108 Kabupaten Tangerang. KawasanTotal luas kawasan Jabodetabek 6.665,05 km
2
dan luas secara terinci dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas Wilayah Kawasan Jabodetabek Menurut Wilayah Administrasi
No KotaKabupaten
Luas Km
2
1 DKI Jakarta
66.156
9,93 2
Kabupaten Bogor 294.264
44,15 3
Kota Bogor 11.218
1,68 4
Kota Depok 20.326
3,05 5
Kabupaten Tangerang 109.142
16,38 6
Kota Tangerang 16.387
2,46 7
Kota Tangerang Selatan 14.822
2,22 8
Kabupaten Bekasi 113.368
17,01 9
Kota Bekasi 20.822
3,12
Jumlah 666.505
100,00
Sumber : Hasil Analisa
Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta telah menjadi kota terdinamis di
Indonesia. Hegemoninya telah mempengaruhi perkembangan daerah-daerah
lainnya, terutama daerah sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Interaksi diantara kelima kawasan tersebut berlangsung secara aktif, sebagaimana layaknya dalam sebuah sel hidup terdapat sinkronisasi antara inti sel
dengan organel-organelnya. Secara riil wujud dari interaksi tersebut berupa perjalanan dari masyarakat di Bodetabek Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
menuju Jakarta. Aktifitas
perjalanan menuju Jakarta
tersebut umumnya
dilakukan dengan cara menglaju, yaitu menjadi penduduk aktif Jakarta di siang hari, namun secara formal kependudukan dan tempat tinggal tetap di Bodetabek.
Perjalanan para penglaju ini mengakibatkan kemacetan lalu lintas pada setiap pintu masuk Jakarta di pagi dan sore hari. Jumlah penglaju ini diperkirakan lebih
dari 3 juta jiwa setiap harinya. Intensitas interaksi kelima kota tersebut menyebabkan kelimanya secara gabungan disebut sebagai kawasan Jakarta-
Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi atau disingkat dengan Jabodetabek. Suatu kenyataan bahwa Jabotabek telah menjadi salah satu pusat industri dan
jasa terbesar di Indonesia. Jabodetabek menjadi salah satu tumpuan harapan para pencari kerja. Sementara itu secara administratif, wilayah Botabek telah
109 berkembang dari 3 wilayah menjadi 9 wilayah yang memiliki otonomi sendiri.
Sebagai sebuah wilayah otonom UU No. 22 tahun 1999 kabupatenkota tersebut perlu menggali potensi Pendapatan Asli Daerah PAD semaksimal
mungkin. Namun demikian, upaya tersebut dapat berdampak
buruk terhadap ekologi wilayah hilirnya, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem dan
bencana alam.
4.2. Kondisi Fisik Lahan
4.2.1. Klimatologi
Cuaca dan iklim adalah proses interaktif alami kimia, biologis dan fisis di alam, khususnya di atmosfer. Hal ini terjadi karena adanya sumber energi, yaitu
Matahari dan gerakan rotasi bumi pada poros kurang 24 jam serta revolusi Bumi mengelilingi Matahari. Dalam peristiwa ini, pendekatan fisis lebih dominan
daripada kimia dan biologis. Cuaca sebagai kondisi udara sesaat dan iklim sebagai kondisi udara rata-rata dalam kurun waktu tertentu merupakan hasil interaksi
proses fisis. Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu
perubahan iklim akan membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan maupun siklus beberapa tahunan . Selain perubahan yang berpola siklus,
aktivitas manusia menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam skala global maupun skala lokal.
Perubahan iklim didefinisikan sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang merubah
komposisi atmosfer, yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang Trenberth, Houghton and Filho, 1995. Iklim
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tanaman, oleh karena itu iklim merupakan salah satu data yang sangat diperlukan
dalam perencanaan wilayah terutama keperluan pertanian. Iklim terutama curah hujan sangat berperan dalam menentukan besar kecilnya aliran permukaan dan
erosi, yang pada gilirannya akan menentukan besar debit sungai. Curah hujan juga dimanfaatkan untum memprediksi neraca air sehingga dapat diperoleh jumlah
ketersediaan air,
No Curah Hujan
Luas Hektar
1 Kurang dari 1500 mmthn
52.832 7,93
2 1500-2000 mmthn
177.918 26,69
3 2000-2500 mmthn
117.311 17,60
4 2500-3000 mmthn
91.240 13,69
5 3000-3500 mmthn
73.518 11,03
6 3500-4000 mmthn
69.006 10,35
7 4000-4500 mmthn
16.196 2,43
8 4500-5000 mmthn
36.317 5,45
9 Lebih dari 5000 mmthn
32.167 4,83
Jumlah 666.505
100,00
111 per tahun. Dari data tersebut menunjukan bahwa curah hujan makin tinggi ke arah
selatan atau pengunungan. Hal ini dapat dimungkinkan di DKI Jakarta tidak terjadi hujan, tetapi air sungai meluap dan terjadi banjir. Oleh karena itu dalam
perencanaan sangat penting mempertahankan daerah selatan dengan penutup lahan berupa hutan atau tanaman tahunan.
4.2.2. Morfologi dan Topografi
Berdasarkan Peta Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu Nomor 1209 tahun 1992 maka Jakarta, Tangerang dan Bekasi termasuk satuan morfologi dataran
pantai dan kipas gunung api Bogor. Dataran pantai yang dicirikan oleh permukaannya yang nisbi datar dengan ketinggian antara 0 – 15 m di atas
permukaan laut. Dataran ini termasuk dataran rendah Jakarta. Sedangkan kipas gunungapi bogor yang menyebar dari selatan ke utara dengan Bogor sebagai
puncaknya. Satuan ini ditempati oleh rempah-rempah gunung api berupa tuf, konglomerat dan breksi yang sebagian telah mengalami pelapukan kuat, berwarna
merah kecoklatan. Morfologi kawasan Jabodetabek dibagi menjadi tiga kategori bentuk
lahan, yang disesuaikan dengan kondisi ekosistemnya. Ketiga bentuk lahan
tersebut adalah kawasan pesisir pantai di bagian utara, kawasan dataran di bagian tengah, dan kawasan perbukitan sampai pegunungan di bagian selatan.
Ketinggian lahan memiliki kisaran yang sangat bervariasi pada bagian selatan.
Kawasan yang termasuk ke dalam klasifikasi Pesisir Pantai yang memiliki kriteria topografi yang landai dan elevasi rendah dengan ketinggian
antara 0 - 25 meter dpl. Kawasan ini berada di sepanjang Pantai Utara
kawasan Jabodetabek,
yang meliputi wilayah Kabupaten Tangerang, DKI Jakarta, dan Kabupaten Bekasi. Kawasan dataran adalah kawasan yang memiliki
ketinggian antara 25 - 200 meter dpl dan memiliki topografi bergelombang, yang meliputi Kota Tangerang, Kota Depok, Kota Bekasi dan Kabupaten Tangerang;
sedangkan kawasan perbukitan adalah suatu kawasan dengan ketinggian di atas 200 meter dpl dengan topografi berbukitbergunung, yang meliputi Kota dan
Kabupaten Bogor.
No Kelas Lerang
Luas Hektar
1 0 - 8
414.099 62,13
2 8 - 15
88.508 13,28
3 15 - 40
75.797 11,37
4 Lebih 40
81.132 12,17
5 SungaiBadan Air
6.969 1,05
Jumlah 666.505
100,00