BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melaksanakan pengelolaan hutan yang berazaskan kelestarian, Perum Perhutani berpedoman pada kaidah-kaidah kehutanan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dan diselaraskan dengan prinsip kelestarian perusahaan, yaitu mengacu pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No. 143KptsDjI1974.
Berdasarkan surat keputusan tersebut ditetapkan cara pengaturan hasil dengan metode kombinasi luas areal dan massa kayu metode Burns. Dalam surat keputusan tersebut
tiap tahunnya tanaman dianggap berhasil tumbuh dan potensi tegakan tiap kelas umur tetap tanpa memperhitungkan faktor gangguan hutan. Kondisi hutan yang dihadapi
saat ini ialah kondisi hutan dengan potensi tegakan terbesar berada pada kelas umur muda.
Penerapan metode Burns pada tegakan yang susunan kelas umurnya menyimpang dari normal penyebaran luas tegakan di tiap kelas umur tidak sama
akan mengakibatkan penebangan tanaman yang masih muda, apabila akumulasi luas tegakan terdapat pada kelas umur muda. Timbulnya akumulasi luas tegakan pada
kelas umur muda disebabkan karena keamanan hutan yang rawan sehingga mengakibatkan kegagalan tanaman muda untuk mencapai kelas umur yang lebih tua
Perum Perhutani 1982. Mengingat bahwa penebangan tanaman yang masih muda cenderung menimbulkan keadaan yang rawan ditinjau dari segi keamanan sehingga
perlu dilakukan penundaan tebang tanaman yang umurnya belum mencapai daur dan menetapkan suatu batas umur tebang minimum tidak boleh ditebang. Konsep
kelestarian yang digambarkan sebagai hutan normal sulit tercapai, namun bisa tercapai dalam jangka waktu tertentu melalui pelaksanaan jangka benah.
Melalui penelitian ini, berdasarkan perubahan luas hutan akibat kerusakan yang terjadi pada KPH Bojonegoro, dapat dikaji pemanenan jangka panjang yang lestari.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kelestarian tegakan dan kelestarian produksi kayu jati di KPH Bojonegoro dengan mempertimbangkan
berbagai kondisi tingkat kerusakan hutan.
1.3 Manfaat Penelitian