4.3 Fisik Kawasan 4.3.1 Topografi
Secara umum, topografi TN Tanjung Puting adalah datar sampai bergelombang dengan ketinggian kurang dari 50 meter diatas permukaan laut. Di
bagian Utara, terdapat beberapa punggung pegunungan yang rendah dan bergelombang serta umumnya mengarah ke Selatan, akan tetapi di sebelah Selatan
dari Sungai Sekonyer tidak terdapat pegunungan atau bukit. Anak-anak sungai telah terbentuk karena terjadinya luapan air sungai pada waktu musim hujan.
Natai atau tanah tinggi banyak dijumpai di bagian tengah kawasan taman nasional. Natai ini terisolasi oleh rawa atau danau yang besar dimana jarang
dijumpai pepohonan. Keadaan ini akan lebih tampak terutama pada musim hujan, yaitu antara bulan Oktober sampai dengan Februari. Daerah pantai sebagian
berpasir antara sungai Arut Tebal sampai Teluk Ranggau di bagian Barat dan Pantai Selatan dan sebagian berlumpur mulai dari muara Sungai Sekonyer ke
selatan sampai Sungai Arut Tebal Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam, 2004.
4.3.2 Iklim
Kawasan TN Tanjung Puting mempunyai curah hujan rata-rata mencapai 2.400 mmtahun. Suhu maksimum bervariasi dari 31-33° C dan suhu minimum
bervariasi dari 18-21° C. Menurut Schmidt Fergusson, tipe iklim seperti ini termasuk dalam iklim selalu basah tipe A Direktorat Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam, 2004.
4.3.3 Hidrologi
Terdapat 7 Daerah Aliran Sungai DAS dan Sub DAS di dalam kawasan TN Tanjung Puting, yaitu DAS Sekonyer, Buluh Kecil, Buluh Besar, Cabang,
Perlu, Segintung dan DAS Pembuang. DAS dan Sub Das tersebut mempunyai air yang berwarna hitam, serta mengalir dari bagian utara dan tengah kawasan taman
nasional. Aliran sungai-sungai ini pelan dan di beberapa tempat terpengaruh oleh adanya pasang surut.
Banjir sering terjadi dan beberapa danau sering terbentuk di daerah hulu pada musim hujan, mulai bulan Oktober sampai dengan April. Air tanah menjadi
bagian penting dari semua habitat di TN Tanjung Puting dan lebih dari 60 kawasan tergenang air paling tidak selama 4 bulan setiap tahunnya.
Selama musim kemarau yang panjang, air payau dapat masuk ke daerah hulu sejauh ± 10 km, sepanjang Sungai Sekonyer. Fluktuasi harian dari
permukaan air Sungai Sekonyer yang terkait dengan adanya pasang surut dapat diukur sampai ± 15 km dari muara. Fluktuasi musiman permukaan air di daerah
rawa-rawa memiliki variasi rata-rata antara 1,5 sampai 2 meter dan di beberapa tempat bisa mencapai 3 meter Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam, 2004.
4.3.4 Geologi dan Tanah
TN Tanjung Puting relatif berumur geologi muda dan daerah berawa-rawa datar yang meluas ke pedalaman sekitar 5-20 km dari pantai mungkin hanya
berumur beberapa ratus sampai beberapa ribu tahun saja. Sebagian besar sedimen tanahlumpur adalah alluvial muda. Bagian utara kawasan yang mencuat beberapa
meter diatas permukaan laut mungkin merupakan bagian dari deposisi sandstone tertiary.
Pada umumnya, tanah di kawasan TN Tanjung Puting adalah miskin hara kurang subur, tercuci berat serta kurang berkembang. Semua tanah bersifat
sangat asam dengan kisaran pH antara 3,8-5,0. Tanah-tanah di sekitar anak-anak sungai dicirikan oleh suatu lapisan top soil yang berwarna abu-abu kecoklatan
serta suatu lapisan sub soil yang lengket yang juga berwarna abu-abu kecoklatan. Tanah di rawa-rawa daerah pedalaman daerah hulu, memiliki kandungan
unsur organik yang lebih tinggi dan formasi gambut tersebar luas di banyak tempat dengan ketebalan sampai 2 meter. Jalur-jalur tanah tinggi yang mendukung
tumbuhnya hutan tanah kering dry land forest atau hutan kerangas, memiliki kandungan pasir yang lebih tinggi bahkan kadang-kadang pasir kuarsa putih,
namun telah tercuci habis-habisan sebagai akibat perubahan besi ke senyawa- senyawa besi serta terus terlarutnya unsur-unsur ini. Semua tanah di Taman
Nasional Tanjung Puting, seperti halnya sebagian besar tanah di Kalimantan
adalah sangat tidak subur dan secara umum hanya mampu mendukung usaha pertanian
secara temporer Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2004.
4.4 Biotik 4.4.1 Flora