diambil untuk mewakili informasi, dengan kelengkapan dan kedalaman yang tidak bergantung seberapa besar jumlah informan. Karena dengan jumlah informan
sedikit terkadang sudah bisa memberikan informasi yang lebih lengkap dan dalam bila dibandingkan jumlah informan banyak dengan pendapat yang berbeda-beda.
Penulis menggunakan teknik sampling yang bersifat purposive sampling artinya sampling bertujuan,
di mana “Kecenderungan peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.” HB. Sutopo, 2002: 56 Sumber data yang digunakan di sini tidak sebagai yang mewakili masyarakat
tetapi lebih cenderung mewakili informasi. Di dalam pelaksanaan pengumpulan data, pemilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan
kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Peneliti juga menggunakan snow-ball sampling, di mana peneliti
bekerjasama dengan informan untuk menentukan informan selanjutnya yang dianggap mempunyai informasi yang dibutuhkan, sebagaimana dinyatakan oleh
seorang ahli “teknik sampling diibaratkan bola salju yang menggelinding dalam menentukan subyek pe
nelitian.” Frey dalam Suwardi Endraswara, 2006: 116. Maksudnya adalah peneliti mencari informan sehingga mendapatkan data yang
diperlukan, dan dari informan inilah peneliti akan mendapatkan penambahan informan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa:
1. Wawancara
Sumber data yang sangat diperlukan dalam suatu penelitian adalah manusia sebagai informan. Salah satu cara untuk mendapatkan informasi yaitu
dengan menggunakan wawancara dengan melakukan percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Wawancara berbeda dengan percakapan yang
dilakukan sehari- hari. “wawancara adalah a conversation with purpose.” Suwardi
Endraswara, 2006: 151. Wawancara merupakan suatu proses tanya-jawab lisan
yang bertujuan di mana dalam proses tanya-jawab ada beberapa pihak yang menempati kedudukan yang berbeda, disatu pihak ada seseorang yang mencari
informasi dan di lain pihak ada informan yang memberikan informasi. Terdapat pembagian wawancara, sebagaimana yang dinyatakan oleh
seorang ahli, yaitu: “Secara garis besar, ada dua macam teknik wawancara, yaitu : wawancara tidak terstruktur dan wawancara terstruktur.” HB. Sutopo, 2002: 58.
Kedua macam teknik wawancara dapat dijabarkan sebagai berikut : Pertama yaitu wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak hanya memuat garis
besar yang akan ditanyakan. Kreativitas dari peneliti sangat diperlukan dalam teknik ini, bahkan hasil wawancara dengan jenis teknik ini lebih banyak
tergantung dari peneliti. Wawancara ini dilakukan dengan cara tanya-jawab sambil bertatap-muka antara pewawancara dan informan, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Kedua yaitu wawancara terstruktur
yaitu wawancara yang disusun secara terperinci sehingga peneliti hanya membubuhkan tanda check pada nomor yang sesuai. Masalah ditentukan oleh
peneliti, di mana pertanyaan telah disusun sedemikian rupa dan responden diharapkan menjawab dalam bentuk informasi yang sesuai dengan kerangka kerja
peneliti. Jenis wawancara terstruktur dilakukan dam waktu yang relatif singkat apabila dibandingkan dengan wawancara tidak terstruktur.
Wawancara pada penelitian kali ini menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur bertipe open-ended, dimana peneliti dapat bertanya kepada
narasumber kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa disamping opini mereka mengenani peristiwa yang ada karena pada beberapa situasi. Sebagaimana
dinyatakan oleh seorang ahli, bahwa : “peneliti bisa meminta narasumber untuk mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap peristiwa tertentu dan bisa
menggunakan proposisi tersebut sebagai dasar penelitian selanjutnya.” Robert K. Yin, 2000: 109. Wawancara dilakukan tidak secara formal terstruktur, guna
menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasi secatra lebih jauh dan
mendalam. Maka dari itu, subyek yang diteliti lebih berperan pada sebagi informan daripada sebagai responden.
2. Observasi