Penutupan Lahan dan Fungsi Hutan Sosial dan Ekonomi Masyarakat

adalah aluvial tidak peka, latosol agak peka, podsolik peka, litosol sangat peka, dan regosol sangat peka.

4.5. Geologi

Struktur geologi khususnya diareal kerja IUPHHK PT. MAM didominasi oleh sesar sesar naik dan geser dan lipatan. Sesar naik utama pada bagian tersebut membatasi Cekungan Wapoga dan Cekungan Mamberamo. Struktur lipatan terdiri dari antikilin dan sinklin. Antikilin yang dikenal adalah antiklin Gesa yang memotong aliran Sungai Gesa yang mengalir ke utara. Perkembangan struktur tersebut adalah dampak kompresi pemekaran lempeng Samudera Pasifik PT MAM 2009.

4.6. Iklim dan Intensitas Hujan

Berdasarkan klasifikasi iklim secara umum menurut Schmidt Ferguson, areal IUPHHK PT. MAM memiliki tipe iklim A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropis dengan curah hujan tanpa bulan kering 60 mm merata sepanjang tahun. Dari data yang diperoleh dari stasiun Pencatat Curah Hujan Camp Gesa tahun 1994-2001 diperoleh nilai Q sebesar 0 dan IH Intensitas Hujan sebesar 17,4 mmha, dengan curah hujan rata-rata adalah sebesar 286 mm per bulan di mana curah hujan minimum terjadi pada bulan November 209 mm perbulan dan maksimum pada bulan Oktober 354 mm per bulan.

4.7. Penutupan Lahan dan Fungsi Hutan

Penutupan lahan areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM didasarkan pada penafsiran Citra Landsat LS-7 ETM+US pada tanggal 19 November 2005. Sementara berdasarkan status fungsi hutan, areal kerja dengan luas 677.310 Ha ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan PT. MAM 2009. Untuk penutupan lahanvegetasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM menurut fungsi hutannya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Penutupan vegetasi di PT. MAM berdasarkan fungsi hutan Penutupan Lahan Fungsi Hutan Ha BZ Jumlah Ha HPT HP HPK 1. Hutan primer 287.203 66.966 6.176 12.230 372.575 2. Hutan bekas tebangan 105.825 40.100 30.651 1.948 178.524 3. Non hutan 6.209 5.169 592 127 12.097 4. Hutan rawa primer - 1.890 10.951 - 12.841 5. Hutan rawa bekas tebangan 8.268 783 - - 9.051 6. Non hutan rawa - 71 1.111 - 1.182 7. Tubuh air danau - 636 - 12 648 8. Tertutup awan 74.295 10.511 - 5.586 90.392 Jumlah 481.800 126.126 49.481 19.903 677.310 Sumber : Pengesahan Citra Landsat Nomor S.35VIIPusin-12006 tanggal 22 Januari 2007 PT MAM 2009

4.8. Sosial dan Ekonomi Masyarakat

Penduduk asli disekitar kelompok hutan Sungai Mamberamo dan Sungai Gesa adalah suku Baudi Bira, Kerema, Obogui Dai, Kapso Apawer, Birara Noso, Bodo dan suku Haya. Hubungan suku-suku yang berbeda wilayah masih bersifat tradisional dan masing-masing suku masih memegang kuat adat istiadatnya. Hal ini ditunjukkan oleh adanya bahasa yang cukup mencolok diantara suku-suku asli yang ada dan masing-masing suku berkembang sendiri-sendiri tanpa saling mengganggu PT. MAM 2009. Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh penduduk di sekitar kelompok hutan ini adalah bahasa dari suku masing-masing, sementara bahasa Indonesia hanya dimengerti oleh sebagian kecil penduduk. Agama dan kepercayaan yang dianut adalah Kristen Protestan, Katolik dan Islam. Dari total 20.494 jiwa penduduk dalam empat distrik di sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM, tercatat sebanyak 19.449 jiwa 94,90 penganut agama resmi dengan rincian 7.795 jiwa 38,03 beragama Kristen Protestan, 361 jiwa 1,76 beragama Islam, dan 11.293 jiwa 55,10 beragama Kristen Katolik. Budaya masyarakat di dalam dan di sekitar areal IUPHHK-HA PT. MAM merupakan gambaran kecil dari budaya Papua. Kebudayaan di Papua menunjukan gejala aneka warna yang ekstrim. Hal ini disebabkan oleh suku-sukubangsa- bangsa yang berdatangan dari berbagai daerah menduduki pulau-pulau yang ada secara terpisah satu dari yang lainnya isolasi geografis. Proses sosial yang ada di kawasan areal kerja IUPHHK berupa proses asosiatif keserasian dan proses disosiatif pertentangan. Proses asosiatif dapat dikaji dari proses akomodasi diawali dengan kegiatan kerjasama, gotong royong, dalam kegiatan perkawinan, membangun rumah ibadah, dan lain-lain. Kegiatan akomodasi juga terlihat dalam kegiatan meramu, di mana masyarakat saling membantu dalam mencari sumber sagu dan hewan buruan. Mata pencaharian penduduk yang berada di sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM dapat diklasifikasikan menurut keadaaan alam dimana mereka menetap. Umumnya penduduk yang tinggal di sepanjang Sungai Mamberamo dan Danau Bira memiliki mata pencaharian sebagai pencari ikan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani sehari-hari dan jika ada kelebihan dari hasil tangkapan, maka akan ditukarkan barter dengan bahan makanan seperti umbi-umbian, jagung dan talas. Bahan makanan ini dihasilkan oleh penduduk yang tinggal di pedalaman yang umumnya hidup dari ladang berpindah. Sistem barter dilakukan pada setiap kesempatan karena di kawasan ini belum berkembang sistem pasar dan perekonomian uang. Disamping mencari ikan dan bercocok tanam dengan berladang berpindah, ada sebagian masyarakat yang melakukan kegiatan yang dikenal dengan istilah meramu mencari sagu, umbi dan berburu. Sementara masyarakat yang tinggal di pusat-pusat pemerintah distrik dan kabupaten, yang umumnya terdiri atas pendatang berprofesi sebagai pegawai negeri dan buruh harian. Pendapatan masyarakat di sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM umumnya tidak menentu. Cara hidup bertani subsistem menunjukkan bahwa pendapatan penduduk hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari- hari. Keadaan ekonomi masyarakat setempat, pola bekerja yang tidak menentu, serta pola konsumsi yang sederhana, juga menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat umumnya masih rendah dan sangat tergantung pada sumber daya alam.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN