Kebaruan Novelty BatasanRuang Lingkup Populasi

4 2. Apakah nilai komponen dinamika struktur tegakan dapat diduga oleh beberapa faktor tegakan, lingkungan dan lama waktu setelah penebangan. Apakah model komponen dinamika struktur tegakan rekrutmen, tambah tumbuh, mortalitas dapat menjelaskan keragaman dinamika struktur tegakan tersebut ? 3. Berdasarkan model atau nilai komponen dinamika struktur tegakan yang diperoleh, juga ingin diperoleh gambaran jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a. Dapatkah proyeksi struktur tegakan digunakan untuk menduga struktur tegakan di masa yang akan datang ? Untuk menjawab hal ini akan dilakukan pula validasi terhadap struktur tegakan hasil pendugaan tersebut. b. Dengan menggunakan hasil proyeksi struktur tegakan di atas dan melalui simulasi penebangan dengan berbagai kondisi ST awal tertentu, dapatkah ditentukan intensitas dan panjang rotasi tebang optimal dari aspek kelestarian hasil kayu yang mempertimbangkan faktor ekonomi dan ekologi ?.

1.3 Kebaruan Novelty

Dari rumusan permasalahan di atas, maka kebaruan novelty yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperolehnya model pertumbuhan tegakan HABT di Kalimantan yang bisa diperbaharui sesuai dengan perkembangan kondisi tegakan. Model pertumbuhan tegakan yang diperoleh diharapkan bisa berlaku juga dalam ruang lingkup yang lebih luas tidak hanya lingkup satu IUPHHK sesuai dengan batasan ruang lingkup populasi untuk penyusunan model pertumbuhan tegakan tersebut, sehingga pertumbuhan tegakan yang belum memiliki PUP dapat diduga menggunakan model pertumbuhan tegakan yang diperoleh dari penelitian ini apabila tegakan tersebut memiliki karakteristik tipe hutan karakteristik tegakan dan tempat tumbuh yang masih tercakup sesuai dengan ruang lingkup populasi penelitian ini.

1.4 BatasanRuang Lingkup Populasi

Ruang lingkup penelitian ini adalah meliputi areal hutan alam produksi hujan tropis tanah kering dataran rendah bekas tebangan di Kalimantan. Secara kuantitatif, batasan ruang lingkup populasi tersebut mengacu kepada Lamprecht 1989, yaitu areal hutan yang berada di sekitar garis khatulistiwa, selalu hijau evergreen dan tidak tergenang air sepanjang tahun, dengan rata-rata suhu tahunan tinggi 22°C dan curah hujan tahunan juga tinggi 1800 mmth, musim kering yang pendek atau tidak ada 5 sama sekali 0-2,5 bulan kering dalam setahun dan berada pada ketinggian tidak lebih dari 800 m di atas permukaaan laut. Karena didominasi oleh pohon-pohon dari famili Dipterokarpa, maka tipe hutan pada areal seperti ini sering pula disebut sebagai hutan dipterokarpa campuran dataran rendah mixed dipterocarp lowland forest. Pertimbangan pokok penetapan lingkup populasi ini selain karena data PUP pada areal hutan seperti ini tersedia menyebar di empat propinsi Kalimantan Timur, Tengah, Barat, dan Kalimantan Selatan, hutan alam produksi di Kalimantan juga masih cukup luas yaitu sekitar 15,95 juta ha, yang terdiri dari 3,79 juta ha berupa hutan primer dan 12,16 juta ha hutan sekunder Departemen Kehutanan 2008. Hutan bekas tebangan atau logged over area LOA adalah areal hutan alam yang sebelumnya virgin forest yang mendapat perlakuan tebang pilih TPITPTI sehingga meninggalkan tegakan sisa dengan struktur tegakan yang secara alamiah masih memungkinkan untuk dapat berkembang atau memulihkan diri membentuk kembali tegakan layak tebang pada rotasi tebang berikutnya. Pengertian ini dapat diperluas mencakup areal hutan alam yang telah mengalami gangguankerusakan baik karena penebangan legal atau illegal, kebakaran, serangan hama penyakit, atau terpaan angin kencang, namun meninggalkan tegakan sisa dengan struktur tegakan yang secara alamiah masih memungkinkan untuk dapat berkembang atau memulihkan diri membentuk kembali tegakan layak tebang pada rotasi tebang berikutnya.

1.5 Tujuan Penelitian