perbandingan antara realisasi dan rencana volume tebangan selama periode 2002- 2007. Selama jangka proyeksi, ketiga faktor tersebut diasumsikan tetap.
5.4 Kelestarian Produksi Kayu Jati
Menurut SCHULER 1984 diacu dalam Simon 2000 bahwa kelestarian hasil hutan dititikberatkan pada hasil kayu yang hampir sama dari tahun ke tahun. Konsep
kelestarian hasil menunjukkan bahwa untuk jangka panjang hutan dapat memberikan hasil sepanjang masa. Hal ini sulit tercapai, namun dalam jangka waktu tertentu dapat
tercapai dengan adanya tindakan jangka benah yang dapat membenahi hutan agar
dapat normal kembali.
Hasil perhitungan dan pengujian etat ditindaklanjuti dengan tahapan jangka benah jika ada kelas umur yang sudah waktunya ditebang berdasarkan pengujian
etat masih memiliki umur di bawah umur tebang minimum UTM. Prosedur jangka benah yang dilakukan berpedoman pada SK Direksi Perum Perhutani No. 042.9DIR
tanggal 15 September 1983 sebagai respon terhadap Surat Kepala Unit II Perum Perhutani Jawa Timur No. 042.9CANII tanggal 14 Oktober 1982 tentang
“Pengaturan Hasil yang Menyimpang dari Normal”. Selanjutnya disusun pula bagan tebang hipotetis untuk menentukan luas dan volume tebangan, khususnya untuk
jangka proyeksi pertama. Pada setiap awal jangka proyeksi, dilakukan perhitungan etat luas dan volume dari tebangan A2 berdasarkan struktur kelas hutan yang
terbentuk guna menentukan besarnya luas dan volume penebangan pada tiap jangka proyeksi Perum Perhutani 2007.
Data pada Gambar 9. menyajikan prediksi besarnya luas tebangan A2 yang dihasilkan KPH Bojonegoro selama lima jangka ke depan. Etat luas yang diperoleh
setelah jangka benah dikalikan faktor koreksi luas sebesar 0,85 akan menghasilkan besarnya tebangan A2. Berdasarkan hasil realisasi jangka 1992-2001 dan 2002-2007,
terlihat bahwa luas tebangan A2 pada kondisi ideal, normal, harapan dan pesimis adalah sama. Pada jangka 2008-2017 luas tebangan A2 pada berbagai kondisi sama
karena jangka ini merupakan awal jangka yang menggambarkan kondisi struktur kelas hutan terakhir berdasarkan hasil audit sumberdaya hutan tahun 2007.
Luas tebangan A2 pada kondisi ideal mengalami peningkatan karena pada kondisi ini tidak disertakan faktor kerusakan dalam memprediksi struktur kelas hutan,
sehingga luas tebangan A2 pada kondisi ideal paling besar dibanding pada ketiga kondisi lainnya. Hasil perhitungan etat tebangan A2 menggambarkan prediksi luas
tebangan A2 pada kondisi harapan dan normal semakin meningkat dibanding pada kondisi pesimis. Peningkatan luas tebangan A2 tersebut disebabkan oleh kerusakan
hutan cenderung lebih kecil dibanding pada kondisi pesimis.
Gambar 9 Realisasi dan prediksi luas tebangan A2 KPH Bojonegoro pada kondisi ideal, harapan, normal, dan pesimis.
Prediksi volume tebangan A2 diperoleh dari besarnya etat volume pada jangka benah pertama dikali dengan faktor koreksi volume sebesar 1,23. Dari prediksi luas
tebangan A2, dapat diperoleh prediksi volume tebangan A2 seperti pada Gambar 10. Hasil tebangan A2 yang diperoleh di setiap kondisi untuk beberapa jangka ke depan
menunjukkan kemampuan KPH Bojonegoro memanen hasil hutan secara terus- menerus, meskipun besar produksinya tidak sama tiap tahun. Kelestarian produksi
kayu jati dapat dicapai jika dilihat dari kemampuan produksi KPH Bojonegoro secara terus-menerus mengalami peningkatan tiap jangkanya.
1992-2001 2002-2007
2008-2017 2018-2027
2028-2037 2038-2047
2048-2057 2058-2067
Ideal 387
111 189
195 186
317 445
535 Normal
387 111
189 163
124 166
332 414
Harapan 387
111 189
165 128
175 338
440 Pesimis
387 111
189 34
32 151
139 97
100 200
300 400
500 600
L u
a s
T e
b a
n g
a n
A 2
h a
t h
Gambar 10 Realisasi dan prediksi volume tebangan A2 KPH Bojonegoro pada kondisi ideal, harapan, normal, dan pesimis.
Berdasarkan Tabel 8. berikut disajikan realisasi tebangan E per tahun di KPH Bojonegoro selama periode 1984-2007. Selain hasil dari tebangan A2 tebang habis
pada tiap jangka proyeksi dihitung juga taksiran hasil dari tebangan E penjarangan. Tabel 8 Realisasi tebangan E di KPH Bojonegoro pada periode 1984-2007
Tahun Realisasi
Luas ha Volume m3
Produktifitas m3ha
2007 880
2013 2,3
2006 1474
5119 3,5
2005 348
1832 5,3
2004 864
5049 5,8
2003 981
2807 2,9
2002 1713
4607 2,7
2001 2533
12317 4,9
2000 1499
5560 3,7
1999 2744
10769 3,9
1998 2369
10600 4,5
1997 2851
10310 3,6
1996 2250
12206 5,4
1995 2599
17271 6,6
1994 3403
18812 5,5
1993 2453
11478 4,7
1992 1780
13202 7,4
1991 3049
19771 6,5
1990 2642
14966 5,7
1989 2570
14079 5,5
1988 862
10812 12,5
1987 2036
8548 4,2
1986 606
2732 4,5
1985 897
2888 3,2
1984 857
1674 2,0
Rata-rata
4,9 Sumber : Buku Statistik Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
1992-2001 2002-2007
2008-2017 2018-2027
2028-2037 2038-2047
2048-2057 2058-2067
Ideal 36871
9726 19924
31272 31317
53109 84891
93146 Normal
36871 9726
19924 25070
20034 27020
55494 70183
Harapan 36871
9726 19924
25758 20887
28685 56838
75304 Pesimis
36871 9726
19924 4204
4063 22159
19698 13709
10000 20000
30000 40000
50000 60000
70000 80000
90000 100000
V o
lu m
e t
e b
a n
g a
n A
2
m 3
t h
Tebangan E berasal dari tegakan berumur 11 – 50 tahun kelas umur II – V,
dengan asumsi tebangan E penjarangan dapat diperoleh sekali dalam lima tahun. Tebangan E merupakan tebangan tambahan bagi perusahaan sehingga tidak berperan
dalam penentuan tingkat kelestarian. Hasil realisasi tebangan E tersebut menunjukkan peningkatan dan penurunan yang tidak teratur. Berdasarkan hasil realisasi tebangan E
diperoleh nilai rata-rata produksi tebangan E sebesar 4,9 m
3
ha. Data pada Gambar 11. menyajikan hasil realisasi dan prediksi luas tebangan E
KPH Bojonegoro baik pada kondisi ideal, normal, harapan, dan pesimis. Hasil prediksi rata-rata luas tebangan E per tahun diperoleh dari seperlima tegakan berumur
11 – 50 tahun kelas umur II – V dalam satu jangka yang dikalikan dengan faktor
koreksi untuk luas tebangan sebesar 0,85. Luas tebangan E pada kondisi ideal, harapan, dan normal mengalami
peningkatan hingga jangka 2048-2057. Namun luas tebangan E pada kondisi ideal adalah luas tebangan E terbesar karena pada kondisi tersebut tidak disertakan faktor
kerusakan. Jangka 2058-2067 potensi tebangan E pada kondisi ideal, harapan, dan normal menurun. Hal ini disebabkan oleh kondisi struktur kelas hutan yang semakin
membaik dan semakin meratanya penyebaran potensi kelas hutan sehingga kelas umur tua mengalami peningkatan.
Gambar 11 Realisasi dan prediksi luas tebangan E KPH Bojonegoro pada kondisi ideal, normal, harapan, dan pesimis.
Dari data prediksi luas tebangan E dapat diperoleh prediksi volume tebangan E seperti tertera pada Gambar 12. Prediksi volume tebangan E diperoleh dari taksiran
volume hasil penjarangan per tahun dikali dengan faktor kerusakan sebesar 1,23.
1992-2001 2002-2007
2008-2017 2018-2027
2028-2037 2038-2047
2048-2057 2058-2067
Ideal 2448
1043 1292
3541 4219
4385 4364
2487 Normal
2448 1043
1292 2825
3067 3156
3170 2649
Harapan 2448
1043 1292
2847 3140
3219 3243
2666 Pesimis
2448 1043
1292 2628
2772 2575
2495 2541
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500 5000
L u
a s
te b
a n
g a
n E
h a
t h
Gambar 12 Realisasi dan prediksi volume tebangan E KPH Bojonegoro pada kondisi ideal, normal, harapan, dan pesimis.
Penyebaran luas hutan yang mulai merata pada berbagai kelas umur menyebabkan prediksi rata-rata luas dan volume tebangan E semakin menurun jangka
2058-2067 pada kondisi ideal, harapan, dan normal. Hal ini menunjukkan bahwa kelas umur IV ke atas mengalami peningkatan.
Dalam memperoleh taksiran nilai finansial dari hasil tebangan yang lebih realistis sesuai kualitas dan harga kayunya, maka prediksi volume tebangan A2 pada
setiap jangka proyeksi diklasifikasikan berdasarkan jenis sortimen A.I, A.II, dan A.III. Sesuai standar yang umum digunakan di wilayah Perum Perhutani Unit II Jawa
Timur, untuk KPH Bojonegoro dapat diprediksi bahwa setiap 1 m
3
volume tebangan A2 dapat menghasilkan 6 0,06 m
3
sortimen A.I, 14 0,14 m
3
sortimen A.II, dan 80 0,8 m
3
sortimen A.III. Berdasarkan Gambar 13. berikut disajikan klasifikasi realisasi dan prediksi
volume tebangan A2 atas sortimen A.I, A.II, dan A.III pada kondisi ideal, normal, harapan, dan pesimis. Untuk mendapatkan nilai prediksi volume tebangan tersebut,
maka volume tebangan A2 pada dikalikan dengan nilai standar yang ditetapkan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur untuk KPH Bojonegoro menurut jenis sortimen.
Dapat disimpulkan bahwa jenis sortimen A.III pada tebangan A2 memiliki rata-rata volume tebangan terbesar yaitu sebesar 80 dibanding jenis sortimen lainnya. Hal
ini menunjukkan bahwa untuk tebangan A2, didominasi oleh kayu-kayu besar.
1992-2001 2002-2007
2008-2017 2018-2027
2028-2037 2038-2047
2048-2057 2058-2067
Ideal 12253
3571 9161
25104 29915
31096 30945
17632 Normal
12253 3571
9161 20031
21747 22379
22477 18780
Harapan 12253
3571 9161
20186 22265
22825 22992
18901 Pesimis
12253 3571
9161 18632
19659 18255
17691 18015
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000
V o
lu m
e t
e b
a n
g a
n E
m 3
t h
Sehingga dengan semakin meningkatnya jenis sortimen A.III maka nilai jualnya juga semakin tinggi.
Peningkatan volume tebangan A2 menurut jenis sortimen jika dicerminkan pada berbagai tingkat kerusakan hutan maka kondisi harapan dan normal menghasilkan
jenis sortimen A.III lebih besar dibanding kondisi pesimis. Hal ini disebabkan oleh luas dan volume tebangan A2 pada kondisi harapan dan normal mengalami
peningkatan lebih besar dibanding kondisi pesimis. Jenis sortimen A.III mendominasi pada tebangan A2 karena potensi kelas umur tua yang sudah layak untuk ditebang
mengalami peningkatan. Besarnya peningkatan potensi kelas umur tua yang sudah layak ditebang, tercermin pada kondisi harapan dan normal.
Gambar 13 Klasifikasi volume tebangan A2 menurut jenis sortimen. Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, untuk KPH Bojonegoro dapat diprediksi
bahwa setiap 1 m
3
volume tebangan E dapat menghasilkan 74 0,74 m
3
sortimen A.I, 17 0,17 m
3
sortimen A.II, dan 9 0,09 m
3
sortimen A.III. Pada Tabel 15.
10000 20000
30000 40000
50000 60000
70000 80000
A .I
- id
ea l
A .I
I -
id ea
l
A .I
II -
id ea
l
A .I
- n
o rm
al
A .I
I -
n o
rm al
A .I
II -
n o
rm al
A .I
- h
ar ap
an
A .I
I -
h ar
ap an
A .I
II -
h ar
ap an
A .I
- p
esim is
A .I
I -
p es
im is
A .I
II -
p esim
is
Ideal Normal
Harapan Pesimis
Rata-rata volume tebangan A2 m3th 1992-2001
Rata-rata volume tebangan A2 m3th 2002-2007
Rata-rata volume tebangan A2 m3th 2008-2017
Rata-rata volume tebangan A2 m3th 2018-2027
Rata-rata volume tebangan A2 m3th 2028-2037
Rata-rata volume tebangan A2 m3th 2038-2047
Rata-rata volume tebangan A2 m3th 2048-2057
Rata-rata volume tebangan A2 m3th 2058-2067
Klasifikasi volume tebangan A2 menurut jenis sortimen
v o
lum e
teba ng
a n
m 3
t h
berikut ini disajikan klasifikasi realisasi dan prediksi volume tebangan E atas sortimen A.I, A.II, dan A.III pada kondisi ideal, harapan, normal, dan pesimis.
Data pada Tabel 11. menggambarkan bahwa jenis sortimen A.I pada tebangan E memiliki rata-rata volume tebangan terbesar yaitu sebesar 74 dibanding jenis
sortimen lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa untuk tebangan E, didominasi oleh kayu-kayu kecil. Sehingga dengan semakin meningkatnya jenis sortimen A.I maka
nilai jualnya juga semakin tinggi.
Gambar 14 Klasifikasi volume tebangan E menurut jenis sortimen.
5000 10000
15000 20000
25000
A.I -
id e
al A.II
- id
e al
A.III -
id e
al A.I
- n
o rm
al
A.II -
n o
rm al
A.III -
n o
rm al
A.I -
h ar
ap an
A.II -
h ar
ap an
A.III -
h ar
ap an
A.I -
p e
si m
is
A.II -
p e
si m
is
A.III -
p e
si m
is
Ideal Normal
Harapan Pesimis
Rata-rata volume tebangan m3th 1992-2001
Rata-rata volume tebangan m3th 2002-2007
Rata-rata volume tebangan m3th 2008-2017
Rata-rata volume tebangan m3th 2018-2027
Rata-rata volume tebangan m3th 2028-2037
Rata-rata volume tebangan m3th 2038-2047
Rata-rata volume tebangan m3th 2048-2057
Rata-rata volume tebangan m3th 2058-2067
Klasifikasi volume tebangan E menurut jenis sortimen
v o
lum e
teba ng
a n
m 3
t h
BAB VI KESIMPULAN