Keadaan Umum Lokasi Penelitian Keragaman Kondisi Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan

34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Dari 34 IUPHHK yang tersebar pada keempat provinsi di Kalimantan, secara umum areal penelitian terletak pada kisaran elevasi 0-768 m dari permukaan laut dpl. Jenis tanah didominasi oleh Podsolik Merah Kuning, termasuk tipe iklim A dengan curah hujan berkisar antara 1830-4753 mmtahun dan 102-252 hari hujan dalam setahun. Karakteristik setiap IUPHHK contoh selengkapnya disajikan pada Lampiran 5. Jenis pohon umumnya didominasi oleh jenis-jenis Dipterokarpa, terutama jenis-jenis Shorea dan Dipterocarpus.

4.2 Keragaman Kondisi Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan

Dari PUP yang tersebar di empat provinsi, yaitu: Kalimantan Timur 54 PUP, Kalimantan Tengah 29 PUP, Kalimantan Barat 15 PUP dan Kalimantan Selatan 3 PUP, diketahui bahwa tahun penebangan bervariasi dari mulai tahun 1987-1988, 1991-1995 dan 1998. Jumlah pengukuran ulang juga bervariasi mulai dari 2-8 kali pengukuran. Pada saat pengukuran pertama dilakukan, lamanya waktu setelah penebangan bervariasi mulai dari 1-12 tahun. Dalam kajian keragaman ST ini, untuk penyeragaman, lamanya waktu setelah penebangan ditentukan 3 tahun, karena paling mencakup banyak PUP yang dapat dikaji. Keragaman kondisi tegakan setelah penebangan dalam pembahasan ini ditunjukan oleh jumlah pohon dan ST. Jumlah pohon per satuan luas menggambarkan kerapatan tegakan, sedangkan ST menggambarkan sebaran jumlah pohon per kelas diameter KD. Jumlah jenis pohon pada setiap PUP berkisar antara 7-34 jenis pohon. Hasil pengolahan data dari 60 PUP di Kalimantan Timur, total indeks nilai penting INP untuk jenis-jenis Dipterocarpaceae diketahui sebesar 76,8 Nursetyani 2007 Lampiran 8. Dari 35 PUP di Kalimantan Tengah, total INP untuk jenis-jenis Dipterocarpaceae sebesar 91,9 Dewi 2007 Lampiran 9. Sedangkan dari 16 PUP di Kalimantan Barat diperoleh total INP untuk jenis-jenis Dipterocarpaceae sebesar 54,3 Lampiran 10 dan di Kalimantan Selatan dari 8 PUP total INP untuk jenis-jenis Dipterocarpaceae sebesar 110,7 Saragi 2007 Lampiran 11 Jumlah pohon semua jenis dengan diameter 10 cm ke atas pada setiap PUP berukuran 1 ha pada umumnya bervariasi antara 113-607 pohon dengan rata-rata jumlah pohon per PUP adalah 323 pohon dan simpangan baku 132. Diagram dahan 35 daun yang menggambarkan sebaran jumlah pohon semua jenis dengan diameter minimum 10 cm pada setiap PUP disajikan pada Gambar 3. Stem-and-leaf of Dbh ≥ 10 cm N = 101 ; Leaf Unit = 10 Depth Stem Leaf 15 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 27 1 5 5 7 7 7 7 7 7 8 8 8 9 34 2 0 1 2 3 3 3 4 47 2 5 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 10 3 0 0 1 2 3 3 3 4 4 4 44 3 5 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 32 4 0 0 0 1 1 1 2 2 3 3 3 3 4 4 18 4 5 5 6 7 7 8 8 8 9 9 8 5 0 1 4 4 4 5 5 6 7 1 6 Gambar 3 Diagram dahan daun jumlah pohon semua jenis berdiameter ≥ 10 cm pada setiap PUP. Rata-rata jumlah pohon KD 10-19 cm 186 pohon per ha dengan kisaran antara 16- 387 pohon per ha, rata-rata jumlah pohon KD 20-49 cm 117 pohon per ha dengan kisaran antara 48-218 pohon per ha dan rata-rata jumlah pohon KD ≥ 50 cm 20 pohon per ha dengan kisaran antara 1-52 pohon per ha. Statistik jumlah pohon untuk setiap tingkat pertumbuhan tegakan, mulai KD 10-19 cm, KD 20-49 cm dan KD ≥ 50 cm diringkas dalam Tabel 5 dan selengkapnya per PUP disajikan pada Lampiran 12. Tabel 5 Statistik jumlah pohon untuk setiap tingkat pertumbuhan tegakan Statistik KD 10-19 KD 20-49 KD 50 cm up Total Minimum 16 48 1 113 Maksimum 387 218 52 607 Rataan 186 117 20 323 Simp. baku 97 39 9 132 Median 185 112 20 331 Modus 229 140 20 346 Dari 109 PUP yang diamati, fungsi eksponensial negatif hubungan jumlah pohon seluruh jenis dengan diameternya, dapat diterima oleh hampir semua PUP. Hal itu dicirikan oleh nilai p-value yang lebih kecil dari 0,05 kecuali pada 3 PUP di Kalsel. Koefisien determinasi, dari 106 PUP yang memiliki hubungan nyata antara jumlah pohon dengan diameternya, berkisar antara 40,7-99,9. Dari 106 PUP tersebut, ada 5 36 PUP yang memiliki R² kurang dari 50, yaitu 3 PUP di Kalbar dan 2 PUP di Kalsel, sehingga tinggal 101 PUP yang memiliki hubungan nyata antara jumlah pohon dengan diameternya dengan R² berkisar antara 52,6-99,9 Lampiran 13. Tabel 6 Pengelompokan tegakan berdasarkan nilai N o dan k k Kriteria 0,078 kkecil 0,078-0,123 ksedang 0,123 kbesar 399 N o kecil 32 PUP 17 PUP 1 PUP 399-788 N o sedang 30 PUP 4 PUP N o 788 N o besar 4 PUP 13 PUP Konstanta regresi, N o , berkisar antara 10-3.683 merupakan kisaran yang cukup lebar, menunjukkan sangat beragamnya jumlah pohon awal berdiameter kecil antar PUP. Sedangkan konstanta regresi, k, berkisar antara 0,032-0,212. Berdasarkan kisaran N o dan k tersebut diperoleh 7 tujuh kelompok struktur tegakan tipe tegakan, yaitu N o kecil-kkecil, N o kecil-ksedang, N o kecil-kbesar, N o sedang-ksedang, N o sedang-kbesar, N o besar-ksedang dan N o besar-kbesar Tabel 6. Dari tabel tersebut terlihat bahwa tidak ada tegakan pada kategori N o sedang dengan kkecil dan N o besar dengan kkecil. Berdasarkan nilai N o , PUP didominasi 50 oleh tegakan dengan N o kecil, N o sedang 34 dan N o besar 16. N o kecil artinya jumlah pohon awal berdiameter kecil yang sedikit. Ini berarti bahwa tegakan hutan alam setelah penebangan pada umumnya memiliki jumlah pohon berdiameter kecil yang relatif sedikit. N o kecil bisa berarti tegakan kurang memiliki permudaan. Nilai k yang besar artinya jumlah pohon menurun dengan tajam seiring meningkatnya ukuran diameter. Sedangkan kkecil, artinya penurunan jumlah pohon tidak tajam melandai. Visualisasi keragaman struktur tegakan disajikan pada Gambar 4. Umumnya struktur tegakan ideal adalah tegakan dengan nilai N o besar namun nilai k kecil, artinya jumlah pohon yang cukup banyak dan menyebar secara proposional hingga ke pohon-pohon berdiameter yang semakin besar. Dari 101 PUP yang dikaji, 32 PUP 32 termasuk tegakan tipe I yaitu tegakan dengan N o kecil-kkecil dan 17 PUP 17 termasuk tegakan tipe II yaitu tegakan dengan N o kecil-ksedang. Kedua tipe tegakan ini menunjukan jumlah pohon dalam tegakan yang relatif sedikit. Selebihnya, 30 PUP 30 termasuk tegakan tipe V yaitu tegakan dengan N o sedang-ksedang, dan 13 PUP 13 termasuk tegakan tipe IX yaitu tegakan dengan N o besar-kbesar. Kedua tipe tegakan ini menunjukkan jumlah pohon yang relatif lebih banyak pada diameter kecil, namun menurun dengan tajam pada pohon-pohon yang berdiameter lebih besar. 37 Gambar 4 Keragaman struktur tegakan pada berbagai tipe tegakan Jumlah pohon dan struktur tegakan dapat menggambarkan tingkat ketersediaan tegakan pada setiap tingkat pertumbuhan tegakan, sehingga keduanya diduga berpengaruh terhadap kemampuan regenerasi atau pertumbuhan tegakan termasuk kecepatan pemulihan diri tegakan setelah mengalami gangguan yaitu perlakuan penebangan. Oleh karena itu preskripsi pengelolaan hutan alam bekas tebangan yang diantaranya meliputi rotasi tebang, batas diameter pohon layak tebang dan struktur tegakan tinggal untuk rotasi tebang di masa yang akan datang, seyogyanya memperhatikan kedua hal tersebut. Untuk itu diperlukan kajian lebih lanjut mengenai dinamika tegakan. 50 100 150 200 250 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Diameter cm J u m la h P o hon pe r H a 50 100 150 200 250 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Diameter cm J um la h P oho n pe r H a 50 100 150 200 250 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Diameter cm J um la h P oh on pe r H a 50 100 150 200 250 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Diameter cm Ju m lah P o h o n p er H a 50 100 150 200 250 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Diameter cm J u m la h P oho n pe r H a 50 100 150 200 250 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Diameter cm J u m la h P o ho n pe r H a e Tipe VI : N o sedang–kbesar 4 f Tipe IX : N o besar–kbesar 13 c Tipe III : N o kecil–kbesar 1 d Tipe V : N o sedang–ksedang 30 a Tipe I : N o kecil–kkecil 32 b Tipe II : N o kecil–ksedang 17 38

4.3 Komponen Dinamika Struktur Tegakan DST