fungsinya untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanannya serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan
hukum-hukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut PP. 33 tahun 1970, pasal 1, ayat 13, tentang Perencanaan Hutan.
DAS Bengawan Solo merupakan DAS yang terluas di Pulau Jawa, yaitu dengan sungai sepanjang kurang lebih 600 km mempunyai daerah aliran seluas 1.610.000 ha.
KPH Bojonegoro seluruhnya berada pada DAS Bengawan Solo tersebut atau merupakan 3 dari luas DAS, sebagai KPH terluas diantara KPH-KPH yang ikut
menyusun DAS Bengawan Solo.
4.4 Tanah
Bagian utara adalah lapisan kapur dimana terdapat fosil-fosil yang turut membentuk lapisan kapur dan batu pasir. Tanah-tanah kapur yang berasal dari batu
kapur bercampur dengan batu pasir terdapat di Bagian Hutan Ngorogunung, Dander, dan Deling bagian utara, bagian barat daya, timur, dan selatan utamanya di Bagian
Hutan Clangap, Temayang, Cerme, dan Deling. Bagian selatan adalah lapisan mergel, yang pelapukannya menjadi tanah
margalit yang liatlengket dan berwarna putih kelabu sampai kelabu kehitam-hitaman. Mergel yang bercampur dengan batu kapur, pasir dalam pelapukannya menjadi tanah
mergel berpasir, berwarna coklat atau kelabu dan mempunyai susunan butir tanah yang baik, tanah tersebut baik untuk pertumbuhan jati.
Pada lembah Kali Gondang, Kali Tretes dan bagian atas Kalitidu adalah tanah liat hitam, yang keadaannya sedang sampai baik, dimana jati dapat tumbuh dengan
cukup baik. Di bagian paling selatan mendekati Gunung Pandan, tanah berasal dari pelapukan breccie yang dangkal, berwarna hitam dan perlu dilindungi dari erosi. Di
bagian Tenggara dari Bagian Hutan Deling terdapat pula tanah-tanah berasal dari pelapukan Tuf yang baik untuk jati.
4.5 Iklim
Iklim wilayah KPH Bojonegoro mempunyai perbedaan yang jelas antara musim hujan dengan musim kemarau. Dari stasiun pengamat hujan yang berada di sekitar
hutan diperoleh kriteria bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering. Menurut SCHMIDT dan FERGUSON 1951, kriteria bulan basah, bulan
lembab, dan bulan kering adalah sebagai berikut : a
Bulan basah, dengan curah hujan : 100 mmbln
b Bulan lembab, dengan curah hujan
: 60 – 100 mmbln
c Bulan kering, dengan curah hujan
: 60 mmbln. Berdasarkan perbandingan bulan basah dan bulan kering, maka SCHMIDT dan
FERGUSON menetapakan tipe iklim di Indonesia dengan mempergunakan rumus nilai Q sebagai berikut :
Jumlah rata-rata bulan kering Q =
x 100 Jumlah rata-rata bulan basah
Berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan bulan basah, maka dapat diketahui tipe iklim wilayah KPH Bojonegoro tahun 1992 sd 2000 adalah sebagai
berikut : Jumlah rata-rata bulan kering
Q = x 100
Jumlah rata-rata bulan basah 36,6
= x 100
59 = 62 termasuk tipe iklim D.
Sesuai dengan kriteria SCHMIDT dan FERGUSON, iklim wilayah KPH Bojonegoro termasuk tipe iklim D.
4.6 Sosial Ekonomi