Sebaran Spasial Jenis Ular

tersebut memiliki relung niche yang luas. Meskipun terdapat tumpang tindih overlap penggunaan sumberdaya, beberapa jenis ular masih dapat bertahan pada habitat tersebut dengan memanfaatkan sumberdaya yang berbeda untuk mengurangi persaingan. Kemerataan jenis ular pada habitat hutan rawa sekunder riparian di S. Sekonyer Kanan tergolong sedang E = 0,61. Meskipun habitat tersebut memiliki keanekaragaman jenis ular tertinggi daripada habitat lainnya, namun pada habitat tersebut terdapat jenis ular yang mendominasi karena ditemukan dalam jumlah yang banyak, yaitu Psammodynastes pictus. Jenis ular ini juga merupakan jenis yang dominan dijumpai pada habitat hutan rawa primer. Jenis ular ini merupakan satu-satunya jenis ular yang dijumpai, sehingga kemerataan jenis pada habitat tersebut memiliki nilai terendah E = 0. Dominansi jenis Psammodynastes pictus pada habitat hutan rawa sekunder riparian di S, Sekonyer Kanan dan hutan rawa primer diduga disebabkan karena Psammodynastes pictus memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik daripada jenis ular lainnya dalam pemanfaatan sumberdaya yang ada. Kondisi habitat yang tergenang air, vegetasi beragam, serta banyak terdapatnya satwa mangsa yang mudah dijumpai, merupakan habitat yang ideal bagi jenis tersebut untuk mendapatkan makanan.

5.2.3 Sebaran Spasial Jenis Ular

Perbedaan penyebaran jenis ular yang dijumpai selama penelitian berkaitan dengan kondisi setiap tipe habitat tersebut. Setiap tipe habitat yang ada memiliki karakteristik tersendiri yang dapat mendukung dan menunjang kebutuhan hidup ular, baik berupa cover untuk berlindung maupun faktor kemudahan memperoleh satwa mangsa. Habitat semakbelukar merupakan habitat yang memiliki penutupan tajuk sangat terbatas. Habitat ini merupakan lahan terbuka yang sangat kering karena tidak terdapat sumber air. Selain itu, pada habitat ini tidak dijumpai satwa amfibi yang umumnya menjadi mangsa ular dan hanya ditemukan 1 jenis reptil, yaitu Eutropis multifasciata . Terbatasnya satwa mangsa dan vegetasi untuk berlindung, menjadikan habitat semakbelukar tidak ideal bagi ular. Hal ini mengakibatkan tidak dijumpainya jenis ular pada habitat ini. Faktor lain yang mempengaruhi adalah karena habitat tersebut mengalami kebakaran hutan pada tahun 2006. Kebakaran hutan tersebut diduga menyebabkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan yang cepat pada habitat semakbelukar sehingga tidak dapat memenuhi sumberdaya yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan ular. Kondisi habitat tersebut sesuai dengan Irwan 2007, yang menyatakan bahwa apabila terjadi perubahan yang cepat pada suatu ekosistem, dapat mengakibatkan makhluk hidup mati atau pergi mencari habitat yang lebih cocok. Habitat hutan rawa sekunder di Beguruh dan hutan rawa sekunder riparian di S. Sekonyer Kanan memiliki penyebaran jenis ular yang berbeda meskipun tipe penutupan vegetasinya sama. Hal ini berkaitan dengan perbedaan kondisi habitat yang terdapat pada kedua lokasi tersebut. Habitat hutan rawa sekunder di Beguruh merupakan hutan rawa yang tidak selalu tergenang air dengan kondisi lantai hutan yang kering. Kondisi ini memungkinkan jenis ular terrestrial, seperti Naja sumatrana untuk dapat hidup pada habitat tersebut. Habitat hutan rawa sekunder riparian di S. Sekonyer Kanan, lantai hutannya selalu tergenang air yang berasal dari luapan aliran sungai. Kondisi ini merupakan habitat ideal bagi beberapa jenis ular yang berasosiasi dengan wilayah perairan, seperti Psammodynastes pictus, Xenochrophis trianguligera , serta Enhydris enhydris. Selain itu, habitat tersebut memiliki kelimpahan satwa mangsa yang cukup tinggi sehingga dimanfaatkan oleh beberapa jenis ular sebagai tempat untuk mencari pakan foraging habitat. Pada habitat hutan rawa primer, hanya dijumpai 1 jenis ular, yaitu jenis Psammodynastes pictus . Seluruh individu yang dijumpai, berada di sekitar genangan air yang terdapat pada lantai hutan dengan jarak hanya beberapa puluh sentimeter di atas permukaan air. Kondisi habitat yang memiliki tajuk rapat serta struktur dan komposisi vegetasi yang beragam, diduga menjadikan hutan rawa primer sebagai habitat yang ideal bagi jenis ular untuk berlindung. Hal ini mengakibatkan sulitnya menjumpai ular pada habitat tersebut. Habitat lainnya, yaitu hutan campuran di Camp Tanjung Harapan dan hutan campuran di Camp Leakey, memiliki daya dukung yang memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup ular. Letak kedua habitat yang berdekatan dengan aliran sungai serta banyak terdapatnya satwa mangsa ular di sekitar bangunan rumah, seperti cicak dan kadal, menarik beberapa jenis ular untuk menempati habitat tersebut. Jenis Psammodynastes pictus serta beberapa jenis ular semi akuatik, seperti Xenochrophis maculata dan Xenochrophis trianguligera, menyebar di sekitar aliran sungai dan daerah rawa. Jenis ular lainnya, seperti Ahaetulla prasina , Dendrelaphis caudolineatus, Dendrelaphis pictus, serta Dryophiops rubescens , menyebar diantara vegetasi yang terdapat di sekitar areal Camp. Menurut Stuebing dan Inger 1999, jenis ular ini merupakan jenis ular yang umum dijumpai pada habitat yang terganggu atau dekat dengan habitat manusia.

5.2.4 Kesamaan Jenis Ular