Tidak ada yang memaksa, jadi ya…semuanya langsung ikut terlibat.” WPRM2752009
Bagi Bp PRM, tradisi bersih desa bisa bertahan karena adanyak kesadaran para warga masyarakat untuk tetap mempertahankan keberadaannya. Tanpa ada peran
serta masyarakat, mustahil tradisi ini masih bisa dinikmati oleh generasi muda sekarang. Para warga masyarakat mencurahkan emosi dan mental yang besar
untuk menyelenggarakan tradisi bersih desa. Dikatakan oleh ketua panitia “saya akan melakukan apa saja mbak, untuk menyelenggarakan tradisi ini.
Kalau dana kurang, kita buat proposal, terus di masukkan ke pengusaha- pengusaha relasi kita agar mereka ikut nyumbang. Ya capek, tapi itu
kepuasan tersendiri. Pokoknya diusahakan agar bersih desa ini tidak mandheg
saat itu, bagaimana caranya ya akan kita tempuh.” WJK1652009
3. Dampak Tradisi Bersih Desa dalam Kehidupan Masyarakat Kampung
Bibis Kulon, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta
Dampak yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang dilakukan ada dua, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Begitupun juga dengan tradisi bersih desa
yang dilakukan di Kampung Bibis Kulon, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Tradisi bersih desa yang dilakukan menghasilkan dampak
bagi kehidupan masyarakat.
a. Dampak Positif
Tradisi bersih desa membawa dampak positif dalam hal sosial budaya. Tradisi bersih desa di Kampung Bibis Kulon, Kelurahan Gilingan, Kecamatan
Banjarsari, Surakarta adalah merupakan satu perwujudan nilai budaya bagi masyarakat kampung yang sampai saat ini masih tetap dilaksanakan dan akan
diteruskan ke generasi selanjutnya. Tradisi bersih desa dilaksanakan karena tradisi tahunan ini adalah warisan nenek-moyang dan dilakukan untuk mencapai tujuan
yang sama antar warga, yaitu agar mendapatkan perlindungan dan keselamatan
dari Tuhan yang maha esa melalui nenek-moyang. Dengan latar belakang itulah, masyarakat bekerjasama untuk melaksanakan tradisi bersih desa. Sebagaimana
diungkapkan oleh Bp JK berikut ini “karena semangat kegotongroyongan mbak, ya karena mbah-mbah riyin,
ini karena tradisi.” karena semangat kegotongroyongan mbak, ya dikarenakan
nenek-moyang dulu,
dan ini
merupakan tradisi.
WJK1652009.
Kerjasama yang baik dapat terlihat di dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat setempat, misalnya saja
“diawali menguras sumur dulu oleh bapak-bapak, yang terdiri dari sumur Mbah Meyek, sumur Mbah Bandung, Sumur Asem Kandang, sumur Mbah
Asem Kaji
dan sumur
Bibis Wetan,
dimulai jam
setengah delapan.”WJK662009.
Kegiatan menguras sumur yang dilakukan oleh masyarakat setempat adalah bentuk kerjasama secara konkret antar warga. Mereka saling tolong-menolong
satu sama lain, sehingga pekerjaan akan cepat selesai. Hal ini dapat meningkatkan solidaritas di antara mereka.
Kerjasama yang baik telah dibina antara generasi muda dan generasi tua dalam menlaksanakan tradisi bersih desa, dengan harapan agar tradisi bersih desa
tidak berhenti sampai hari ini saja, tetapi akan tetap berlangsung sampai kapanpun juga. Maka dari itu, generasi melakukan usaha-usaha untuk melibatkan generasi
muda dalam tradisi bersih desa, sebagaimana ditambahkan oleh Bp JK sebagai berikut
“generasi muda sudah saya persiapkan untuk diberi kesempatan memegang kepanitiaan tetapi tidak terlepas dari peran orang yang
dituakan.” WJK1652009. Ditambahkan pula oleh Ibu MNK, yang menyatakan bahwa
“setiap warga ikut terlibat dalam kegiatan tradisi bersih desa. Alasan yang mendasari adalah bahwa mereka bergerak atas kesadaran masing-masing,
sehingga tidak ada suatu paksaan. Para warga bekerja tanpa mengharapkan
bayaran, mereka
secara ikhlas
saling tolong-menolong
demi berlangsungnya acara tradisi b
ersih desa ini setiap tahunnya.” WMNK2052009.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa selain meningkatkan rasa kegotongroyongan di antar warga masyarakat, tradisi ini juga meningkatkan
kesadaran warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga solidaritas juga semakin besar di antara mereka.
Hal tersebut mendapat dukungan dari Bp PRM yang menyatakan bahwa, “semua ikut, semua saling tolong-menolong, gotong-royong. Mereka
biasanya nyumbang sepuluh ribu per KK dan tenaga, ya untuk mbangun panggung, bersih-bersih sumur, masak untuk para ibu-ibu. Kalau ada yang
tidak membayar iuran, mereka biasanya hanya kasih tenaga. Dukungan diperoleh penuh dari semua masyarakat untuk terselenggaranya acara ini.
Baik yang tua maupun yang muda, semua tahu kalau setiap tahun diadakan tradisi bersih desa, pokoknya hari kamis jum‟at kliwon, bulan Suro mereka
sudah pasti bersiap-siap untuk tradisi bersih desa. Semua didasarkan atas kesadaran para warga masyarakat. Tidak ada yang memaksa, jadi
ya…semuanya langsung ikut terlibat.”WPRM2752009. Tidak terdapat paksaan, agar semua warga ikut terlibat. Sampai saat ini, apabila
semua warga saling tolong-menolong satu sama lain agar tradisi bersih desa dapat terlaksana adalah hanya karena kesadaran warga masyarakat. Masyarakat sadar
akan pentingnya tradisi bersih desa bagi kampung dan warganya, yaitu agar mendapatkan keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa.
b. Dampak Negatif