13
17. Penentuan kelarutan Fardiaz et al. 1992
Sebanyak  0,75  g  bahan  ditimbang  lalu  dilarutkan  dalam  100  ml  aquades dan  disaring  dengan  penyaring  vakum.  Kertas  saring  sebelum  digunakan
dikeringkan terlebih dahulu dalam oven 105
o
C sekitar 30 menit lalu ditimbang. Setelah  proses  penyaringan,  kertas  saring  beserta  residu  bahan  dikeringkan
kembali  dalam  oven  pada  105
o
C  kurang  lebih  tiga  jam,  didinginkan  dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang.
Kelarutan =  1 –           c – b         x 100
100 -  ka x a 100
Keterangan : a = berat contoh yang digunakan g
b = berat kertas saring g
c = berat kertas saring + residu g
ka = kadar air contoh
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Minyak Sawit Sebelum dan Setelah Proses Degumming
Pada  penelitian  pendahuluan,  terlebih  dahulu  dilakukan  proses  degumming terhadap  minyak  sawit.  Degumming  merupakan  proses  pemisahan  getah  atau
lendir yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air, dan resin Lin et  al.  1998.  Proses  degumming  yang  dilakukan  pada  penelitian  ini  merupakan
proses  dry  degumming,  yaitu  dengan  penambahan  larutan  asam  fosfat  85 disertai  pemanasan  pada  suhu  80
o
C.  Rata-rata  rendemen  dari  proses  degumming ini sebesar 99,00.
Hasil  analisis  yang  diperoleh  pada  Tabel  2  menunjukkan  minyak  sawit setelah  degumming  tidak  mengandung  abu  dan  protein.  Hal  ini  menunjukkan
bahwa pengotor yang terdapat dalam minyak sawit awal dapat dipisahkan dengan baik  melalui  proses  degumming.  Hilangnya  abu  pada  minyak  sawit  degumming
menunjukkan  logam  yang  ada  dalam  minyak  sawit  tersebut  juga  hilang.  Hal  ini sejalan  dengan  hasil  analisis  bilangan  peroksida  yang  mengalami  penurunan
setelah  dilakukan  degumming.  Logam  yang  terdapat  dalam  minyak  merupakan katalis  proses  oksidasi  dalam  minyak  yang  merupakan  inisiator  terbentuknya
peroksida Sumarna 2007. Asam fosfat yang ditambahkan saat degumming dapat menginisiasi  terbentuknya  gumpalan  sehingga  mempermudah  pengendapan
kotoran,  menurunkan  bilangan  peroksida,  dan  meningkatkan  kestabilan  warna minyak Lin et al. 1998.
Akan  tetapi,  minyak  sawit  setelah  degumming  justru  mengalami peningkatan  kadar  asam  lemak  bebas.  Berdasarkan  hasil  penelitian  Sumarna
2007,  metode  wet  degumming  menghasilkan  minyak  sawit  dengan  kadar  asam lemak  bebas  yang  lebih  rendah  dibandingkan  dengan  metode  dry  degumming.
Pada  metode  dry  degumming,  proses  pencucian  tidak  dilakukan  sehingga kemungkinan  masih  terdapat  kelebihan  asam  fosfat  dalam  minyak  sawit.
Pemisahan  asam  fosfat  secara  sempurna  sangat  penting  karena  keberadaan  asam fosfat  akan  menyebabkan  meningkatnya  asam  lemak  bebas  yang  dihasilkan