59 harga riil gabah tingkat petani satu persen hanya akan meningkatkan produktivitas
padi kurang dari satu persen untuk jangka pendek dan jangka panjang. Total kredit usahatani berpengaruh positif terhadap produktivitas padi
sebesar 0.000002. Hal ini berarti jika total kredit usahatani naik sebesar satu juta rupiah maka produktivitas padi akan bertambah sebesar 0.002 kilogram per
hektar, ceteris paribus. Kondisi ini sesuai dengan tabulasi data historis dari tahun 1980 sampai dengan 2009, diketahui bahwa laju pertumbuhan rata-rata total kredit
usahatani 114 persen lebih besar daripada laju pertumbuhan rata-rata produktivitas padi 1.47 persen. Respon produktivitas padi terhadap perubahan
total kredit usahatani inelastis baik jangka pendek 0.01 maupun jangka panjang 0.07. Artinya kenaikan total kredit usahatani satu persen hanya akan
meningkatkan produktivitas padi sebesar 0.01 persen untuk jangka pendek dan 0.07 persen untuk jangka panjang.
Variabel produktivitas padi t-1 berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi. Artinya produktivitas padi pada tahun sebelumnnya mempengaruhi besarnya
produktivitas padi yang dihasilkan pada tahun sekarang. Hal ini berarti produktivitas padi relatif lamban dalam merespon perubahan ekonomi yang
terjadi karena variabel dirinya sendiri yang lebih mempengaruhi perubahan tersebut.
5.1.3. Produksi Padi
Pada penelitian ini, total produksi padi dalam bentuk gabah di Indonesia merupakan persamaan identitas yaitu perkalian antara luas areal panen padi
dengan produktivitasnya, sebagai berikut : TPP
t
= LAP
t
PRDV
t
60 Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi luas areal panen padi, ceteris paribus
maka total produksi padi akan semakin besar. Begitu pula jika produktivitas padi semakin meningkat ceteris paribus maka total produksi padi juga akan semakin
meningkat.
5.1.4. Produksi Beras
Produksi beras diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu faktor konversi gabah kering giling GKG menjadi beras. Ada beberapa pendapat
tentang angka konversi gabah kering giling yaitu, IRRI 1995 menggunakan angka konversi 0.68, sedangkan BPS menggunakan angka konversi tahun 1983-
1988 sebesar 0.68, tahun 1989-1996 sebesar 0.65 dan tahun 1997-1999 sebesar 0.632. Adapun penelitian ini menggunakan faktor konversi gabah kering giling
dari badan pusat statistik tahun 1997-1999 yaitu sebesar 0.632, maka jumlah produksi beras di Indonesia diperoleh persamaan sebagai berikut :
PB
t
= TPP
t
FK
t
PB
t
= TPP
t
0.632
5.1.5. Harga Riil Gabah Tingkat Petani
Hasil estimasi persamaan harga riil gabah di tingkat petani disajikan secara lengkap pada Lampiran 6. Adapun secara ringkas terdapat pada Tabel 15 sebagai
berikut :
Tabel 15. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Gabah Tingkat Petani
Variabel Parameter
Elastisitas Pr |t|
Variabel Estimate
SR LR
Label
Intercept -0.88770
0.39170 Intercept HRPP
0.64932 0.81
1.09 0.00005 Harga Riil Pembelian Pemerintah
TPP -0.00009 -0.27
-0.36 0.10245 Total Produksi Padi
HRIMB 1.85099
0.27 0.37
0.00005 Harga Riil Beras Impor Indonesia LHRGTP
0.26073 0.01840 Harga Riil Gabah Tingkat Petani t-1
R-Square 0.93999
Pr |F| 0.00010 Durbin-h stat 1.40446
Sumber : Data diolah 2011
61 Jika dilihat pada Tabel 15 variabel yang berpengaruh secara nyata pada taraf
α = 0.05 terhadap harga riil gabah tingkat petani adalah harga riil pembelian pemerintah, harga riil beras impor Indonesia, dan harga riil gabah tingkat petani
t-1. Adapun variabel total produksi padi berpengaruh nyata pada taraf α = 0.15.
Variabel harga riil pembelian pemerintah berpengaruh positif terhadap harga riil gabah tingkat petani sebesar 0.64932. Artinya peningkatan harga riil
pembelian pemerintah sebesar satu rupiah per kilogram, dapat menyebabkan harga riil gabah di tingkat petani naik sebesar 0.64932 rupiah per kilogram. Jika
harga riil pembelian pemerintah turun sebesar satu rupiah per kilogram, maka harga riil gabah tingkat petani turun sebesar 0.64932 rupiah per kilogram, ceteris
paribus . Respon harga riil gabah tingkat petani terhadap perubahan harga riil
pembelian pemerintah inelastis untuk jangka pendek 0.81 tetapi elastis untuk jangka panjang 1.09. Hal ini berarti dalam jangka panjang kenaikan harga riil
pembelian pemerintah sebesar satu persen akan meningkatkan harga riil gabah tingkat petani sebesar 1.09 persen.
Variabel total produksi padi berpengaruh negatif terhadap harga riil gabah di tingkat petani sebesar 0.00009. Artinya apabila terjadi peningkatan total
produksi padi sebesar seribu ton akan menurunkan harga riil gabah tingkat petani turun sebesar 0.09 rupiah per ton. Sebaliknya jika ada penurunan total produksi
padi sebesar seribu ton, maka harga riil gabah tingkat petani naik sebesar 0.09 rupiah per ton, ceteris paribus. Respon harga riil gabah tingkat petani terhadap
perubahan total produksi padi inelastis baik jangka pendek -0.27 maupun jangka panjang -0.36. Hal ini berarti kenaikan total produksi padi sebesar satu persen
62 akan menurunkan harga riil gabah tingkat petani sebesar 0.27 persen untuk jangka
pendek dan 0.36 persen untuk jangka panjang. Variabel harga riil beras impor Indonesia berpengaruh positif terhadap
harga riil gabah tingkat petani sebesar 1.85099. Hal ini berarti jika harga riil beras impor Indonesia naik sebesar satu US per ton Rp 9,700 ton, maka harga riil
gabah tingkat petani naik sebesar 1,850.99 rupiah per ton, ceteris paribus. Respon harga riil gabah tingkat petani terhadap perubahan harga riil beras impor
Indonesia inelastis baik jangka pendek 0.27 maupun jangka panjang 0.37. Hal ini berarti kenaikan harga riil beras impor Indonesia sebesar satu persen akan
meningkatkan harga riil gabah tingkat petani sebesar 0.27 persen untuk jangka pendek dan 0.37 persen untuk jangka panjang.
Variabel harga riil gabah di tingkat petani t-1 berpengaruh nyata terhadap harga riil gabah di tingkat petani. Hal ini berarti tenggang waktu harga riil gabah
di tingkat petani relatif lamban dalam merespon situasi perubahan ekonomi karena variabel dirinya sendiri yang lebih mempengaruhi perubahan tersebut.
5.1.6. Permintaan Beras