BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK-HA PT MAM, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua pada bulan Mei sampai dengan Juli 2012.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan hutan di salah satu petak tebang terpilih, pohon yang ditebang dan kayu bulat hasil penebangan.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Pita meter untuk mengukur panjang kayu dan keliling kayu b.
Meteran untuk mengukur panjang pohon rebah dan sortimen c.
Kapur atau label untuk menandai pohon contoh dan kayu bulat d.
Kamera untuk dokumentasi e.
Alat-alat bantu lainnya seperti tally sheet, kalkulator dan alat tulis.
3.3. Prosedur Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data pokok yang diperoleh dengan cara pengukuran langsung
di lapangan. Pengambilan data primer dilakukan di petak tebang 37QQ RKT 2012. Data primer yang dikumpulkan adalah diameter, tinggi, dimensi dan jenis
pohon. Data sekunder merupakan data tambahan yang digunakan untuk mendukung penelitian ini dan diperoleh melalui pengutipan data perusahaan dan
hasil penelitian yang dipublikasikan. Data sekunder yang dikumpulkan berupa kondisi umum perusahaan, Laporan Hasil Cruising LHC dan peta areal kerja PT
MAM.
3.3.1. Penentuan Jumlah Pohon Contoh
Penentuan jumlah pohon contoh dilakukan dengan menggunakan rumus Cochran 1977 :
n = [tα
2
,dbf.S
y
100 SE.Y]
2
Keterangan : tα
2
,dbf = nilai tabel t-student dianggap 2 Sy
= simpangan baku contoh SE
= sampling error maksimum Y = rata-rata contoh
Penentuan jumlah pohon dihitung berdasarkan LHC pada petak tebang yang diteliti. Pada penelitian ini digunakan sampling error SE sebesar 10.
Berdasarkan LHC petak tebang yang diteliti terdapat 1060 pohon layak tebang berdiameter rata – rata 55,93 cm dengan simpangan baku sebesar 0,57 m
3
. Dengan sampling error sebesar tidak lebih dari 10, maka jumlah pohon contoh yang
didapatkan adalah 29 pohon. Ke-29 pohon contoh ini adalah pohon yang ditebang oleh penebang di petak 37QQ.
3.3.2. Pengukuran Tinggi dan Diameter Pohon
Setelah jumlah pohon contoh ditetapkan, selanjutnya dilakukan pengukuran dimensi pohon. Kegiatan yang dilakukan adalah pencatatan nomor
pohon, jenis pohon, diameter pohon, tinggi pohon bebas cabang dan tinggi pohon total. Tinggi pohon yang diukur adalah tinggi pohon rebah, sehingga pengukuran
diameter setinggi dada diukur dari tunggak sepanjang 1,3 meter. Tinggi pohon contoh diukur dari tunggak sampai tajuk pohon rebah, di
mana tinggi total pohon merupakan penjumlahan dari tinggi tunggak dan panjang pohon dari batang komersil sampai ujung tajuk. Sementara tinggi bebas cabang
merupakan penjumlahan tinggi tunggak dan panjang batang komersil. Pengukuran tinggi pohon pada pohon rebah lebih akurat dibandingkan pengukuran saat pohon
masih berdiri, karena tinggi pohon yang diukur adalah tinggi aktual.
3.3.3. Pengukuran Sortimen Kayu Bulat Hasil Tebangan
Setelah penebangan, selanjutnya dilakukan pengukuran dimensi sortimen kayu bulat yang dihasilkan. Sortimen kayu bulat terdiri atas dua kelompok, yaitu
bagian di bawah cabang pertama dan bagian di atas cabang pertama. Bagian di bawah cabang pertama terdiri atas tunggak dan batang bebas cabang. Bagian di
atas cabang pertama terdiri dari batang atas, cabang dan ranting. Pada penelitian ini, pengukuran dimensi sortimen kayu bulat dilakukan pada kayu bulat
berdiameter sampai dengan 10 cm, selain batang utama. Sortimen kayu bulat yang diukur adalah :
1. Tunggak adalah bagian bawah pohon yang berada di bawah takik rebah dan
takik balas. Dimensi yang diukur adalah diameter dan tinggi tunggak. Teknik pengukuran dimensi tunggak dapat dilihat pada Gambar 1.
Keterangan : H = tinggi tunggak D1 = diameter terbesar
D2 = diameter terkecil Gambar 1 Pengukuran tunggak.
2. Batang komersial adalah batang utama dari atas banir sampai cabang pertama
atau batang yang selama ini dikeluarkan oleh perusahaan pada pengusahaan hutan alam. Dimensi yang diukur yaitu diameter pangkal, diameter ujung, dan
panjang batang. Potongan pendek juga merupakan bagian dari batang komersial. Potongan pendek adalah bagian batang dari batang utama yang
mengandung cacat dan perlu dipotong. Potongan pendek juga meliputi banir, batang dengan cacat nampak, pecah, busuk dan jenis cacat fisik lainnya yang
mengurangi nilai fisik kayu. Pengukuran batang komersial dan potongan pendek dapat dilihat pada Gambar 2.
3. Batang atas adalah bagian batang dari cabang pertama sampai tajuk yang
merupakan perpanjangan dari batang utama komersil. Dimensi yang diukur yaitu diameter pangkal, diameter ujung, dan panjang batang yang dijelaskan
pada Gambar 3. 4.
Cabang dan ranting adalah komponen tajuk dari pohon yang ditebang yang berada di atas cabang pertama. Teknik pengukuran cabang dan ranting dapat
dilihat pada Gambar 3.
Keterangan : L = panjang sortimen kayu D1 = diameter terbesar
D2 = diameter terkecil Gambar 2 Pengukuran batang komersial dan potongan pendek.
Keterangan : L = panjang sortimen kayu
D1 = diameter terbesar
D2 = diameter terkecil
Gambar 3 Pengukuran volume batang atas, cabang dan ranting.
3.4. Pengolahan Data
1. Perhitungan Diameter
Perhitungan diameter pohon ditentukan dengan persamaan berikut : d = Kπ
Keterangan : d = diameter pohon cm K
= keliling Pohon cm π phi = konstanta 3,14
2. Perhitungan volume
a. Rumus umum yang digunakan untuk menaksir volume pohon berdiri adalah :
V = ¼ π d100
2
t x f Keterangan: V
= volume pohon m
3
π phi = konstanta 3,14 d
= diameter pohon cm t
= tinggi pohon m f
= faktor angka bentuk 0,7 b.
Perhitungan volume sortimen kayu bulat yang dimanfaatkan dengan menggunakan rumus empiris Brereton Direktorat Jenderal Bina Produksi
Kehutanan 2009 : V = ¼
π [12 Dp+Du 100]
2
x P Keterangan : V
= volume m
3
Dp = diameter pangkal cm Du = diameter ujung cm
P = panjang sortimen kayu m
π = konstanta 3,14
3. Perhitungan persen limbah
Persen limbah penebangan dihitung berdasarkan persamaan berikut : Persen limbah = VlVp x 100
Keterangan : Vl = volume limbah m
3
Vp = volume pohon yang ditebang
4. Faktor Eksploitasi
Perhitungan faktor eksploitasi dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan perbandingan kayu yang dimanfaatkan dengan standing stock-nya dan
pendekatan persen limbah. Persamaan yang digunakan adalah : a.
Pendekatan potensi pohon berdiri Rachmatsjah 1992 : Fe = Volume kayu yang dimanfaatkan m
3
Volume pohon berdiri m
3
b. Pendekatan persen limbah pemanenan kayu
Faktor Eksploitasi = 100 - Persen limbah
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah Pemanfaatan Hutan PT. MAM
PT. MAM merupakan perusahaan penanaman modal dalam negeri PMDN yang tergabung dalam KODECO GROUP. Didirikan pada tanggal 5
Desember 1991 dan memperoleh pengesahaan dari Menteri Kehakiman tanggal 20 April 1992. Lokasi areal IUPHHK PT MAM berada di Kabupaten Jayapura
dan Yapen Waropen Provinsi Papua. Luas areal kerja IUPHHK PT. MAM sebesar 677.310 hektar PT. MAM 2009.
Kegiatan produksi kayu di PT. MAM dimulai pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1997 dilakukan pemenuhan pasokan bahan baku industri PT.
Kodeco Batulicin Plywood PMA yang berlokasi di Kalimantan Selatan. Perkembangan selanjutnya atas pertimbangan pengembangan pembangunan
daerah serta efisiensi biaya industri maka pada tahun 1998 didirikan industri pengolahan kayu atas nama PT. Kodeco Mamberamo PMDN di desa Kerenui,
Distrik Waropen Timur Kabupaten Yapen Waropen. Kapasitas ijin industri plywood adalah 100.000 m
3
tahun dan sawmill 12.000 m
3
tahun. PT. MAM sebagai pemasok utama bahan baku kayu bagi industri baru tersebut.
Dalam kaitannya dengan kegiatan pengusahaan hutan, PT. MAM yang pada tahun-tahun sebelumnya dibagi menjadi 2 unit kelestarian unit Aja dan unit
Gesa, terhitung mulai tahun 2012 unit kerja tersebut digabung menjadi 1 unit kelestarian yang melakukan kegiatan operasional pengusahaan hutan secara
bersama-sama.
4.2. Letak dan Luas PT. MAM
Areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM termasuk ke dalam kelompok hutan Sungai Mamberamo – Sungai Gesa. Berdasarkan pembagian wilayah administrasi
pemerintahan, areal kerja IUPHHK-HA terletak di dalam wilayah distrik Mamberamo Hulu, Mamberamo Tengah, dan Mamberamo Hilir, serta distrik
Waropen Atas, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua.