Pendugaan Nilai Komponen Dinamika Struktur Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan

30

3.3.1 Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan

Obyek yang digunakan dalam kajian keragaman ST HABT ini mencakup 101 PUP, yang tersebar di empat provinsi, yaitu : Kalimantan Timur 54 PUP, Kalimantan Tengah 29 PUP, Kalimantan Barat 15 PUP, dan Kalimantan Selatan 3 PUP. Tahapan-tahapan kajian keragaman ST HABT adalah sebagai berikut: 1 Penyusunan tabel struktur tegakan, yaitu tabel yang menampilkan sebaran jumlah pohon per kelas diameter. Lebar selang kelas diameter dibuat 5 cm. Kelas diameter terrendah dimulai dari 10,0-14,9 cm dan kelas tertinggi 85,0 cm ke atas. 2 Penyusunan model struktur tegakan menggunakan fungsi eksponensial negatif Persamaan 1, dengan kriteria penerimaan model adalah F-hitung yang nyata melalui analisis ragam dan koefisien determinasi lebih dari 50. 3 Pengelompokan tegakan. Pengelompokan tegakan dilakukan berdasarkan sebaran nilai N o dan k yang diperoleh, dengan kriteria pengelompokkan seperti pada Tabel 3 mengikuti Suhendang 1994. 3.3.2 Dinamika Struktur Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan

3.3.2.1 Pendugaan Nilai Komponen Dinamika Struktur Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan

Komponen dinamika struktur tegakan DST yang menyatakan proporsi jumlah pohon yang tetap berada pada KD ke-i a i dan proporsi tambah tumbuh b i , dalam penelitian ini ditentukan dengan 4 empat cara, yaitu: Metode I: Model penduga komponen DST disusun menggunakan persamaan regresi Persamaan 11 dengan anggapan bahwa proporsi tetap a i dan proporsi tambah tumbuh b i tersebut merupakan fungsi dari peubah-peubah tegakan, lingkungan, dan lamanya waktu setelah penebangan. Persamaan regresi disusun menggunakan 5 peubah bebas X dan sebuah peubah tidak bebas W. Tiga peubah bebas berkaitan dengan kondisi tegakan yaitu jumlah pohon total, jumlah pohon pada KD tertentu dan jumlah luas bidang dasar pohon total yang diduga memiliki hubungan kuat dengan komponen DST, sedangkan dua peubah bebas lainnya adalah lama waktu setelah penebangan dan ketinggian tempat tumbuh, ditetapkan dengan pertimbangan pokok semata-mata karena ketersediaan data dan kemudahan dalam hal kemungkinan untuk bisa mendapatkan datanya. Model untuk menduga banyaknya atau proporsi pohon tambah tumbuh dan tetap disusun untuk setiap KD pada setiap KJ pohon. Untuk mengurangi pengaruh serial korelasi atau heteroskedastisitas, 31 koefisien regresi diduga dengan metode cochrane-orcutt atau generalized least square GLS. W ijk = β + ∑ β mij X mijk [ 11 ] Keterangan: W ijk = peubah tidak bebas tambah tumbuhproporsi tetap pada KJ ke-i dan KD ke-j i = 1, 2 ada 2 KJ ; j = 1, 2, ..., 10 ada 10 KD β = intersep β m = koefisien regresi; m = 1,2,3,4,5; X m = peubah bebas ke-m, yang meliputi : X 1 = jumlah pohon dengan diameter 15 cm ke atas per ha X 2 = jumlah pohon per ha pada KD ke-i X 3 = jumlah luas bidang dasar pohon dengan diameter 15 cm ke atas per ha X 4 = jangka waktu tahun setelah penebangan X 5 = ketinggian dari permukaan laut m Metode II: Proporsi tetap a i dan proporsi tambah tumbuh b i disusun menggunakan persamaan regresi yang merupakan fungsi dari jumlah pohon pada KD tertentu dan KD sebelumnya Persamaan 6. Pendugaan parameter dilakukan untuk setiap persamaan masing-masing KD secara sendiri-sendiri dengan metode ”ordinary least square ” OLS. Cara ini mengikuti Metode II menurut Michie Buongiorno 1984. Metode III: Seperti halnya pada Metode II, tetapi pendugaan parameter untuk setiap persamaan masing-masing KD dilakukan secara serentak menggunakan prosedur ”seemingly unrelated regression” SUR. Cara ini seperti Metode III menurut Michie Buongiorno 1984. Metode IV: Proporsi tetap a i dan proporsi tambah tumbuh b i ditentukan sebagai rata- rata hitung proporsi jumlah pohon yang tetap berada pada KD ke-i a i dan proporsi tambah tumbuh ke KD berikutnya yang berurutan. Cara ini disebut Metode I menurut Michie Buongiorno 1984. Proyeksi ST dilakukan sampai tegakan mencapai keadaan kesetimbangan atau keadaan tunak steady stateequilibrium, yaitu kondisi di mana ST dalam keadaan tetap sehingga pertumbuhan tegakan yang terjadi seimbang dengan mortalitas yang ada.

3.3.2.2 Simulasi Proyeksi Struktur Tegakan