50.42 Analisis Proses Mikroenkapsulasi Mikroenkapsulat Minyak Sawit

26 disulfonat dalam larutan H 2 SO 4 dan dapat dilihat pada Lampiran 6. Reaksi antara formaldehida dan asam kromatoprat dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Reaksi antara formaldehida dan asam kromatoprat Jendral et al. 2011 Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa gugus karbonil pada formaldehida akan bereaksi dengan asam kromatoprat membentuk senyawa dibenzoxanthylium yang berwarna ungu. Ketika bereaksi dengan gelatin, gugus karbonil pada formaldehida akan berubah menjadi gugus metil sehingga apabila dilakukan analisis dengan asam kromatoprat, gugus metil tidak akan memberikan reaksi positif. Oleh karena itu, bereaksi dengan asam kromatoprat adalah sisa formaldehida yang tidak bereaksi dengan gelatin. Menurut Sulistyo 2008, formaldehida merupakan senyawa xenobiotic yang masuk ke dalam tubuh lewat inhalasi dan secara oral. Senyawa ini akan dimetabolisme atau didetoksikasi oleh hati. Reaksi metabolisme ini tidak akan menimbulkan paparan ke sel tubuh, namun apabila gagal, maka senyawa xenobiotic ini akan bereaksi dengan sel tubuh melalui ikatan kovalen makromolekul DNA, RNA, dan protein. Ikatan kovalen dengan DNA akan mengawali fase karsinogenesis yang dimulai dengan terjadinya mutasi DNA yang dapat menyebabkan sel normal menjadi sel kanker. Menurut Arifin 2007, kontak dengan formalin secara berulang akan menyebabkan radang hidung, radang tenggorokan, mual, gangguan pernafasan, batuk kronis, serta radang paru-paru. Formalin termasuk salah satu karsinogen yang dapat menyebabkan kanker, terutama kanker pada saluran pernafasan dan kanker mulut. Oleh karena itu, formalin dilarang penggunaannya pada bahan pangan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan serta Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722MenkesPer.IX88. Berdasarkan hasil analisis ini, proses pencucian dan sentrifugasi yang dilakukan untuk menghilangkan sisa formalin belum optimal. Dengan demikian, mikroenkapsulat yang dibuat dengan teknik koaservasi pada penelitian ini tidak layak dikonsumsi. 27 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode mikroenkapsulasi terbaik adalah metode pengeringan lapis tipis. Metode ini menghasilkan mikroenkapsulat minyak sawit dengan kandungan β-karoten rata-rata sebesar 200,16 ppm dengan retensi β-karoten sebesar 68,89. Kandungan β-karoten yang terdapat dalam mikroenkapsulat minyak sawit ini memiliki aktivitas antioksidan serta provitamin A sehingga dapat dimanfaatkan sebagai suplemen vitamin A. Kelebihan lain dari mikroenkapsulat minyak sawit ini adalah adanya kapasitas antioksidan yang dimiliki oleh β-karoten. Selain memiliki kandungan β-karoten tertinggi, mikroenkapsulat hasil pengeringan lapis tipis juga memiliki sifat fisik yang sesuai untuk kriteria mikroenkapsulat yang diinginkan. Produk mikroenkapsulat ini memiliki kelarutan dalam air sebesar 127,41 dan daya serap air sebesar 89,88. Saran Penelitian ini tidak terlepas dari beberapa kendala dan masih memerlukan perbaikan. Saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini adalah perlunya dilakukan kajian lanjut terhadap proses pengeringan mikroenkapsulat menggunakan oven vakum untuk mendapatkan produk mikroenkapsulat minyak sawit yang lebih baik dari segi rendemen, efisiensi, serta kandungan dan retensi β- karoten. DAFTAR PUSTAKA [AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1990. Official Method of Analysis of The Association of Official Agricultural Chemist. Washington DC US: AOAC International. _____. 1995. Official Method of Analysis of The Association of Official Agricultural Chemist. Washington DC US: AOAC International. Arifin Z. 2007. Stabilitas Formalin dalam Daging Ayam Selama Penyimpanan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007 588-582. Ayustaningwarno F. 2012. Proses pengolahan dan aplikasi minyak sawit merah pada industri pangan.Vitasphere 2:1-11. Beuchat IR, Cherry JP, dan Quinn MR. 1975. Physycochemical properties of peanut flour as affected by proleolysis. Di dalam: Messinger JK, Rupnow JH, Zeece MG, dan Anderson RL. 1987. Effect of partial proteolysis and succinylation on functionality of corn germ protein isolate. J of Food Scien 526:1620-1624. Bonnie TY dan Choo YM. 2000. Valuable minor constituents of commercial red palm olein: carotenoids, vitamin E, ubiquinones and sterols. J Oil Palm Res 12:14-24. 28 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia 000 Ha, 1995 – 2012. [terhubung berkala]. http:www.bps.go.idtab_subview.php?kat=3tabel=1daftar=1id_subyek =54notab=1. 22 Mei 2013. _____. 2012. Produksi Perkebunan Besar menurut Jenis Tanaman, Indonesia Ton, 1995 – 2012. [terhubung berkala]. http:www.bps.go.idtab_subview. php?kat=3tabel=1daftar=1id_subyek=54notab=2. 22 Mei 2013. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI 01-2891-1992. Jakarta ID: Badan Standardisasi Nasional. _____. 1998. Crude Palm Olein. SNI 01-0016-1998. Jakarta ID: Badan Standardisasi Nasional. _____. 1998. Cara Uji Minyak dan Lemak. SNI 01-3555 1998. Jakarta ID: Badan Standardisasi Nasional. Clarke RC dan Courts A. 1960. The chemical reactivity of gelatin. Di dalam: Efendi G. 1994. Teknik Mikroenkapsulasi Provitamin A dari Minyak Sawit Merah dengan Metode Koaservasi Kompleks [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Efendi G. 1994. Teknik Mikroenkapsulasi Provitamin A dari Minyak Sawit Merah dengan Metode Koaservasi Kompleks [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. [EFSA] European Food Safety Authority. 2009. Calcium silicate and silicon dioxidesilicic acid gel added for nutritional purposes to food supplements. The EFSA J 1132:1-24. Elisabeth J. 1992. Isolasi Asam Lemak Omega-3 dari Minyak Hasil Limbah Industri Pengolahan Ikan Tuna [tesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. [EVM] Expert group on Vitamins and Minerals. 2003. Safe Upper Levels for Vitamins and Minerals. London UK: UK Food Standards Agency. [diunduh 2013 Agustus 23]. Tersedia pada: cot.food.gov.ukpdfsvitmin2003.pdf. Fardiaz D, Andarwulan N, Wijaya H, dan Puspitasari NL. 1992. Petunjuk Laboratorium Teknik Analisis Sifat Kimia dan Fungsional Komponen Pangan. Bogor ID: PAU Pangan dan Gizi IPB. Fasikhatun T. 2010. Pengaruh Konsentrasi Maltodekstrin dan Gum Arab Terhadap Karakteristik Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah dengan Metode Spray Drying [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. [FDA] Food and Drug Administration. 2012. Code of Federal Regulation. Washington DC US: Food and Drug Administration. [diunduh 2013 Agu 23]. Tersedia pada: www.gpo.gocfdsyspkgCFR-2012-title21-vol2-part101- subpartD.pdf. Ghosh SK. 2006. Functional Coatings. Weinhein GE: Wiley-Vch Verlag GmbH Co. KgaA. Hadi S. 2009. Kajian Optimasi Produksi Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Hai TC. 2002. The Palm Oil Industry in Malaysia: From Seed to Frying Pan. Prepared for WWC Switzerland, November 2002. Haryanti Y. 2010. Pengaruh Konsentrasi Maltodekstrin dan Natrium Kaseinat Terhadap Karakteristik Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah dengan Menggunakan Teknik Spray Drying [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. 29 Hatchcock JN. 2004. Vitamin and Mineral Safety 2 nd Edition. Washington DC US: Council for Responsible Nutrition. Jendral JA, Monakhova YB, dan Lachenmeier DW. 2011. Formaldehyde in alcoholic beverages: large chemical survey using purpald screening followed by chromotropic acid spectrophotometry with multivariate curve resolution. Int J of Anal Chem 2011:1-11. Jun-xia X, Hai-yan Y, Jian Y. 2011. Microencapsulation of sweet orang oil by complex coacervation with soybean protein isolategum arabic. Food Chem 125:1267-1272. Ketaren S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta ID: UI Press. Khoo HE, Prasad KN, Kong KW, Jiang Y, dan Ismail A. Carotenoids and their isomers: color pigments in fruits and vegetables. Molecules 16:1710-1738. Khosla P. 2006. Palm oil: a nutritional overview. Anno 173:21-23. [KMKRI] Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia nomor 1593MENKESSKXI2005. Jakarta ID: MENKES. [diunduh 2013 Agu 23]. Tersedia pada: www.bandung.go.idimagesdownloadsk_akg2004.pdf. Kofran Chemical. 1993. Tix-O-Sil 33K, Fine Precipitated Silica For Toothpastes. Di dalam: Syamsiah M. 1996. Karakterisasi β-karoten dalam Teknik Mikroenkapsulasi Minyak Sawit Merah [tesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Komari. 1997. Efisiensi enkapsulasi dan model rilis vitamin C yang dienkapsulasi dengan teknik polymer deposition. Prosiding Seminar Tek. Pangan 1997. Kristi DS. 2010. Kajian Pengeringan Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah dengan Pengering Rak [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Lin L, Rhee KC, Koseoglu SS. 1998. Recent Progress in Membrane Degumming of Crude Vegetable Oil on a Pilot-Plant Scale. Texas US: Food Protein RD Center, Texas AM University. Mas’ud F. 2007. Optimasi Proses Deasidifikasi untuk Meminimalkan Kerusakan Karotenoid dalam Pemurnian Minyak Sawit Elaeis guineensis, Jacq [tesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Mueller L dan Boehm V. 2011. Antioxidant activity of β-carotene compounds in different in vitro assays. Molecules 16:1055-1069. Mustikawati L. 1998. Mikroenkapsulasi Konsentrat Asam Lemak Omega-3 dari Minyak Limbah Pengalengan Ikan Lemuru Sardinella lemuru dengan Koaservasi Kompleks [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Nadimin, Zainuri KS, Ayu SD. 2011. Asupan sumber vitamin A alami pada anak balita di Kelurahan Togo-Togo Kecamatan Batang Kabupaten Jeneponto. Media Gizi Pangan 111:21-25. Novia S. 2009. Stabilitas Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Hasil Pengeringan Lapis Tipis Selama Penyimpanan [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. [OSHA] Occupational Safety and Health Administration. 2006. Best Practices for the Safe Use of Glutaraldehyde in Health Care. Washington DC US: U.S. Department of Labor. Pahlevi YW, Estiasih T, dan Saparianti E. 2008. Mikroenkapsulasi ekstrak karoten dari spora kapang oncom merah Neurospora sp. dengan bahan