Tingkat kelestarian dan kerusakan hutan

1. Tingkat kelestarian dan kerusakan hutan

Gambaran kondisi sumberdaya hutan pada masa lalu dapat diperoleh dengan mengevaluasi struktur kelas hutan serta rencana dan realisasi kegiatan pengelolaan hutan selama empat jangka jangka 1975-1984, 1982-1991, 1992-2001, dan 2002- 2011 dan hasil audit sumberdaya hutan tahun 2007. Berdasarkan evaluasi terhadap kondisi sumberdaya hutan pada jangka lalu dan saat ini selanjutnya disusun suatu model proyeksi untuk memprediksi potensi sumberdaya hutan pada masa mendatang, baik dalam hal struktur kelas hutan maupun potensi hasilnya luas dan volume penebangan. Pada dasarnya, model proyeksi tersebut menggambarkan perubahandinamika tegakan suatu jangka ke jangka berikutnya. Dinamika tegakan yang tercakup dalam model proyeksi ini adalah: 1. Alih tumbuh, yaitu perpindahan tegakan dari satu kelas umur ke kelas umur diatasnya. Besarnya laju alih tumbuh dinyatakan sebagai tingkat kelestarian yang dihitung dengan rumus : = , untuk i = 1,2,…,ι; j = 2,3,…,κ dimana : = persentase alih tumbuh tingkat kelestarian dari tegakan kelas umur ke-i pada jangka sebelumnya menjadi tegakan kelas umur ke-j pada jangka berikutnya = luas ha tegakan kelas umur ke-i ha pada jangka sebelumnya = luas ha tegakan kelas umur ke-j ha pada jangka berikutnya. 2. Kerusakan dan penurunan potensi tegakan, dimana adanya gangguan hutan dapat menyebabkan hilangnya luasan suatu tegakan kelas umur untuk tumbuh menjadi tegakan kelas umur berikutnya. Karena ada gangguan hutan tersebut maka nilai p tidak mungkin 100 sehingga akan terdapat tingkat kerusakan q, sebesar : = 100 - , untuk i = 1,2,…,ι; j = 2,3,…,κ Dalam hal ini terdapat kemungkinan kerusakan tegakan sebagai berikut : 2.1 Pada tegakan kelas umur I, kelas umur II, dan kelas umur III mengalami kerusakan menjadi tanah kosong dan tanaman jati bertumbuhan kurang, dimana tingkat kerusakannya t, akan sama dengan nilai , , dan 2.2 Pada tegakan kelas umur IV , kelas umur V dan kelas umur VI mengalami kerusakan selain menjadi tanah kosong dan tanaman jati bertumbuhan kurang dan juga penurunan potensi tegakannya menjadi miskin riap. Oleh karena itu, tingkat kerusakan q, pada ketiga kelas umur tersebut terdiri atas tingkat kerusakan menjadi tanah kosong dan tanaman jati bertumbuhan kurang t, dan tingkat penurunan potensi menjadi miskin riap r, , sehingga : = + , untuk i = 4,5,6; j = 5,6,7 Besarnya nilai t dan r dihitung berdasarkan proporsi luasan tanah kosong, tanaman jati bertumbuhan kurang, dan miskin riap pada tegakan berumur 40 tahun ke atas dari data hasil audit sumberdaya hutan KPH Bojonegoro tahun 2007.

3. Penambahan tanaman baru, yaitu luasan areal non produktif yang ditanami dan