Pengukuran  biomassa  kering  dengan  metode  yang  sama  seperti  penentuan
kadar air. 
Pengukuran  pembentukan  spora  dengan  menentukan  jumlah  spora  hidup viable spore count VSC.
 Penentuan daya toksisitas bioinsektisida yang dihasilkan
3.4.4 Karakterisasi dan uji daya toksisitas bioinsektisida
Karakterisasi bioinsektisida yang dihasilkan meliputi pengamatan terhadap pola  protein  dan  asam  amino  penyusunnya.  Penentuan  pola  protein  dilakukan
menggunakan  elektroforesis  SDS-PAGE  sedangkan  kandungan  asam  amino dianalisis dengan HPLC. Uji daya toksisitas bioinsektisida dilakukan terhadap ulat
kubis  instar  II-III.  Bioinsektisida  yang  digunakan  untuk  uji  toksisitas  adalah campuran  spora-kristal  yang  dipanen  pada  saat  jumlah  spora  maksimum  sampai
dengan  akhir  waktu  inkubasi  72  jam.  Prosedur  analisa  secara  lengkap  dapat dilihat pada Lampiran 2.
4  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Analisis Komposisi Media Kultivasi
Ampas tahu merupakan limbah padat yang dihasilkan dari tahap pembuatan susu  kedelai  pada  proses  pembuatan  tahu.  Protein  dalam  susu  kedelai  kemudian
diendapkan  menggunakan  bahan-bahan  penggumpal  seperti  batu  tahu  CaSO
4
, asam  cuka  CH
3
COOH
.
Bagian  yang  tidak  terendapkan  whey  merupakan limbah cair tahu yang dapat dimanfaatkan sebagai media kultivasi.
Limbah  industri  tahu  dipilih  sebagai  media  pertumbuhan  karena  ditinjau dari  komposisi  kimianya  Tabel  6  mengandung  bahan  yang  diperlukan  untuk
pertumbuhan sel seperti air, karbon dan nitrogen. Karbon merupakan bahan utama untuk mensistesis sel baru atau produk sel Dulmage dan Rhodes 1971.
Tabel 6  Hasil analisis komposisi media kultivasi
Dalam  penentuan  sumber  karbon,  komposisi  karbon  dalam  media  menjadi pertimbangan  penting.  Menurut
Yang  dan  Wang  1998,  penggunaan  glukosa dalam  konsentrasi  tinggi    40  gL
menyebabkan  pH  medium  turun  dan keasaman  yang  terlalu  tinggi  akan  menghambat  pertumbuhan    B.  thuringiensis.
Sebaliknya, konsumsi glukosa kurang dari 1 gL penyebabkan pertumbuhan yang lambat  dan  jumlah  spora  yang  sedikit  Kang  et  al.  1993.  Kadar  glukosa  secara
signifikan  berpengaruh  pada  ukuran  kristal  protein  yang  terbentuk.  Seperti dilaporkan  Scherrer  et  al.  1972,  konsentrasi  glukosa  1  gL  menghasilkan  rata-
rata panjang δ-endotoksin 0,5 µm, sedangkan penambahan glukosa sampai 8 gL
memberikan ukuran maksimum yaitu rata-rata  2 µm.
Komponen berat basis basah
Limbah ampas tahu
Limbah cair tahu LCT
Air 87,42
98,63 Abu
5,2 0,43
Protein 2,63
0,14 Lemak
0,53 0,79
Serat 2,21
0,01 Karbohidrat by different
2,01 -
Berdasarkan  penelitian  Sarfat  2010,  penggunaan  substrat  oleh  B thuringiensis
masih dapat tumbuh pada total karbon sebesar 56,3 gL, oleh karena itu dalam  penelitian ini digunakan perbandingan ampas tahu dan limbah cair tahu
sebesar  1: 9  atau  sebanding  dengan  total karbon  sebesar  80,7  gL  medium.  Dari Tabel  7,  total  fermentable  sugars  dari  limbah  tahu  apabila  menggunakan
perbandingan yang sama diperoleh 7,1 gL. Tabel  7  Hasil analisis kadar karbon dan nitrogen pada media kultivasi
Sumber nutrisi  lain  yang diperlukan mikroba dalam  media kultivasi adalah nitrogen.  Kandungan  nitrogen  dalam  limbah  indutri  tahu  relatif  rendah  sehingga
diperlukan  sumber  lain  seperti  urea.    Urea  di  dalam  air  akan  membentuk  ion amonium  yang  sangat  dibutuhkan  dalam  pertumbuhan  mikroba.  Selain  itu  ion
amonium bersifat buffer sehingga mampu mempertahankan pH. Namun demikian, urea  bersifat  tidak  stabil  sehingga  penggunaannya  harus dibatasi    Stanbury  dan
Withaker 1984. Kandungan unsur-unsur mikro dalam ampas tahu dan limbah cair tahu juga
menunjang    pertumbuhan,  sporulasi  dan  produksi  endotoksin  oleh  B. thuringiensis.
Menurut  Dulmage  dan  Rhodes  1971,  Ca  selain  berperan  dalam pertumbuhan  dan  produksi  endotoksin  juga  berfungsi  untuk  menjaga  kestabilan
spora  terhadap  panas,  sedangkan  Fe,  Mn,  dan  Cu  diperlukan  untuk  produksi toksin.
Hasil  analisis  kandungan  mineral  pada  ampas  tahu  dan  limbah  cair  tahu diberikan  Tabel  8.    Kadar  kalsium  yang  sangat  tinggi  berasal  dari  penggunaan
garam CaSO
4
pada saat penggumpalan protein dalam susu kedelai. Menurut Moo- Young et al. 1985 dalam Rahayuningsih 2002, ion kalsium diperlukan sebagai
Komponen berat basis basah
Urea Limbah ampas
tahu Limbah cair
tahu Nitrogen N
0,42 0,02
46,67 Karbon C
5,64 0,27
20,00 Fermentable
Sugars 0,44
0,03 -