Validasi Model Simulasi Model

48 Watson Statistic tidak valid untuk digunakan Pindyck and Rubinfield, 1991. Sebagai penggantinya untuk mengetahui apakah ada serial korelasi atau tidak dalam persamaan maka digunakan statistik d h Durbin-h statistic. Pengujian uji statistik durbin-h √ dimana : h = Angka statistik durbin-h d = Nilai durbin Watson n = Jumlah observasi varβ = Varian koefisien regresi untuk lagged dependent variabel Jika ditetapkan taraf α = 5, diketahui -1.96 ≤ h hitung ≤ 1.96, maka dalam persamaan tidak mempunyai masalah serial korelasi. Selanjutnya jika diketahui h hitung -1.96 maka terdapat autokorelasi negatif, sebaliknya jika diketahui h hitung 1.96 maka terdapat autokorelasi positif Pindyck and Rubinfield, 1991.

4.7. Validasi Model

Validasi model digunakan untuk mengetahui tingkat representasi model dibandingkan dengan dunia nyata sebagai dasar untuk melakukan simulasi. Berbagai kriteria statistik dapat digunakan untuk validasi model ekonometrika dengan membandingkan nilai-nilai aktual dan dugaan peubah-peubah endogen. Kriteria validasi nilai pendugaan model ekonemetrika yang digunakan adalah: Root Means Square Percent Error RMSPE dan Theil’s Inequality Coefficient U Pindyck and Rubinfield, 1991. Kriteria-kriteria dirumuskan sebagai berikut : √ ∑ 49 √ ∑ √ ∑ √ ∑ dimana : = Nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi = Nilai aktual variabel observasi n = Jumlah periode observasi Statistik RMSPE dapat digunakan untuk mengukur nilai-nilai peubah endogen hasil pendugaan menyimpang dari nilai-nilai aktualnya dalam ukuran relatif persen, atau seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Nilai statistik U berguna untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil U berkisar antara 0 dan 1. Jika U = 0 pendugaan model sempurna, jika U = 1 maka pendugaan model naif. Adapun untuk melihat keeratan arah slope antara aktual dengan hasil yang disimulasi dilihat dari nilai koefisien determinasinya R 2 . Pada dasarnya semakin besar R 2 dan semakin kecil RMSPE, maka pendugaan model semakin baik.

4.8. Simulasi Model

Menurut Pindick dan Rubinfeld 1991, tujuan simulasi model pada dasarnya adalah untuk 1 mengevaluasi kebijakan pada masa lampau dan 2 membuat peramalan untuk masa yang akan datang. Simulasi model diperlukan untuk mempelajari sejauh mana dampak dari perubahan variabel-variabel eksogen terhadap variabel-variabel endogen di dalam model. Kajian simulasi ini dilakukan untuk mengevaluasi dampak Asean Free Trade Area AFTA terhadap kesejahteraan petani padi melalui simulasi historis ex-post simulation. Simulasi historis dilakukan untuk menjawab tujuan kedua dari penelitian ini. 50 Beberapa skenario simulasi historis yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Penurunan tarif impor beras sebesar 20 persen. Kebijakan penurunan tarif impor merupakan bagian dari komitmen Asean Free Trade Area AFTA. Adanya penurunan tarif impor beras menyebabkan harga beras impor Indonesia akan lebih murah dan jumlah impor beras Indonesia akan meningkat. 2. Tarif Impor menjadi nol. Kebijakan tarif impor beras menjadi nol pada perdagangan Asean Free Trade Area AFTA akan terjadi pada tahun 2018. Tarif impor beras menjadi nol menyebabkan harga beras impor Indonesia akan lebih murah dan jumlah impor beras Indonesia akan meningkat. 3. Menaikkan harga riil pembelian pemerintah sebesar 10 persen dan tarif impor menjadi nol. Kebijakan ini dimaksudkan untuk melindungi petani padi agar mendapatkan harga yang layak. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan produksi padi dan kesejahteraan petani padi. 4. Menurunkan harga riil pupuk urea subsidi pupuk sebesar 10 persen, menaikkan harga riil pembelian pemerintah sebesar 10 persen, dan tarif impor menjadi nol. Kebijakan subsidi pupuk urea untuk menjaga stabilitas harga pupuk sehingga mendorong petani padi meningkatkan produksinya. Adanya kombinasi kebijakan menurunkan harga riil pupuk urea dan meningkatkan harga riil pembelian pemerintah diharapkan dapat meningkatkan produksi padi dan kesejahteraan petani padi. 51 5. Menaikkan total kredit usahatani sebesar 15 persen, menaikkan harga riil pembelian pemerintah sebesar 10 persen, dan tarif impor menjadi nol. Dari sisi permodalan, dengan meningkatnya total kredit usahatani menjadi insentif bagi petani padi dalam meningkatkan produksinya. Adanya kombinasi dua kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan produksi padi dan kesejahteraan petani padi.

4.9. Perubahan Kesejahteraan