Penginderaan Jauh Waktu dan Tempat Alat dan Bahan

2.3 Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh remote sensing merupakan ilmu dan seni memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data dengan menggunakan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji Lillesand dan Kiefer, 1979. Menurut Lo 1995, penginderaan jauh merupakan suatu teknik mengumpulkan informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa bersentuhan fisik. Fisher dan Lindenberg 1989 dalam Claasen 1992 menjelaskan bahwa penginderaan jauh merupakan suatu kegiatan pengumpulan data keruangan dari spektrum elektromagnetik dengan menggunakan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek yang diamati. Penginderaan jauh umumnya digunakan untuk mengumpulkan data sumberdaya alam dan lingkungan. Data hasil interpretasi penginderaan jauh bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, kehutanan, geografi, geologi, arkeologi, dan berbagai bidang lainnya. Banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari penginderaan jauh, membuat penerapannya semakin lama menjadi semakin berkembang. Menurut Lillesand dan Kiefer 1979, keberhasilan penerapan penginderaan jauh meningkat cukup pesat dengan menggunakan pendekatan multi pandang. Pendekatan tersebut, meliputi penginderaan multi tingkat data suatu daerah dikumpulkan dari berbagai tinggi, penginderaan multi spektral data suatu daerah diperoleh dari beberapa saluran spektral secara bersamaan, serta penginderaan multi temporal data suatu daerah dikumpulkan dengan lebih dari satu tanggal pemotretan. 2.4 Sistem Informasi Geografis SIG 2.4.1 Definisi Menurut Aronoff 1989 dalam Prahasta 2002, SIG adalah sistem berbasis komputer yang memiliki empat kemampuan dalam menangani data bereferensi geografis, yaitu pemasukan data data input, manajemen data storage and retrieval, analisis dan manipulasi data, serta menghasilkan data data output. Sedangkan Paryono 1994 mengartikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisa informasi geografis. Burrough 1986 mendefinisikan SIG sebagai sistem penanganan dan pengolahan data serta informasi geografis, baik data atribut maupun data spasial. Data spasial dapat disajikan dalam dua model, yaitu model raster berupa grid atau kisi dan model vektor Paryono, 1994. Pada model data raster, semua objek disajikan dalam bentuk sel yang disebut piksel picture element. sedangkan pada model data vektor, objek disajikan sebagai titik atau segmen-segmen garis. SIG dapat dianggap sebagai sistem pengelolaan peta. Berbagai peta disimpan untuk digunakan kembali sewaktu-waktu. Peta yang ada dapat dianalisis dan dimanipulasi sehingga membentuk peta baru yang disajikan sebagai pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan, seperti perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumberdaya alam, lingkungan, transportasi, dan sebagainya.

2.4.2 Subsistem SIG

Berdasarkan definisi-definisi yang telah berkembang, Prahasta 2002 menguraikan SIG menjadi beberapa subsistem, yaitu masukan data, keluaran data, manajemen data, serta manipulasi data. 1. Masukan data Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengkonversi format-format data aslinya kedalam format yang dapat digunakan SIG. 2. Keluaran data Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy ataupun hardcopy seperti grafik, tabel, peta dan lain-lain. 3. Manajemen data Subsistem ini mengorganisasikan data spasial maupun data atribut ke dalam sebuah data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update dan di- edit . 4. Manipulasi dan analisis data Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan permodelan data untuk mengahasilkan informasi yang diharapkan.

2.4.3 Komponen SIG

SIG merupakan sistem kompleks yang terintegrasi dengan sistem-sistem komputer lain di tingkat fungsional dan jaringan. SIG terdiri dari beberapa komponen, yaitu perangkat keras, perangkat lunak, data dan informasi geografi, serta manajemen data Gistut, 1994 dalam Prahasta, 2002. 1. Perangkat keras Saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras, mulai dari PC desktop, workstations, hingga multiuser host yang dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki harddisk yang besar, dan memiliki kapasitas memori RAM yang besar. Perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah komputer, mouse, digitizer, printer, plotter, dan scanner. 2. Perangkat lunak SIG merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secar modular, dimana basis data memegang peranan kunci. Setiap subsistem diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul, sehingga terdapat ratusan program yang dapat dieksekusi sendiri. 3. Data dan informasi geografis SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data serta informasi yang diperlukan, baik secara tidak langsung mengimportnya dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung mendijitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari table-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard. 4. Manajemen data Suatu proyek SIG akan berhasil jika dikelola dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.

2.4.4 Aplikasi SIG

SIG dapat digunakan untuk perencanaan tata ruang penggunaan lahan, perencanaan geologi, pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan, satwaliar, perencanaan pertanian, perencanaan tata kota, lalu lintas, dan transportasi jaringan jalan, perencanaan rekreasi, serta perencanaan pelayanan umum Aronoff, 1989 dalam Prahasta, 2002. Menurut Prahasta 2002, aplikasi SIG antara lain dapat digunakan dalam aspek sumberdaya alam, perencanaan, kependudukan, lingkungan, dan pertahanan. pada aspek sumberdaya alam, SIG digunakan dalam kegiatan inventarisasi, manajemen, serta analisis kesesuian lahan untuk pertanian, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, analisis daerah rawan banjir, dan sebagainya. BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pengambilan data dilakukan selama 24 hari antara bulan April - Mei 2008 pada beberapa tipe habitat di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah Gambar 1, meliputi habitat semakbelukar, hutan rawa sekunder di Beguruh, hutan rawa sekunder riparian di Sungai Sekonyer Kanan, hutan rawa primer, hutan campuran di Camp Tanjung Harapan, dan hutan campuran di Camp Leakey.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan kegunaannya Tabel 1. Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian No. Kegunaan Alat dan Bahan 1 Pembuatan plot analisis vegetasi Kompas, meteran 50m, meteran jahit, tambang plastik, tali rafia. 2 Pengambilan data ular GPS, Tongkat ular, kantong spesimen, buku panduan identifikasi jenis ular, senter, baterai, kaliper, spidol permanen. 3 Pengukuran faktor fisik lingkungan Termometer air raksa, Hygrometer. 4 Analisis data ArcView 3.3, Minitab 14, peta penutupan lahan TNTP, peta sungai TNTP, peta batas kawasan, serta peta study area Camp Leakey. 5 Preservasi Alat suntik, alkohol 70, kapas, kertas label, benang jahit, kotak penyimpanan spesimen. 6 Dokumentasi Kamera, tally sheet , alat tulis. 3.3 Jenis Data 3.3.1 Data Primer