Metode yang digunakan untuk mengamati perilaku adalah Focal animal sampling Lehner 1979; Martin-Beteson 2007; Morrogh-Bernard et al. 2009, yaitu
dengan mengikuti dan mengamati satu individu orangutan, mulai dari keluar sarang di pagi hari sampai individu tersebut kembali membuat sarang untuk tidur pada saat
menjelang malam.
Pencatatan dilakukan secara continuous Martin-Beteson 2007; Morrogh- Bernard et al. 2009, yaitu dengan mencatat setiap perilaku individu berdasarkan
perubahan tingkah laku dengan menggunakan satuan waktu jam dan menit. Metoda ini dipilih dengan tujuan untuk mendapatkan pola, durasi dan frekuensi aktifitas
yang mendekati sebenarnya. Setiap individu yang ditemukan, masing-masing 5 sampai 7 hari secara berturut-turut apabila memungkinkan. Hal ini dilakukan agar
menjaga orangutan tersebut terhindar dari cekaman akibat tingkat perjumpaan dengan manusia yang tinggi. Aktivitas harian orangutan yang diamati dibagi
menjadi empat aktivitas utama William dan Dunbar 1999, yaitu:
1 Pergerakan: meliputi seluruh waktu yang digunakan individu target dalam melakukan gerak berpindah dari satu cabang pohon ke cabang lainnya ataupun
dari satu tempat ke tempat lain. Seperti: berjalan bipedal atau quadrupedal, berayun-ayun dari satu cabang pohon ke cabang pohon yang lain, memanjat
atau berjalan dengan menggoyangkan membengkokkan pohon.
2 Makan: meliputi seluruh waktu yang digunakan untuk memilih, memegang, mengambil dan memasukkan makanan ke dalam mulut hingga mengunyahnya.
Misalnya: buah, matang dan mentah, bunga, daun tua, makan daun muda, serangga, kulit kayu Russon 2009.
3 Istirahat: meliputi seluruh waktu yang digunakan orangutan target dengan relatif tidak melakukan kegiatan dalam periode waktu tertentu baik di dalam
maupun di luar sarang, seperti: merebahkan diri, tidur, duduk, berdiri maupun menggantung.
4 Sosial: meliputi seluruh waktu yang digunakan individu target dalam melakukan kontak dengan individu lain. Beberapa kategori yang dimasukkan
ke dalam aktivitas sosial antara lain : agresif, bermain, menelisik dan reproduksi.
Informasi lain yang dicatat dalam borang antara lain: cuaca harian cerahmendunghujan, waktu saat aktivitas dilakukan, posisi ketinggian dalam
meter saat melakukan aktivitas, jarak antara pohon sarang malam ke pohon pakan pertama pada pagi harinya dan keberadan primata lain jika ada jenis dan jarak dari
orangutan yang diamati.
3.3.2 Perekaman Jelajah Harian Day Range
Perekaman data jelajah dilakukan terhadap enam individu orangutan, tiga individu di stasiun Mentoko dan tiga individu di stasiun Prefab. Perolehan data
jelajah harian dilakukan melalui perekaman alur pergerakan aktivitas penuh orangutan target track dalam satu hari, yaitu sejak orangutan keluar dari sarang
pagi hari sampai masuk ke sarang soremalam harinya. Selain perekaman track, juga dilakukan perekaman: i titik koordinat pergerakan orangutan dengan interval
waktu 15 menit. ii titik koordinat untuk pohon sarang dan pohon pakan serta catatan tambahan tentang jenis dan karakteristik pohonnya tinggi pohon, tinggi
bebas cabang, diameter setinggi dada untuk mengetahui apakah terdapat preferensi terhadap jenis pohon tertentu.
Pohon sarang, yaitu pohon yang digunakan orangutan untuk membuat sarang baik sarang siang maupun sarang malam. Penentuan pohon pakan penting mengacu
pada Galdikas 1988, yang mengkategorikan pohon pakan penting apabila orangutan yang diamati melakukan aktifitas makan pada pohon tersebut dalam
jangka waktu lebih dari 10 menit. Pengambilan titik koordinat dilakukan bersamaan dengan pengambilan data perilaku, peneliti dibantu oleh satu orang asisten
lapangan.
3.3.3 Penentuan Daerah Jelajah Home Range dan Inti Core Area
Daerah jelajah orangutan dimodelkan melalui analisis spasial. Data perekaman jelajah orangutan dikonversi menjadi data titik point. Setiap titik
merepresentasikan keberadaan orangutan target di suatu tempat berdasarkan durasi waktu. Data titik setiap individu digabung merge sehingga diperoleh data daerah
jelajah selama penelitian dilakukan. Data tersebut digunakan untuk analisis spasial penentuan daerah jelajah dan daerah inti.
Analisis spasial yang digunakan adalah Kernel Density Estimation KDE yang terdapat pada program Geospasial Modelling Environment GME Bayer
2012. KDE digunakan untuk menghitung kepadatan di lingkungan sekitar suatu fitur. Untuk menghasilkan daerah jelajah digunakan fungsi perhitungan volume
permukaan. Dalam penelitian ini digunakan nilai 0.95 yang berarti bahwa home range dihasilkan dari 95 volume permukaan data KDE. Sementara core area
digunakan nilai 0.5. Bandwith SCV Square Cross Validation dan gride cell 1x1m ntuk membuat tampilan gambar yang halus.
3.3.4 Daerah Tumpang Tindih Overlapping
Untuk memperoleh overlapping dari masing-masing home range dan core area individu orangutan, dilakukan operasi tumpang tindih union, dissolved data
spasial daerah jelajah dan daerah inti melalui aplikasi ArcGIS 10.1, dan informasi derivatif dari masing-masing proses tumpang susun dapat dihasilkan dan disimpan
pada atribut data spasial.
3.3.5 Pemanfaatan Strata Ketinggian dan Tajuk
Strata ketinggian yang digunakan dikelompokan berdasarkan stratifikasi yang terdapat di hutan hujan tropis Soerianegara Indrawan 1982; Ewusie 1990; Arief
1994, diuraikan sebagai berikut. 1 Strata A, yaitu lapisan tajuk hutan paling atas yang dibentuk oleh pepohonan
yang tingginya 30m, bertajuk lebar dan membentuk lapisan discontinue. 2 Strata B, yaitu lapisan tajuk kedua dari atas yang dibentuk oleh pepohonanyang
tingginya 20-30 m, bentuk tajuk membulat atau memanjang, cenderung membentuk lapisan continuous.
3 Strata C, yaitu lapisan tajuk ketiga dari atas yang dibentuk oleh pepohonan yang tingginya 4-20 m, mempunyai bentuk tajuk yang berubah-ubah tetapi
membentuk suatu lapisan tajuk yang tebal, dan berasosiasi dengan berbagai populasi epifit, tumbuhan memanjat dan parasit Vickery 1984.
4 Strata D, yaitu lapisan tajuk keempat dari atas yang dibentuk oleh tumbuhan semak, perdu dan anakan pohon, palma kecil, herba besar dan paku-pakuan
besar yang tingginya 1-4 m.