tinggal yang rusak akibat dilakukannya kegiatan pemanenan kayu. Limbah dari pohon yang ditebang terjadi karena pengusaha hanya mengambil bagian kayu
yang dianggap terbaik saja sesuai dengan persyaratan ukuran dan kualita. Widarmana 1973 menjelaskan bahwa macam atau bentuk serta volume limbah
pemanenan kayu itu berbeda-beda, tergantung pada : 1.
Tingkat efisiensi pemanenan secara manual atau mekanis. 2.
Tujuan pemanenannya, kayu untuk industri dalam negeri, mendapatkan kayu untuk keperluan lokal, atau kayu untuk ekspor.
3. Jenis serta nilai kayunya jati, rimba alam atau rimba tanaman.
4. Tempat atau lokasi serta fasilitas prasarana, misalnya jalan angkutan.
Semakin tinggi tingkat efisiensi pemanenan kayu, limbah yang dihasilkan akan semakin berkurang, begitu pula bila nilai ekonomis kayu dan aksesibilitas
hutan tinggi.
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Limbah Kayu
Menurut Sukadaryati dan Yuniawati 2007, secara umum limbah pemanenan yang terjadi di hutan alam maupun hutan tanaman dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu : 1.
Teknik pemanenan yang dilakukan, dimana pemanenan yang dilakukan tanpa perencanaan matang akan banyak menimbulkan limbah baik pada saat kegiatan
penebangan, penyaradan maupun pengangkutan. 2.
Daur tebang yang terabaikan, dimana kegiatan penebangan kayu tidak lagi memperhatikan daur masak tebang.
3. Penggunaan alat pemanenan yang tidak sesuai dengan kondisi hutan, baik yang
menyangkut kemampuan mesin maupun kapasitasnya sehingga menyebabkan tingginya limbah yang dihasilkan.
4. Kebijakan pemerintah, berkaitan dengan sistem pembayaran DR Dana
Reboisasi dan IHH Iuran Hasil Hutan yang diterapkan berdasarkan volume kayu yang diperdagangkan sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan
tindakan pemborosan kayu. 5.
Permintaan pasar ukuran standar untuk memenuhi persyaratan kebutuhan bahan baku tertentu.
6. Maraknya penebangan liar yang menyebabkan rusaknya potensi hutan karena
pemanenan yang dilakukan tidak terkendali bahkan cenderung memboroskan sumber daya hutan.
Menurut Direktorat Pengolahan Hasil Hutan 1989 limbah pemanenan kayu terjadi karena kesalahan teknis, yaitu :
1. Menebang terlalu tinggi sehingga menghasilkan limbah tunggak yang besar.
2. Pembagian batang pada umumnya disesuaikan dengan jenis dan kapasitas alat
angkut, bukan pada sortimen yang dibutuhkan industri. 3.
Pohon-pohon yang rusak sebagai akibat penebangan dan penyaradan. Faktor penyebab terjadinya limbah antara lain kelemahan-kelemahan dalam
peraturan dan disiplin penerapannya, sumberdaya manusia, penguasaan teknologi pemanenan hutan dan tidak adanya diversifikasi industri pengolahan kayu
Tinambunan 2001. Timbulnya limbah juga dipengaruhi oleh syarat-syarat pasar, jenis, dan nilai
kayunya, tempat serta fasilitas pasarnya pada saat itu. Dengan demikian ukuran serta kualitas yang tidak memenuhi syarat pada saat itu akan menjadi limbah.
Faktor penyebab limbah yang tidak dapat dikuasai adalah faktor alam, yaitu kayu tidak dapat dimanfaatkan karena letaknya tidak memungkinkan pemanenan secara
ekonomis antara lain di dalam jurang, atau pada lereng-lereng yang curam, juga apabila pohon yang ditebang ternyata busuk, berlubang atau cacat Soemitro
1980.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya limbah menurut Lembaga Penelitian Hasil Hutan 1980 adalah:
a. Teknik dan peralatan pemanenan yang kurang tepat.
b. Manajemen pengusahaan hutan yang masih lemah.
c. Kesadaran dan keterampilan pelaksana yang masih perlu ditingkatkan dalam
proses yang berhubungan dengan kegiatan pengusahaan hutan. d.
Pengawasan yang masih perlu ditingkatkan.
Sastrodimejo dan Simarmata 1981 menyatakan bahwa limbah pemanenan kayu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Topografi berkaitan dengan kemungkinan dapat atau tidaknya kayu untuk
ditebang dan dimanfaatkan, kesulitan dalam mengeluarkan kayu sehingga ditinggal dan tidak dimanfaatkan.
2. Musim berpengaruh terhadap keretakan batang-batang yang baru ditebang.
Pada musim kemarau kayu akan lebih mudah pecah karena udara kering. 3.
Peralatan, pemilihan jenis dan kapasitas alat yang keliru dapat menyebabkan kayu tidak dapat dimanfaatkan seluruhnya.
4. Cara kerja, penguasaan teknik kerja yang baik akan mempengaruhi volume
limbah yang terjadi. 5.
Sistem upah yang menarik akan memberikan rangsang yang baik terhadap para pekerja sehingga yang bersangkutan bersedia melaksanakan sesuai yang
diharapkan. 6.
Kurangnya sinkronisasi antara kegiatan yang satu dengan kegiatan lainnya dapat menyebabkan tidak lancarnya kegiatan.
7. Permintaan pasar
Lempang et al. 1995 menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya limbah pemanenan yang terjadi adalah sebagai berikut :
1. Panjang kayu di tempat tebangan
2. Rata-rata diameter di tempat tebangan
3. Volume kayu di tempat tebangan
4. Panjang kayu di TPn
Limbah pemanenan dianggap dapat dihindari bila bagian dari batang kayu, yang memenuhi standar penggunaan perusahaan, tetapi ditinggalkan di hutan
karena praktek penebangan dan penyaradan yang tidak tepat Klassen 2006. Penyebab-penyebab terjadinya limbah dapat dibedakan menjadi dua kelompok
besar : 1.
Secara alami, yaitu kayu ditinggalkan karena ada cacat alami sehingga tidak dapat dipasarkan pada saat ini, seperti kayu berlubang, busuk, dan gerowong.
2. Secara mekanis, yaitu kayu ditinggalkan karena ada kerusakan pada kayu
akibat kegiatan pemanenan, seperti pecah, patah, dan lain-lain.
2.6. Potensi Limbah Pemanenan di Hutan Alam