka waktu antara saat penanaman hutan sampai dengan saat pemungutan hasil akhir atau tebangan habis. Menurut Simon 2000 daur atau rotasi adalah suatu periode dalam tahun yang diperlukan untuk menanam dan memelihara suatu jenis pohon sampai mencapai umur yang dianggap masak untuk keperluan tertentu. Istilah daur sebenarnya hanya dipakai untuk pengelolaan hutan tanaman sama umur. Daur dibedakan menurut jangka waktu lamanya sebagai berikut : Daur pendek : kurang dari 15 tahun Daur menengah : 15 – 35 tahun Daur panjang : 40 tahun Pada dasarnya daur yang digunakan adalah daur ekonomisfinansial karena lebih sesuai dengan tujuan perusahaan. Dalam menetapkan daur juga mempertimbangkan berbagai aspek lain sesuai kondisi sosial ekonomi daerah, tingkat kerawanan sosial dan sebagainya. Pedoman umum daur kayu kelas perusahaan jati adalah 40 – 80 tahun Perum Perhutani 1992. Timbulnya istilah daur tidak terlepas dari konsep hutan normal. Pada mulanya, maksud konsep hutan normal adalah untuk menyajikan suatu patokan sebagai pembanding keadaan hutan yang ada di lapangan untuk kepentingan pengelolaan hutan berdasarkan azas kelestarian MEYER et al. 1961 diacu dalam Simon 2000. Idealnya, setiap tegakan dalam suatu hutan normal akan ditebang pada umur tertentu, yaitu umur daur. Oleh karena itu penentuan panjang daur merupakan salah satu keputusan kunci dalam pengelolaan hutan tanaman sama umur. Adapun pertimbangan KPH Bojonegoro menggunakan daur 60 tahun dan umur tebang minimum UTM 50 tahun adalah dengan memperhatikan struktur kelas hutan produktif yang ada, kurang menguntungkan menggunakan daur lama 70 tahun dan 80 tahun; serta memperhatikan azas kelestarian hutan dan azas kelangsungan produksi.

2.7 Pengaturan Hasil

Pengaturan hasil merupakan upaya untuk mengatur pemungutan hasil panenan agar jumlah hasil yang dipungut setiap periode kurang lebih sama dan dapat diusahakan meningkat secara berkesinambungan. Pengaturan hasil berintikan penentuan etat. Etat didefinisikan sebagai besarnya porsi luas atau massa kayu atau jumlah batang yang boleh dipungut setiap tahun selama jangka pengusahaan yang menjamin kelestarian produksi dan sumberdaya Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia 1999. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penetapan etat tebangan, antara lain : etat volume tidak dibenarkan melebihi pertumbuhan tegakan riap, pemanfaatan semua jenis kayu komersial secara optimal, menjamin kelestarian produksi dan kelestarian hutan, memperhatikan kebijaksanaan pemerintah di bidang pengusahaan hutan, menjamin fungsi perlindungan hutan. Faktor yang mempengaruhi etat tebangan, antara lain : sistem silvikultur yang digunakan, rotasi tebangan yang digunakan, diameter minimum yang diijinkan untuk ditebang, luas areal berhutan yang dapat dilakukan penebangan, massa tegakan, jenis pohon. Pada dasarnya metode yang digunakan di dalam pengaturan hasil adalah metode kombinasi etat luas dan etat volume berdasarkan SK Dirjen Kehutanan No. 143KptsDjI1974. a Penentuan Etat Etat luas = Keterangan : L = luas jenis kayu pokok yang dihasilkan dalam ha 8 D = daur tahun Etat massa = Keterangan : = massa kayu tegakan kelas umur pada UTR = massa kayu hutan miskin riap b Umur Tebang Rata-rata UTR adalah umur rata-rata kelas perusahaan ditambah setengah daur dari kelas perusahaanbagian hutan yamg bersangkutan. Cara perhitungan ini didasarkan pada anggapan bahwa rata-rata dari kelas hutan yang ada akan mencapai umur tebang setelah jangka waktu setengah daur. UTR = ū + ½ d Keterangan : UTR = umur tebang rata-rata d = daur ū = umur rata-rata yang dihitung dengan rumus : ū = = luas areal tanaman ke-i = umur tengah tanaman ke-i i = 1, 2, 3, …. Sampai tanaman terakhir dalam kelas umur bersangkutan. c Pengujian Jangka Waktu Penebangan cutting time test Hasil perhitungan etat tersebut perlu diuji. “ Cutting time test” adalah pengujian terhadap kelestarian produksi selama daur berdasarkan luas tegakan produksi yang ada serta berdasarkan potensi produksi dari masing-masing petakanak petak. Bilamana dalam pengujian kumulatif tahun-tahun penebangan selama daur dianggap ada perbedaan nyata dengan daur yang telah ditetapkan, maka etat massa yang telah didapat pada perhitungan pertama dikoreksi menjadi etat massa untuk diuji lagi pada “cutting time test” berikutnya masih memberikan perbedaan lebih dari dua tahun, etat yang telah dikoreksi kembali berturut-turut sampai perbedaan akhirnya maksimum 2 tahun. 9

2.8 Jangka Benah