Daerah Tumpang Tindih Overlapping

Gambar 4.7 Tumpang tindih daerah jelajah Bayur-Labu dan Bayur-Mawar di Prefab

4.5 Pemanfaatan Strata Ketinggian dan Tajuk

Aktifitas penggunaan strata tajuk pada orangutan kurang lebih dipengaruhi oleh kondisi habitat yang meliputi keberadaan pakan, kondisi pohon dan struktur tajuk. Dari hasil analisa plot profil menunjukkan bahwa struktur vegetasi hutan Mentoko dan Prefab rata- rata memiliki 4 strata yaitu A 30 m, B 20-30 m, C 4-20 m dan D 1-4. Orangutan di Mentoko maupun di Prefab paling aktif menggunakan strata C Gambar 4.8. Pohon- pohon yang membentuk strata C diketahui banyak berasosiasi dengan liana dan epifit, dimana dari data pakan diketahui bahwa orangutan pada saat itu baik di Mentoko maupun di Prefab lebih banyak memgkonsumsi kulitkambium dari liana Mucuna sp. dan Merremia mammosa Tabel 4.3, bedanya di Mentoko orangutan masih dominan memilih buah dan di Prefab lebih dominan memilih kulitkambium. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Cambell 1992 dimana orangutan di Mentoko paling aktif melakukan aktifitas di ketinggian 15 m. Namun sedikit berbeda dengan hasil penelitian dari Krisdijantoro 2008 yang menyatakan bahwa struktur habitat di Mentoko terdiri dari 3 strata yaitu A, B dan C, dan orangutan paling aktif di strata B. Hal tersebut terjadi karena lokasi pegerakan yang diteliti oleh Kridijantoro berbeda dengan penelitian yang sekarang, kemudian pada saat itu salah satu pohon pakan penting yang menjadi tujuan orangutan adalah leban Vitex pinnata dimana rata-rata ketinggiannya lebih dari 20 m. Gambar 4.8 Pemanfatan strata tajuk di Mentoko dan Prefab Aktifitas bergerak diketahui paling banyak dilakukan di strata C, hal ini dikarenakan pada strata ini kondisi pohon tumbuh rapat sehingga tajuk bisa saling bertautan kemudian keberadaan liana yang cukup melimpah mendukung pergerakan arboreal dari orangutan. Selain itu orangutan banyak memanfaatkan liana sebagai alat bantu untuk bergerak pindah maupun sebagai pakan. Pergerakan terestrial di tanah juga dijumpai walaupun jarang, baik di Mentoko maupun di Prefab yaitu pada Darwin, Bayur dan Labu. Bayur dan Labu melakukan pergerakan terestrial di tanah untuk tujuan mencari makan, sedangkan Darwin melakukan terestrial karena ingin menghindar dari peneliti. Jika dilihat dari persentase pemanfaatan ketinggian pohon dari permukaan tanah, orangutan di Mentoko rata-rata aktif di posisi ketinggian 82.84, begitu juga dengan orangutan di Mentoko rata-rata aktif di posisi ketinggian 81.14. Artinya, walaupun orangutan di kedua lokasi tersebut aktif di strata C menengah kebawah, namun ruang yang dimanfaatkan adalah ruang tajuk bagian atas. Orangutan di Mentoko cenderung berada di ketinggian lebih rendah di posisi ketinggian 68.52 dalam melakukan aktifitas makannya dibandingkan dengan yang di Prefab di posisi ketinggian 80.52. Namun demikian, orangutan di Mentoko memanfaatkan ruang lebih tinggi di posisi ketinggian 83.23 untuk beristirahat dibandingkan di Prefab di posisi ketinggian 75.58. Ini menunjukkan bahwa posisi orangutan dalam memanfaatkan ruang mencari makan maupun istirahat juga bergantung pada kondisi dari struktur hutannya. Dari diagram profil yang terdapat 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 A 30 m B 20-30 m C 4-20 m D 1-4 m E 0-1 m Putri Darwin JP4 Labu Bayur Mawar di plot SM Mentoko dapat dilihat kondisi tegakan disana lebih kecil dan pendek dibandingkan dengan kondisi tegakan yang ada di plot TJ Prefab. Tabel 4.4 Dominansi jenis tumbuhan pakan orangutan di Mentoko dan Prefab No. Mentoko Habitus Prefab Habitus 1 Mucuna sp 18.75 Liana Mucuna sp 33.33 Liana 2 Meremmia mammosa 16.83 Liana Merremia mammosa 26.67 Liana 3 Cananga odorata 14.42 Pohon Ficus sp 10.48 Liana 4 Dracontomelon dao 14.42 Pohon Kleinhovia hospita 9.05 Pohon 5 Geunsia pentandra 12.02 Pohon Vitex pinnata 5.71 Pohon 6 Kleinhovia hospita 6.25 Pohon Meliosma sumatrana 3.81 Pohon 7 Ficus sp 5.29 Liana Endospermum peltatum 3.81 Pohon 8 Vitex pinnata 5.29 Pohon Spatholobus sp 2.86 Liana 9 Croton argyratus 3.37 Pohon Sterculia macrophylla 2.38 Pohon 10 Dillenia reticulata 3.37 Pohon Diospyros macrophylla 1.90 Pohon Dari Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa orangutan cenderung mencari makan dari liana. Berdasarkan laporan penologi Proyek Orangutan Kutai di Mentoko tahun 2012, pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli merupakan bulan dengan paling sedikit buah, hanya buah sengkuang Dracontomelon dao di pingiran sungai yang sedang banyak berbuah. Kondisi ini memperkuat penjelasan mengapa orangutan pada saat itu lebih dominan dalam mengkonsumsi pakan dari liana. Tabel 4.5 menunjukkan ada perbedaan preferensi bagian yang dimakan, dimana di Mentoko pakan buah masih menjadi yang paling banyak dikonsumsi, sedangkan di Prefab konsumsi kulitkambium sangat tinggi. Rodman 1977, melaporkan bahwa orangutan di Mentoko banyak mengkonsumsi buah sengkuang pada bulan Maret-April, sedangkan pada masa penelitian Cambell 1992 orangutan banyak mengkonsumsi buah sengkuang pada bulan Agustus. Pada penelitian ini di Mentoko orangutan banyak mengkonsumsi buah sengkuang pada bulan Mei-Juni kemudian September, sedangkan di Prefab tidak dijumpai orangutan mengkonsumsi buah sengkuang. Ketersediaan buah masak terlihat tidak merata dan karena waktu penelitian yang pendek tidak jelas apakah di Prefab sengkuang berbuah lebih dulu dari Mentoko atau malah sebaliknya. Musim orangutan mengkonsumsi sengkuang dari ketiga penelitian tersebut terlihat berbeda, namun kemungkinan masih dalam satu pola musim berbuah yaitu bulan Maret-September. Di Mentoko, konsumsi dari daun dan umbut lebih tinggi dari di Prefab, hal tersebut dikarenakan Mentoko adalah hutan sekunder dimana masih banyak pohon yang menyediakan batang-batang muda, seperti simpur Dillenia reticullata dan kubung Macaranga gigantea. Cambell 1992 menyebutkan bahwa orangutan mengkonsumsi daun dan kulitkambium paling sedikit dari 20-26 jenis pohon dan liana, sebagian besar dari jenis tumbuhan memanjat seperti Ficus sp. dan pohon hutan sekunder dari suku Rutaceae dan Euphorbiaceae. Pada penelitian Rodman 1977, salah satu jenis liana yang menjadi pakan kunci adalah dari suku Annonaceae, karena ketersediannya yang melimpah. Sejak peneltian Cambell 1992 setelah kebakaran, jenis liana ini tidak terlalu banyak ditemukan dan dikonsumsi oleh orangutan. Di penelitian yang sekarang, pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa liana yang paling dominan dikonsumsi adalah Merremia mammosa Convolvulaceae dan Muccuna sp. Leguminosae, karena ketersediaannya yang