Aluvium Qa METODOLOGI PENELITIAN

119 sedikit kuarsa, bersusunan andesit dan umumnya mengandung batu apung. Tuf tua, berwarna kelabu gelap, terutama terdiri dari kepingan andesit dan batu apung serta dengan sedikit felspar dengan tuf halus sebagai masa dasar. Tuf hablur, berwarna kelabu putih, tersusun dari felspar, mika, minera, mafik, kaca dan sedikit kepingan andesit serta batu apung. Breksi batu apung, kelabu kecoklatan, komponennya menyudut-membundar tanggung, terpilah buruk, kemas agak terbuka dan padu, berukuran 10 cm terdiri dari batu apung, andesit, obsidian dan kaca gunung api. Batu pasir tufan, berwarna putih kelabu, berbutir menengah sampai kasar, agak padat, mengandung batu apung, setempat terdapat sisa tumbuhan, umumnya menmunjukkan perlapisan silang siur. Dijumpai beberapa sisipan tuf batu apung dengan tebal 10-15 cm dan andesit dengan massa dasar tuf berbutir halus. Di dalam satuan ini tidak dijumpai fosil. Berdasarkan kedudukan stratigrafinya yang menindih secara tidak selaras Formasi Genteng dan Formasi Serpong, dan ditindih secara selaras oleh batuan gunung api muda, satuan ini diduga berumur Plistosen Awal-Tengah, dan diendapkan dalam lingkungan darat sampai daerah pasang surut. Sebaran satuan ini terutama di bagian barat-laut Lembar, meliputi daerah Tanerang, Bojonglopang, Cipondoh dan Pasir Gadeng. Tebalnya diduga sekitar puluhan meter. Satuan ini merupakan lanjutan dari Tuf Banten dan Lembar Serang.

b. Endapan Gunung Api Muda Qv

Breksi, lahar, lava bantal, dan tuf breksi berselingan dengan tuf pasir atau tuf halus. Breksi, kelabu kehitaman padat berkomponen andesit berukuran 1-15 cm, menyudut-membundar tanggung, terpilah buruk dengan masa dasar batu pasir kasar bersusunan andesitan. Lahar, kelabu kehitaman, padat, struktur kasar, aliran, permukaan kasar, komponen menyudut-membundar tanggung, terpilah buruk. Lava, berstruktur bantal, kelabu kehitaman, berhablur halus-sedang, porfiritik dengan piroksen dan olivin sebagai fenokris, dan masa dasar dari plagioklas, di beberapa tempat berstruktur berongga Amigdaloidal yang diisi oleh kalsit. 120 Tuf Breksi, kelabu-coklat, sebaran komponen 0,5-20 cm, tidak merata, terpilah buruk, kemas agak terbuka, komponen dari andesit, batu apung, gelas atau pasir gunung api dan mineral terang, tebalnya beberapa meter. Batuan gunung api ini diduga plistosen dan diendapkan dalam lingkungan darat, diperkirakan dari sumber Gunung Sudamanik. Di lembar Bogor Effendi, 1986, satuan ini disebut sebagai vulkanik tua tak terurai Qvu. Tebal lapisan beberapa puluh sampai ratusan meter. Sebarannya di sekitar Sungai Cipangaur dan Sungai Cimanceuri. Adanya lava berstruktur bantal menunjukkan bahwa lava ini tidak jauh dari sumbernya dan diendapkan dalam lingkungan air. Endapan gunung api muda ini menyebar ke Lembar Bogor sebagai aliran lava Qv dan batuan Gunung Api tua tak dipisahkan Qvu.

c. Andesit Sudamanik Qvas

Terdiri dari andesit. Andesit kelabu kehitaman, padat, porfiritik dengan piroksen, hornblenda dan plagioklas sebagai fenokris dan bermassa dasar felsfar. Di beberapa tempat berstruktur meniang atau ”sheeting”. Batuan ini membentuk kerucut tumpul di Gunung Sudamanik dan kerucut kecil-kecil di sekitarnya. Diduga bahwa kerucut ini merupakan sumbat gunung api ”volcanic neck” atau “parasiticone” dari Gunung Sudamanik. Umur batuan ini diduga sama dengan atau lebih muda dari endapan gunung api Qv, yaitu Plistosen.

4.2.4. Hidrologi

Dalam perencanaan suatu areal, informasi mengenai kondisi hidrologi sangat diperlukan. Pola drainase di pegununganperbukitan umumnya dendritik, sedangkan di dataran rendah sungai ini bermeander. Secara garis besar dijumpai 2 sistem perairan alami yaitu perairan hulu hinterland drainage dan perairan pantai seawater drainage. Masing-masing sistem mempunyai karakteristik yang khas, baik ditinjau dari daerah asal, kualitas air, maupun pola drainasenya. Keadaan hidrologi umumnya berkaitan erat dengan keadaan fisiografi daerah ini dan berpengaruh langsung terhadap sumberdaya lahan dan potensinya. Sistem hidrologi di Jabodetabek terdiri atas :