45 akan melibatkan masyarakat sebagai pemanduinterpreter ekowisata, sehingga
perlu ada pelatihan dan pembinaan bagi pemandu lokal dalam pengenalan Gambar 5.14 jenis flora yang ada di kawasan Pulau sempu.
Gambar 5.14 Jamur Stereum sp dan Bunga bangkai Amorphophallus sp
c. Potensi Sumberdaya Alam yang Menonjol
Kawasan CAPS selain dikenal dengan keunikan dan fenomena sumber daya alam seperti goa dan sumber air tawar di pantai Gambar 5.15. Namun juga
bisa menjadi sebuah ancaman apabila pengelolaanya tidak dilakukan dengan maksimal. Potensi ancaman terutama terjadi pada flora dan fauna yang ada di
kawasan, oleh karena itu pengelola BBKSDA Jatim harus segera membuat pengelolaan untuk mengatasi permasalahan peningkatan jumlah kunjungan ke
dalam kawasan. Dengan demikian pengunjung tidak menjadi ancaman terhadap kelestarian potensi flora dan fauna, akibat keinginan masyarakat untuk
memanfaatkan potensi kawasan CAPS.
Gambar 5.15 Goa macan dan sumber air tawar di pantai air tawar d.
Keutuhan dan Kepekaan Sumberdaya Alam
Keutuhan sumberdaya alam yang ada di dalam kawasan CAPS, baik batuan, flora, fauna, air dan gejala alam mengandung nilai yang tinggi. Kepekaan
sumberdaya alam meliputi nilai keindahan, nilai pengetahuan dan pendidikan,
46 nilai sejarah dan nilai pengobatan. Nilai pengetahuan dan pendidikan kawasan
Pulau Sempu pada status sebagai kawasan konservasi. Nilai keindahan kawasan CAPS secara umum meliputi keindahan alam dan bentuk fisik kawasan yang unik
dengan potensi flora fauna dan ekosistem yang mempunyai nilai tinggi yang dapat mewakili kondisi hutan dan ekosistem daratan Pulau Jawa. Potensi keutuhan dan
kepekaan sumberdaya alam inilah yang menjadikan kawasan CAPS sebagai lokasi yang menarik bagi banyak peneliti dan wisatawan.
e. Kebersihan dan Kerawanan Kawasan
Sampah organik dan anorganik Gambar 5.16 sebagai dampak kegiatan pengunjung masih terlihat di beberapa lokasi ODTWA. Petugas selalu
menekankan kepada pengunjung untuk tidak meninggalkan sampah di dalam kawasan. Sudah ada sebagian pengunjung yang mengerti dan sadar membawa
kembali sampah organik berupa botol air mineral keluar dari kawasan. Selain itu petugas dibantu oleh masyarakat jasa perahu pengantar pengunjung dan
pemandu melakukan penanggulangan dampak pengunjung akibat sampah dengan kegiatan bersih-bersih kawasan mengumpulkan sampah secara rutin sebagai
bentuk kewajiban terhadap lingkungan. Karena lokasi kawasan cukup jauh dari pemukiman penduduk maka kawasan pantai cukup aman dari limbah domestik.
Kondisi saat ini dengan berkembangnya sektor kelautan dan perikanan di Sendang Biru dan dibangunnya pelabuhan untuk kapal nelayan dan tempat
pelelangan ikan, membuat wilayah ini ramai disinggahi perahu nelayan setempat maupun nelayan daerah lain. Hal ini juga menyebabkan tekanan bagi kawasan
karena beberapa perahu nelayan sudah mulai bersandar di pantai-pantai utara Pulau Sempu Gambar 5.16.
Gambar 5.16 Sampah plastik dari kawasan dan kerawanan kawasan
Kadar HubunganAksesibilitas
Hasil penilaian potensi Tabel 5.1 aksesibilitas menuju kawasan CAPS 64.71 sangat baik untuk pengembangan kawasan ekowisata. Ada empat kriteria
potensi yang dinilai, kriteria yang nilainya rendah yaitu waktu tempuh dari ibukota propinsi. Sedangkan kriteria kondisi dan jalan darat menuju kawasan
dalam keadaan baik. Jarak dari kota Malang menuju kawasan CAPS adalah ± 68
47 km dengan menggunakan transportasi darat menuju kawasan dengan
menggunakan angkutan umum Gambar 5.17 yang ada setiap harinya, transportasi laut dengan perahu yang tersedia setiap hari.
Gambar 5.17 Alat transportasi darat dan laut menuju kawasan CAPS
Kondisi Masyarakat Sekitar Kawasan
Penilaian kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan berdasarkan delapan kriteria yaitu tata ruang wilayah obyek, pengangguran, mata pencaharian,
ruang gerak pengunjung, pendidikan tingkat kesuburan tanah, tanggapan masyarakat terhadap pengembangan ODTWA dan sumber daya alam. Jumlah
nilai potensi kondisi masyarakat sekitar kawasan 83.33. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dan observasi selama berada di lokasi
menunjukkan bahwa masyarakat mempunyai persepsi yang tinggi terhadap keberadaan CAPS. Masyarakat sudah mengerti tentang status Pulau Sempu
sebagai kawasan konservasi yang harus dilestarikan demi kepentingan sekarang dan akan datang. Masyarakat sangat mendukung apabila pemerintah mengijinkan
pengembangan ekowisata di kawasan CAPS. Menurut mereka adanya wisata akan membuat desa semakin maju dan akan memberi peluang pekerjaan baru di
masa mendatang. Selain itu partisipasi juga dapat dilihat dari keinginan masyarakat untuk bisa terlibat dalam pengembangan ekowisata dengan menjadi
pemandu, jasa penyeberangan perahu dan membuka warung makan. Elemen Institusi
Pengelolaan kawasan CAPS dilakukan oleh Balai Besar KSDA Jawa Timur melalui Bidang Konservasi Wilayah III Jember, Seksi Konservasi Wilayah VI
Probolinggo dengan unit pengelolaan di lapangan Resort Konservasi Wilayah Cagar Alam Pulau Sempu Gambar 5.18 di dusun Sendang Biru, Desa
Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Hasil penilaian potensi elemen institusi masih di bawah standart
rendah disebabkan memang status kawasan Pulau Sempu sebagai Cagar Alam sehingga pengelolaan lebih difokuskan perlindungan dan pengamanan sedangkan
48 untuk pengembangan dan pemanfaatan potensi kawasan untuk ekowisata belum
menjadi prioritas dalam pengelolaan kawasan.
Gambar 5.18 Kantor resort Pulau Sempu dan sarana parahu patroli
Akomodasi
Hasil penilaian potensi sarana akomodasi Tabel 5.1 mempunyai nilai yang rendah 33.33. Hal ini dikarenakan status kawasan sebagai Cagar Alam
sehingga di dalam kawasan belum ada sarana dan prasarana untuk ekowisata. Kondisi di kawasan biasanya pengunjung yang akan bermalam di kawasan dapat
mendirikan tenda di sekitar ODTWA seperti di lokasi Segara Anakan. Sedangkan akomodasi di sekitar kawasan CAPS hanya ada 1 satu penginapan di pantai
sendang biru yang dikelola oleh Perum Perhutani. Selain itu masyarakat sekitar pantai Sendang Biru juga menyediakan penginapan home stay.
Sarana dan Prasarana Penunjang
Hasil penilaian terhadap sarana dan prasarana Tabel 5.1 yang terdapat di dalam dan sekitar kawasan CAPS berdasarkan ODTWA sebesar 70. Sarana dan
prasarana pengelolaan kawasan yang masih belum memadai diantaranya: sarana interpretasi, papan nama kawasan, papan petunjuk, papan larangan tidak ada.
Sarana jalan patrolijalan trek pengunjung perlu segera diperbaiki, mengingat semakin meningkatnya volume pengunjung jalan trek menuju lokasi danau Segara
Anakan menjadi tidak beraturan dan susah dilewati pada waktu musim penghujan. Selain itu pengelola kawasan dan intansi terkait perlu meningkatkan kualitas
sumber daya manusia masyarakat sekitar sebagai jasa pemandu lokal. Peningkatan kualitas dapat dilakukan dengan memberikan pendidikanpelatihan dan
pembinaan sebagai kader konservasi. Sehingga bisa menambah pengetahuan masyarakat tentang potensi kawasan CAPS yang bisa membantu petugas untuk
mensosialisasikan kawasan CAPS.
49
Penurunan Kualitas Lingkungan
Adanya peningkatan jumlah kunjungan masyarakat ke dalam kawasan CAPS pada saat ini menimbulkan dampak yang cukup nyata terhadap kawasan.
Berdasarkan hasil penilaian potensi pada Tabel 5.1 penurunan kualitas lingkungan 66.6, artinya bahwa pengelola harus segera membuat perencanaan
pengelolaan terkait dengan permasalahan pengunjung di dalam kawasan. Dampak pengunjung dapat diminimalkan apabila kawasan konservasi sudah dikelola sesuai
dengan perencanaan secara maksimal. Beberapa dampak mudah dilihat akibat adanya pengunjung di dalam kawasan CAPS Gambar 5.19 antara lain: 1 Terjadi
pemadatan tanah akibat adanya pengunjung memasuki ke dalam kawasan; 2 Tumbuhan bawah mati karena terinjak oleh kehadiran pengujung; 3 Kerusakan
habitat satwaliar; 4 Penyimpangan pola makan satwaliar monyet ekor panjang; 5 Sampah yang ditinggalkan oleh pengunjung sampah plastik dan botol bekas
air minum.
Gambar 5.19 Sampah botol plastik dan pemadatan tanah pada jalan trek
Potensi Sosial Budaya Masyarakat Sendang Biru
Sosial budaya masyarakat sekitar Pulau Sempu yaitu masyarakat Sendang Biru yang sebagian besar penduduknya adalah nelayan. Seperti pada umumnya
masyarakat nelayan yang ada di pesisir selatan Pulau Jawa, yang mempunyai kultur dan sosial budaya yang hampir sama dalam tradisinya. Salah satu tradisi
masyarakat pesisir selatan Pulau Jawa adalah adanya kepercayaan spiritual pada sosok yang menguasai laut selatan yaitu Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul. Tradisi ini
juga ada di masyarakat Sendang Biru Kecamatan Sumbermanjingwetan Kabupaten Malang, yang pada waktu tertentu melakukan upacara persembahan
atau ucapan rasa syukur untuk laut selatan yang dinamakan upacara Petik Laut. Potensi sosial budaya masyarakat Sendang Biru ini bisa dikembangan sejalan
dengan rencana pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Sempu adalah :
1. Tradisi upacara Petik Laut Sendang Biru setiap tanggal 27 September
Kegiatan Petik Laut sudah menjadi agenda rutin masyarakat sekitar Sendang Biru. Petik laut juga sudah menjadi salah satu agenda pariwisata di
50 Kabupaten Malang dilaksanakan setiap tanggal 27 September. Tradisi Petik
Laut merupakan suatu ungkapan rasa syukur dan terima kasih sekaligus permohonan diberi rejeki yang melimpah dari lautan.
Tradisi Petik laut sudah berjalan turun temurun dilaksanakan oleh masyarakat Sendang Biru. Acara di mulai dengan adanya panggung hiburan
rakyat berupa kesenian tradisional wayang kulit semalaman dilapangan tempat pelelangan ikan Sendang Biru. Puncak acara Petik Laut Sendang Biru diawali
dengan iring-iringan pasukan dan para dayang-dayang yang mengawal seorang putri yang sudah dirias sebagai refleksi dari keberadaan Ratu Nyi Roro Kidul
Gambar 5.20. Iring-iringan selanjutnya adalah pembawa tandu berisi sesajen Gambar 5.20 berupa makanan dan hidangan berbagai macam dan
perahu yang akan digunakan untuk membawa sesajen ke tengah laut Samudra Indonesia. Pada puncak acara tradisi Petik laut tandu yang berisi sesajen akan
dibawa ke tengah laut Samudra Indonesia dengan perahu khusus untuk dilarung dengan diikuti para perahu-perahu nelayan masyarakat Sendang Biru .
Gambar 5.20 Tradisi petik laut nelayan Sendang Biru 2.
Ekowisata kampung nelayan di Sendang Biru Perencanaan dan pengembangan program ekowisata di kampung nelayan
akan berinteraksi secara langsung dengan masyarakat nelayan di Sendang Biru. Dalam pengembangan paket ekowisata ini perlu melibatkan intansi terkait dari
pemerintah daerah, perangkat desa dan masyarakat. Paket ekowisata ini pengunjung akan melihat aktifitas nelayan Gambar 5.21 dalam membuat alat
tangkap ikan jaring, aktifitas pembuatan perahu, aktifitas menangkap ikan secara tradisional dan aktifitas perdagangan hasil laut di tempat pelelangan
ikan Sendang Biru. Kegiatan ini di akhiri dengan wisata kuliner khas masyarakat pesisir Sendang Biru. Aktifitas nelayan tersebut dapat dijadikan
salah satu paket ekowisata dalam kerangka perencanaan dan pengembangan ekowisata di Pulau Sempu.
51
Gambar 5.21 Pembuatan perahu nelayan dan menangkap ikan secara tradisional
Daya Dukung Kawasan
Konsep daya dukung kawasan terhadap ekowisata dimaksudkan: 1 Untuk mengetahui batas kemampuan maksimal dari suatu kawasan dimana
kehadirankunjungan wisatawan dan fasilitas pendukungnya tidak menimbulkan ganguan secara fisik terhadap lingkungan dalam kawasan; 2 Untuk dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar kawasan; 3 Untuk menjaga melestarikan sumber daya dan berkelanjutan; 4 Untuk memberdayakan
masyarakat sekitar kawasan konservasi. Penerapan kapasitas daya dukung ini dapat digunakan untuk mengetahui jumlah wisatawan yang dapat diterima
secara optimal tanpa mengakibatkan kerusakan pada kawasan konservasi.
Konsep yang digunakan untuk mengetahui daya dukung kawasan untuk ekowisata adalah daya dukung fisik, daya dukung riil dan daya dukung efektif.
Daya Dukung Fisik
Daya Dukung Fisik physical carrying capacity merupakan jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik tercukupi oleh ruang yang disediakan
pada waktu tertentu. Berdasarkan data hasil penelitian di kawasan CAPS, untuk mengetahui daya dukung fisik digunakan asumsi dasar sebagai berikut :
a. Kawasan CAPS merupakan kawasan hutan konservasi dengan beberapa
potensi obyek daya tarik wisata alam pantai dan darat. b.
Luasan kawasan CAPS yang diproyeksikan bisa digunakan oleh setiap pengunjung dalam penelitian ini sebesar ± 26,25 Ha luasan tersebut adalah
proyeksi 10 dari luasan yang direncanakan dalam penelitian ini untuk digunakan sebagai blok pengelolaan rimba CAPS yaitu 262,5 Ha
c. Kebutuhan ruang pengunjung untuk berwisata adalah seluas 60 m² Fandeli
dan Muhammad, 2009 d.
Waktu yang digunakan untuk satu siklus kunjungan tidak diperhitungkan e.
Kawasan dibuka ± 6 jam per hari dari jam 9.00 – 15.00 kondisi ini dimaksudkan untuk menjaga potensi keanekaragaman satwa liar, supaya tidak
terganggu dan tetap bisa beraktifitas mencari makan pada pagi hari dan sore hari di dalam kawasan
52 Hasil perhitungan nilai daya dukung fisik physical carrying capacity
Lampiran 2 kawasaan CAPS blok rencana pengelolaan rimba adalah 4.375 orang per hari. Artinya bahwa kawasan CAPS blok rencana pengelolaan rimba
secara fisik mampu menampung sejumlah pengunjung tersebut setiap hari.
Daya Dukung Riil RCC
Daya dukung riil merupakan jumlah pengunjung maksimum yang diperkenankan berkunjung ke obyek dengan faktor koreksi Cf yang diambil dari
karakteristik obyek diterapkan pada PCC. Faktor koreksi yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah kelerengan, kepekaan erosi tanah, potensi landskap,
iklim, gangguan satwa. Variabel tersebut dipilih sebagai faktor koreksi karena: 1 Dapat memppengaruhi kelestarian ekosistem diareal wisata yang dikunjungi; 2
Mempengaruhi kepuasan berkunjung bagi wisatawan. Variabel ini selanjutnya merupakan faktor pembatas terhadap keberlangsungan interaksi antara wisatawan
dan ekosistem di areal tempat wisata alam Siswantoro, 2012.
a. Faktor koreksi RCC pada tingkat kelerengan