2.4 Sifat Akustik Kayu
Menurut Tsoumis 1991, sifat akustik kayu berhubungan dengan produksi bunyi yang diakibatkan oleh benturan langsung, dan bunyi yang dihasilkan oleh
sumber lain yang dipancarkan melalui udara dan mempengaruhi kayu dalam bentuk gelombang bunyi. Sedangkan menurut Bucur 2006, sifat akustik kayu
berhubungan langsung dengan segala aspek yang berkaitan dengan suara dari dinding suara yang diproduksi oleh pohon dan hutan, penggunaan kayu sebagai
panel akustik, karakteristik emisi akustik dari jenis kayu yang berbeda, pengaruh pertumbuhan, kelembaban, modulus elastisitas pada kayu, dan kandungan bahan
kimia pada kayu yang mempengaruhi sifat akustik.
2.4.1 Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi terdiri dari molekul-molekul udara yang bergetar maju-
mundur. Tiap saat, molekul-molekul itu berdesakan di beberapa tempat, sehingga menghasilkan wilayah tekanan tinggi, tapi di tempat lain merenggang, sehingga
menghasilkan wilayah tekanan rendah. Gelombang bertekanan tinggi dan rendah secara bergantian bergerak di udara, menyebar dari sumber bunyi. Gelombang
bunyi ini menghantarkan bunyi ke telinga manusia, gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal Wirajaya 2007.
Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi di udara atau medium lain sampai ke gendang telinga manusia. Frekuensi adalah banyaknya gelombang
dalam 1 detik, batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia adalah dari 20 Hz sampai 20 kHz yang disebut gelombang sonik. Suara di atas 20
kHz disebut ultra sonik dan di bawah 20 Hz disebut infra sonik. Gelombang sonik ini sering disebut sebagai gelombang suara atau bunyi Wirajaya 2007.
2.4.2 Koefisien Absorbsi Suara
Setiap permukaan yang didatangi oleh gelombang suara akan memantulkan, menyerap dan meneruskan energi suara yang datang. Perbedaan
besarnya porsi energi suara yang dipantulkan dan yang diserap terhadap energi suara yang datang akan menentukan sifat material tersebut. Apabila porsi yang
dipantulkan lebih banyak daripada yang diserap, maka material akan disebut sebagai pemantul reflektor, dan sebaliknya apabila porsi yang diserap lebih
banyak, maka material itu akan disebut sebagai material penyerap suara. Porsi energi inilah yang kemudian digunakan sebagai cara untuk menyatakan koefisien
serap Sarwono 2009. 2.4.3 Peredam Berpori
Peredam berpori umum termasuk karpet, gorden, selulosa semprot, plester soda, mineral wool berserat dan serat kaca. Secara umum, semua bahan-bahan
tersebut memungkinkan udara mengalir ke dalam struktur selular dimana energi suara diubah menjadi panas. Peredam berpori adalah bahan yang paling umum
digunakan menyerap suara. Ketebalan memiliki peran penting dalam penyerapan suara dengan bahan berpori. Kain diterapkan langsung ke substrat, kertas besar
seperti papan plester atau gypsum tidak membuat peredam suara yang efisien karena lapisannya sangat tipis serat Schwind 1997.
2.4.4 Rugi Transmisi Suara dan Kelas Transmisi Suara