28 Tabel 4.2 Lanjutan jenis mamalia yang ditemukan di kawasan CAPS
No. Nama Lokal
Nama Ilmiah Status Satwa
PP 7 Tahun 1999 12.
Kalong besar Pteropus vampyrus
Belum dilindungi 13.
Babi hutan Sus scrofa
Belum dilindungi 14.
Bajing Callosciurus notatus
Belum dilindungi 15
Musang cangkok Prionodon linsang
Belum dilindungi 16.
Lumba-lumba Tursiops truncatus
Belum dilindungi
Sumber : BKSDA Jatim II, 1999
b. Reptil
Terdapat jenis penyu enam perairan Indonesia, empat diantaranya dijumpai di sekitar kawasan CAPS yaitu : Penyu sisik Eremochelis imbricata, Penyu
tempayan Caretta caretta, Penyu hijau Chelonia mydas, Penyu belimbing Delochelys Corlacea. Jenis reptil lain adalah : Biawak Varanus sp, Kadal
Mahonya multifsiata, Bunglon Courus cristatellus, Ular warakas Bungaros javanicus, Ular sanca Phyton morulus. Terdapat lokasi yang dijadikan tempat
peneluran penyu yaitu di pantai Pasir Panjang dan pantai Serguk BBKSDA Jatim, 2011.
c. Aves
Jenis aves yang sering dijumpai dan ditemukan di kawasan CAPS baik bersifat menetap maupun migran berdasarkan hasil inventarisasi BKSDA Jatim II
tahun 1999 disajikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Jenis aves yang ditemukan di kawasan CAPS
Famili Nama Lokal
Nama Ilmiah Status Satwa
PP 7 Tahun 1999 Bucerotidae
Kangkareng perut putih Julang emas
Anthracoceros albirostris
Aceros undulatus Dilindungi
Dilindungi Alcedinidae
Raja udang meninting Alcedo meninting
Dilindungi Ardeidae
Kuntul hitam Sterna fuscata
Dilindungi Bangau tong-tong
Cangak merah Kuntul kecil
Kuntul besar Kuntul kerbau
Kuntul perak Leptoptiles javanicus
Ardea purpurea Egretta garzetta
Egretta alba Bubulcus ibis
Egretta intermedia Dilindungi
Dilindungi Dilindungi
Dilindungi Dilindungi
Dilindungi
Falconidae Alap-alap
Sikra accipiter badius Dilindungi
Accipitridae Elang bido
Elang laut perut putih Elang bondol
Elang laut kecil Elang jawa
Spilornis cheela Haliaetus leucogaster
Halliastur indus Ichtyopaga nana
Spizaetus bartelsi Dilindungi
Dilindungi Dilindungi
Dilindungi Dilindungi
Sternidae Dara laut putih
Dara laut sayap putih Dara laut sayap hitam
Dara laut kecil Dara laut
Gygis alba Chillodonias leucopterus
Chillodonias niger Sterna albifronas
Sterna hirundo Dilindungi
Dilindungi Dilindungi
Dilindungi Dilindungi
29 Tabel 4.3 Lanjutan jenis aves yang ditemukan di kawasan CAPS
Famili Nama Lokal
Nama Ilmiah Status Satwa
PP 7 Tahun 1999 Fregatidae
Cikalang cristmast Fregata andrewsi
Dilindungi Sturnidae
Jalak putih Sturnus melanopterus
Dilindungi Jenis Lain
Ibis hitam penggunting laut
Pelatuk Srigunting
Tiung mungkal Walet
Kutilang Prenjak
Sriti Pseudibis davisoni
Pufinus sp Picus sp
Dicrucus macrocerus Cochoa azurea
Collocalia sp Pycnonotus aurigaster
Prinia polychroa Collocasia sp
Dilindungi Belum dilindungi
Belum dilindungi Belum dilindungi
Belum dilindungi Belum dilindungi
Belum dilindungi Belum dilindungi
Belum dilindungi
Cucak ijo Trocokan,
Gelatik Burung Larwo
Kecruk Delimukan
Trulek Emprit
Burung cabe Johan
Pycnonotus sp Pycnonotus gogver
Padda cryzipora Copsycus saularis
Caprimulgus macrucus Treton fulficolis
Pluvialis dominica Lonchura maja
Dicacum crocileum Colombia sp
Belum dilindungi Belum dilindungi
Belum dilindungi Belum dilindungi
Belum dilindungi Belum dilindungi
Belum dilindungi Belum dilindungi
Belum dilindungi Belum dilindungi
Sumber : BKSDA Jatim II, 1999
Ekosistem
Kawasan CAPS memiliki 4 empat tipe ekosistem berbeda yang saling terkait satu sama lain yaitu :
1. Ekosistem Hutan Tropis Dataran Rendah
Tipe ekosistem ini tersebar di sebagian besar bagian Pulau Sempu, sehingga menjadi ciri utama bagi kawasan CAPS. Struktur hutan tropis ini ditandai dengan
adanya formasi tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari tiga atau empat lapisan tajuk pohon dengan komposisi yang beragam. Beberapa jenis pohon yang dominan
antara lain bendo Artocarpus elasticus, bayur Pterospermin javanicum, triwulan Terminalia sp, wadang Pterocarpus javanicus, bulu Ficus sp, laban
Vitex pinnata, serut wono Strepblus asper, baros Garcinia celebrica, dan poh pohan Buchanania arborescens.
2. Ekosistem Hutan Mangrove
Ekosistem hutan mangrove memiliki salah satu ciri khas yaitu adanya potensi jenis-jenis dominan yang sejajar dengan garis pantai dan zonasi tersebut
terpadu dengan faktor tanah, kadar garam dan ketahanan terhadap arus serta gelombang. Ekosistem Hutan mangrove di kawasan CAPS dapat ditemukan lokasi
T eluk Ra’as, Teluk Air Tawar dan Teluk Semut yang ditunjukkan pada Gambar
4.1 sebagai berikut.
30
Gambar 4.1 Hutan mangrove di Teluk Ra’as, Teluk Air tawar dan Teluk Semut
Ketiga kawasan hutan mangrove tersebut masing-masing mempunyai luasan yang berbeda-beda.
a. Hutan mangrove di lokasi Teluk Ra’as relatif masih baik hal ini ditunjukkan
dengan vegetasi yang ada di lokasi ini ditemukan 9 jenis yaitu Ceriops tagal, Ceriops decandra, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Sophora
tomentosa, Heritiera littoralis, Mallotus floribundus, Excoecaria agallocha, Dolichandone spathacea.
b. Hutan mangrove di lokasi Teluk Air tawar tidak terlalu luas, lokasi ini
ditemukan sumber air tawar yang akan tertutup air laut disaat pasang. Jenis vegetasi mangrove di Teluk Air tawar ditemukan 7 jenis yaitu Rhizophora
mucronata, Aegiceras carniculatum, Rhizophora apiculata, Ceriops tagal, Ceriops decandra, Sophora tomentosa, Avicennia officinalis.
c. Hutan mangrove di lokasi Teluk Semut ditemukan cukup luas dengan kondisi
yang relative masih baik. Adapun jenis tumbuhan mangrove yang mewakili lokasi ini ditemukan 13 jenis yaitu Rhizophora apiculata, Bruguiera
parviflora, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Rhizophora mucronata, Bruguiera sexangula, Xylocarpus granatum, Sophora tomentosa, Excoecaria
agallocha, Heritiera littoralis, Bruguiera gymnorrhiza, Hibiscus tiliaceus, Aegiceras corniculatum.
3. Ekosistem Hutan Pantai
Ekosistem hutan pantai memiliki struktur vegetasi yang hampir mirip dengan hutan mangrove yaitu adanya zonasi jenis-jenis dominan yang selalu
sejajar dengan garis pantai, tapi memiliki komposisi yang berbeda. Disamping itu, struktur tanah di kawasan ini biasanya selalu berpasir dan tidak dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Jenis vegetasi tumbuhan yang mendominasi pada hutan pantai di kawasan CAPS adalah waru laut Hibiscus tiliacus, ketapang
Terminalia catapa, bender Baringtonia racemosa, nyamplung Calophylum inophylum dan pandan Pandanus tectorius. Kawasan hutan pantai di CAPS
terdapat di bagian utara, selatan dan barat, khususnya pada pantai yang memiliki wilayah pasir yang landai.
4. Ekosistem Danau
Ekosistem danau di dalam kawasan CAPS ditandai bahwa terdapatnya 3 tiga buah telaga dengan kandungan air tawar yaitu Telaga Lele, Telaga Sat,
Telaga Panjang dan 1 satu Telaga dengan kandungan air tawar dan air laut yaitu
31 danau Segara Anakan. Masing-masing telaga memiliki peranan yang penting
sebagai sumber air bagi satwa liar yang ada di kawasan CAPS.
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjingwetan Kabupaten Malang merupakan desa terdekat dengan kawasan CAPS. Berikut adalah data sosial
ekonomi masyarakat sekitar kawasan CAPS berdasarkan data monografi Desa Tambakrejo tahun 2011.
Demografi
Berdasarkan data administrasi pemerintahan desa tahun 2011, jumlah penduduk Desa Tambakrejo adalah 8.284 jiwa, yang terdiri dari 3.578 jiwa laki-
laki dan 4.706 jiwa perempuan. Data jumlah penduduk disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Jumlah penduduk Desa Tambakrejo
Usia Laki-laki
Perempuan Jumlah
Persentase 0 -12 bulan
126 91
217 2,62
1-7 tahun 155
815 970
11,71 7-18 tahun
986 1.285
2.271 27,41
18-56 tahun 1.900
2.117 4.017
48,49 56 tahun
411 398
809 9,77
Jumlah 3.578
4.706 8.284
Sumber : Monografi Desa Tambakrejo, 2011
Berdasarkan data pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Tambakrejo usia produktif pada usia 18-56 tahun jumlahnya 48,49. Hal ini
bisa menjadi potensi bagi pengadaan kerja, tetapi bisa menjadi kendala apabila lapangan kerja terbatas. Dengan pengembangan kawasan CAPS diharapkan oleh
masyarakat akan bisa membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat khususnya di Dusun Sendang Biru Desa Tambakrejo Kecamatan
Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang.
Pendidikan
Penduduk Desa Tambakrejo pada umumnya berpendidikan tamat SD 38,4 dan hanya sebagian kecil berpendidikan tamat SMP dan tamat SMA serta PT, hal
ini menjadi tugas Pemerintah Daerah Kabupaten Malang ke depan dalam rangka pengembangan wilayah Malang Selatan. Data tingkat pendidikan penduduk Desa
Tambakrejo disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Tingkat pendidikan penduduk Desa Tambakrejo
Pendidikan Jumlah jiwa
Persentase Buta huruf usia 10 tahun ke atas
60 0,72
Usia pra sekolah 304
3,66 Tidak tamat SD
80 0,96
32 Tabel 4.5 Lanjutan tingkat pendidikan penduduk Desa Tambakrejo
Pendidikan Jumlah jiwa
Persentase Tamat SD
3.178 38,4
Tamat SMP 438
5,28 Tamat SMA
170 2,05
Tamat Perguruan Tinggi 67
0,9 Usia sekolah SD-PT
826 9,97
Sumber : Monografi Desa Tambakrejo, 2011
Berdasarkan data pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa kualitas pendidikan penduduk Desa Tambakrejo secara umum masih rendah. Selain itu penduduk
tidak mempunyai
ketrampilan khusus
sehingga sangat
sulit untuk
menggembangkan potensi dan pembangunan di lingkungannya.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian paling dominan masyarakat Desa Tambakrejo adalah Nelayan, Petani, Pedagang dan Tukang ojek. Data mata pencaharian masyarakat
Desa Tambakrejo disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Mata pencaharian penduduk Desa Tambakrejo
Jenis Pekerjaan Jumlah
Petani 1.371
Nelayan 2.169
Peternak 38
Pedagang wiraswasta 195
Buruh migrant 187
PNSTNIPOLRI 21
Karyawan perusahaan 88
Tukang ojek dan sopir 259
Jumlah 4.328
Sumber : Monografi Desa Tambakrejo, 2011
33
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pulau Sempu merupakan salah satu kawasan konservasi di Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur yang mempunyai keanekaragaman hayati dan
pesona keindahan alam yang sangat menarik. Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu CAPS beberapa tahun terakhir menghadapi masalah pengelolaan disebabkan
banyaknya pengunjung yang masuk kawasan untuk melakukan kegiatan wisata. Saat ini kawasan CAPS sudah menjadi salah satu tujuan wisata alam bagi
wisatawan yang datang ke Kabupaten Malang. Menurut Yoeti 1999 dalam Ziaulhaq 2006 Cagar Alam Pulau Sempu merupakan salah satu daerah tujuan
wisata alam populer yang banyak dikunjungi orang.
Kondisi demikian kegiatan ekowisata di dalam kawasan CAPS tidak sesuai dengan UU No. 5 tahun 1990 karena status kawasan. Kondisi yang terjadi,
sampai sekarang adalah kegiatan ekowisata terus berjalan di dalam kawasan bahkan volumenya terus meningkat setiap tahunnya. Adanya peningkatan
kegiatan ekowisata di dalam kawasan cagar alam akan membawa dampak baik, secara langsung maupun tidak langsung serta menjadi ancaman terhadap
kelestarian kawasan apabila tidak ada pengelolaan yang baik. Salah satu wacana pengelolaan kawasan yang menjadi isu menarik di masyarakat, pengelola kawasan
dan para pelaksana wisata alam pada akhir-akhir ini adalah rencana perubahan status sebagian kawasan cagar alam menjadi taman wisata alam. Penelitian ini
menganalisis keseluruhan potensi yang ada di kawasan terkait dengan adanya kegiatan ekowisata sekaligus merumuskan strategi pengelolaan untuk
menyelesaikan permasalahan pengelolaan di kawasan CAPS.
Penilaian Potensi Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu
Penilaian potensi kawasan CAPS untuk ekowisata mengacu pada pedoman analisis daerah operasi obyek daya tarik wisata alam ADO-ODTWA yang
ditetapkan oleh Dirjen PHKA tahun 2003. Instrumen kriteria penilaian potensi kawasan meliputi aspek: potensi daya tarik obyek wisata darat dan pantai,
aksesibilitas, kondisi masyarakat sekitar, elemen institusi, potensi pasar, akomodasi, pengelolaan dan pelayanan, iklim, keamanan kawasan, sarana dan
prasarana, ketersediaan air bersih, hubungan dengan obyek wisata lain, penurunan kualitas lingkungan, daya dukung kawasan dan pangsa pasar. Penilaian potensi
tersebut dikelompokkan dalam potensi sumberdaya alam dan potensi unsur penunjang, berdasarkan hasil penilaian dan perhitungan obyek daya tarik wisata
alam Lampiran 1. Hasil penilaian potensi ODTWA kawasan CAPS ditunjukkan pada Tabel 5.1 yang merupakan indeks dari hasil penilaian potensi ekowisata
terhadap jumlah nilai setiap obyek dan daya tarik wisata alam yang dinilai.
34 Tabel 5.1 Hasil penilaian potensi ODTWA CAPS
Potensi Kriteria
Jumlah nilai
1
ODTWA Nilai
2
potensi A×B
Indeks nilai
3
potensi Klasifikasi
4
ODTWA Daya tarik
SDA Daya tarik obyek wisata
pantai 1.260
1.050 83,33
Tinggi Daya tarik obyek wisata
darat 1.440
1.230 85,41
Tinggi
Unsur penunjang
Kondisi masyarakat sekitar 1.200
1.000 83,33
Tinggi Kadar hubungan
aksesibilitas 850
550 64,71
Sedang Elemen institusi
1950 975
50 Rendah
Potensi Pasar 950
925 97,37
Tinggi Akomodasi
90 30
33,33 Rendah
Pengelolaan dan pelayanan 360
220 61,11
Sedang Iklim
480 280
58,33 Sedang
Sarana dan Prasarana Penunjang
450 315
70 Sedang
Ketersediaan air bersih 900
540 60
Sedang Hubungan dengan obyek
wisata di sekitarnya 100
90 90
Tinggi Penurunan kualitas
lingkungan 180
120 66,67
Sedang Daya dukung kawasan
450 375
83,33 Tinggi
Pangsa pasar 270
225 83,33
Tinggi
Potensi Obyek Daya Tarik Wisata Alam
Pada hakekatnya ekowisata dapat melestarikan dengan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat. Pembangunan ekowisata yang berwawasan
lingkungan lebih menjamin dalam melestarikan alam dibandingkan dengan pembangunan berkelanjutan. Hal ini dikarenakan ekowisata tidak mengeksploitasi
alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan. Dari aspek inilah
ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar Fandeli, 2000a.
Pulau Sempu memiliki beberapa obyek daya tarik wisata alam ODTWA. Berdasarkan hasil inventori yang dilakukan dalam penelitian ini, maka disusun
daftar ODTWA Pulau Sempu. Penyusunan ini sebagai dasar untuk melihat diversifikasi obyek dan produk ekowisata yang dapat dikembangkan dan
ditawarkan pada ekowisatawan apabila kawasan CAPS bisa dirubah statusnya. Hasil inventori potensi ODTWA dan obyek sosial budaya masyarakat sekitar
kawasan serta lokasi ODTWA dikawasan CAPS dan masyarakat sekitar disajikan pada Tabel 5.2 sebagai berikut.
1
Jumlah nilai setiap obyek daya tarik wisata alam yang dinilai
2
Hasil penilaian obyek daya tarik wisata alam
3
Indeks hasil penilaian potensi terhadap total nilai dalam persentase
4
Klasifikasi obyek daya tarik wisata alam hasil penilaian A : Nilai setiap unsur dalam kriteria potensi
B : Bobot dari setiap kriteria potensi
35 Tabel 5.2 Hasil inventori potensi ODTWA
Potensi Lokasi
ODTWA Kegiatan ekowisata
Obyek Wisata
Alam Pantai Pulau
Sempu Pantai Waru-waru, Raas, Air
tawar, Goa macan, Teluk semut, Tanjung, Setumbut,
Setigen, Karetan, Pondok Kobong, Plawangan,
Gladakan, Baru-baru, Segara Anakan, Pasir Kembar 1,
Kembar 2, Pasir panjang. Menikmati
pemandangan alam, susur pantai, bina cinta
alam, fotografi, pembelajaran
konservasi, olah raga, snorkeling, memacing,
Pelatihan SAR.
Pulau Sempu Ekosistem hutan Mangrove,
ekosistem Hutan pantai, ekosistem Danau, ekosistem
Hutan tropis dataran rendah, Goa macan, Telaga lele,
Telaga sat, Telaga panjang, Danau Segara Anakan,
Gejala alam, Sumber air tawar, Keanekaragaman flora
dan fauna. Penelitian, Pengenalan
vegetasi mangrove, pengenalan flora,
pengenalan satwa liar animal watching,
birdwatching, fotografi, bina cinta
alampembelajaran konservasi, menikmati
pemandangan, tracking.
Obyek Budaya
Masyarakat Sendang
Biru Desa Tambakrejo
Tradisi “Petik Laut” masyarakat Sendang Biru,
Tradisi pengambilan air setelah Hari Raya Ketupat di
sumber air tawar pulau sempu, wisata kampung
nelayan. Pengenalan budaya
masyarakat, belajar pembuatan perahu, alat
penangkap ikan dan pengolahan hasil laut
Berdasarkan hasil penilaian potensi ODTWA Tabel 5.1 dan Gambar 5.1 dapat dipahami bahwa Pulau Sempu mempunyai potensi yang sangat besar
untuk dikembangkan kegiatan ekowisata, dengan potensi daya tarik sumber daya alam berupa obyek wisata pantai mempunyai nilai yang tinggi sebesar 83,33
dan obyek wisata darat 85,41. Sedangkan unsur penunjang yang mempunyai nilai yang tinggi adalah kondisi masyarakat sekitar 83,33, potensi pasar nilai
97,37, hubungan dengan obyek wisata di sekitarnya dengan nilai 90, daya dukung kawasan 83,33 dan pangsa pasar nilai 83,33. Sedangkan potensi unsur
penunjang yang mempunyai nilai rendah adalah elemen institusi 50 dan akomodasi 33,33. Potensi unsur penunjang berupa aksesibilitas, pengelolaan
dan pelayanan, iklim, sarana dan prasarana, ketersediaan air bersih, penurunan kualitas lingkungan mempunyai nilai klasifikasi yang tergolong sedang. Hal ini
berarti bahwa kawasan CAPS berdasarkan hasil penilaian secara keseluruhan yaitu potensi daya tarik sumber daya alam berupa obyek wisata pantai dan darat
serta unsur penunjangnya menunjukkan kawasan CAPS sangat layak untuk dikembangkan kegiatan ekowisata dengan kegiatan utamanya adalah berupa
education, trecking, animal watching, birdwatching. Potensi obyek wisata darat dan pantai harus bisa dikembangkan secara bersama-sama, sehingga pengelolaan
ekowisata harus direncanakan dengan baik dan bersinergi antara RPJP CAPS dengan RTRW daerah Kabupaten Malang.
36
Gambar 5.1 Peta potensi obyek daya tarik wisata alam di Pulau Sempu Potensi Daya Tarik Obyek Wisata Pantai
Pulau Sempu merupakan kawasan konservasi yang mempunyai keunikan dan keindahan alamnya. Salah satu obyek daya tarik wisata yang ada di Pulau
Sempu adalah pantainya. Untuk melakukan penilaian potensi daya tarik wisata pantai digunakan kriteria yaitu keindahan, keselamatan dan keamanan pantai,
jenis dan warna pasir, variasi kegiatan, kebersihan, lebar pantai dan kenyamanan.
Pulau Sempu mempunyai beberapa pantai dengan pemandangan alam yang indah. Keindahan pantai Pulau Sempu di sebelah utara yang berbatasan
dengan teluk Sendang Biru, dengan akses yang cukup mudah pengunjung menyeberang menggunakan jasa angkutan perahu dari pantai Sendang Biru
selama ± 15 menit sudah tiba di pingir pantai yang cukup indah. Sedangkan pantai yang berada di sebelah selatan dan timur untuk mencapainya harus melalui jalur
trek melewati hutan tropis yang masih utuh untuk mencapai pantainya.
Gambar 5.2 Pulau Sempu dipisahkan dengan selat Sendang Biru
37 Pada Gambar 5.2 ditunjukan posisi kawasan CAPS yang terlihat
dipisahkan oleh selat Sendang Biru yang yang berjarak ± 350-450 m dari Pulau Jawa. Selat Sendang Biru berombak tenang merupakan tempat bersandarnya
perahu-perahu nelayan. Setiap hari selat Sendang Biru selalu ramai dengan perahu nelayan yang hilir mudik pada saat berangkat dan pulang mencari ikan di laut.
Beberapa lokasi pantai Pulau Sempu Tabel 5.2 yang menarik perhatian pengunjungekowisatawan adalah sebagai berikut :
a. Pantai Waru-waru
Pantai Waru-waru Gambar 5.3 berada pada koordinat S 08°25’51.0 E
112°41’33.1” terletak di seberang pantai Sendang Biru. Pantai ini sebagian besar vegetasinya adalah jenis pohon Waru Hibiscus tiliaceus. Pantai Waru-waru
merupakan hamparan pasir putih dengan karakter ombak yang tenang dipisahkan oleh selat Sendang Biru dan memiliki panjang pantai ± 150 m. Keberadaan pantai
Waru-waru yang berseberangan dengan pantai Sendang Biru banyak menarik perhatian pengunjung pantai Sendang Biru untuk menyeberang dengan naik
perahu nelayan ke Pulau Sempu. Di pantai Waru-waru pengunjung bisa berenang, menikmati keindahan dan suasana pantai yang alami.
Gambar 5.3 Pantai Waru-waru dengan pasir putih dan ombak yang tenang.
b. Pantai Raas dan pantai Teluk Semut
Pantai Raas Gambar 5.4 berada pada koordinat S 08°25’59.1” E
112°41’29.6” berada di sebelah selatan pantai Waru-waru. Pantai Raas merupakan lokasi pantai Pulau Sempu yang menjadi tujuan bagi pengunjung yang membawa
keluarga. Selain pantainya yang lebar dan luas, dengan pasir putih serta ombak yang tenang menjadikan pantai ini menjadi lokasi favorit pada saat liburan. Pantai
Raas banyak ditumbuhi hutan mangrove, menambah keindahan pantainya.
Pantai teluk Semut Gambar 5.4 berada pada koordinat S 08°26’25.5” E
112°41’03.9” adalah salah satu pantai utara Pulau Sempu. Pantai Teluk Semut merupakan tempat bersandar perahu yanga akan mengantarkan pengujung masuk
kawasan cagar alam menuju danau Segara Anakan sekaligus lokasi penjemputan pengunjung yang baru datang dari Segara Anakan. Pantainya berpasir putih
dengan ombak yang cukup tenang, panjang pantainya hanya ± 50 m. Pantai Teluk Semut juga banyak ditumbuhi hutan mangrove sehingga dari kejauhan pantainya
kelihatan tertutup oleh hutan mangrove yang masih alami.
38
Gambar 5.4 Pantai Raas dan pantai Teluk Semut
c. Pantai Tanjung dan pantai Setumbut