Simpulan SIMPULAN DAN SARAN

51

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1 Berdasarkan data contoh 101 PUP yang tersebar di Kalimantan, jumlah pohon serta kondisi ST hutan alam bekas tebangan diketahui beragam dan terbagi menjadi 7 tujuh tipe ST, yaitu tipe I : N o kecil-kkecil 32, tipe II : N o kecil-ksedang 17, tipe III : N o kecil-kbesar 1, tipe V : N o sedang-ksedang 30, tipe VI : N o sedang- kbesar 4, tipe VIII : N o besar-ksedang 4 dan tipe IX : N o besar-kbesar 13. 2 Melalui persamaan regresi linier, peubah-peubah jumlah pohon, luas bidang dasar, ketinggian dari muka laut atau lamanya waktu setelah penebangan, berdasarkan data yang ada, belum cukup untuk bisa menjelaskan fenomena DST HABT di Kalimantan. Komponen DST yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk melakukan proyeksi ST. 3 Penggunaan nilai rata-rata hitung yang menyatakan rekrutmen serta proporsi banyaknya pohon tambah tumbuh dan yang tetap per kelas diameter pada setiap kelompok jenis dipterokarpa dan non dipterokarpa untuk pendugaan ST menunjukkan hasil yang lebih tepat, lebih logis dan berdasarkan data yang ada secara umum ST hasil proyeksi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibanding ST aktualnya. 4 Jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai ST siap tebang pada rotasi tebang yang akan datang, beragam tergantung kepada jumlah pohon dan struktur tegakan awal setelah penebangan sebelumnya. 5 Jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai ST siap tebang pada rotasi tebang berikutnya sangat tergantung pada intensitas penebangan sesuai preskripsi pengaturan hasil yang ditetapkan, semakin besar intensitas penebangan maka semakin panjang juga jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai ST siap tebang pada rotasi tebang berikutnya tersebut. 6 Dengan asumsi bahwa kualitas tempat tumbuh dan daya pemulihan tegakan sama, dalam jangka panjang ST dengan tipe yang berbeda namun pada intensitas penebangan yang sama akan mengarah kepada rotasi tebang yang juga sama. 7 Penurunan batas minimum diameter pohon yang ditebang dari 50 cm menjadi 40 cm dengan kriteria jumlah pohon layak tebang dan intensitas penebangan tertentu, apabila hanya ditinjau dari aspek produksi kayunya saja, maka selain memperpendek rotasi tebang juga dapat meningkatkan volume hasil tebangan. 52 Akan tetapi, mengingat simulasi yang dilakukan dalam penelitian ini belum memperhatikan komponen-komponen ekosistem hutan yang bersifat utuh, maka kesimpulan ini belum dapat dijadikan dasar yang bersifat ilmiah untuk menurunkan batas minimal diameter pohon yang dapat ditebang dari 50 cm ke 40 cm.

5.2 Saran