Limbah Pemanenan Hutan TINJAUAN PUSTAKA

cikar dan lain-lain di TPn atau dikumpulkan dengan rakit didalam sungai untuk diangkut ketempat penimbunan kayu TPK atau ke tempat konsumen pabrik-pabrik pengolahan kayu.

2.3. Limbah Pemanenan Hutan

Kegiatan pemanenan hutan, akan memberikan dampak negatif pada aspek ekologis, ekonomis maupun sosial. Secara ekonomis dan ekologis, kegiatan pemanenan hutan, terutama di hutan alam, menyebabkan beberapa dampak terbesar, yaitu berupa keterbukaan areal, kerusakan tegakan tinggal, pemadatan tanah, erosi dan menghasilkan limbah pemanenan. Matangaran et al. 2000 menyatakan bahwa limbah pemanenan merupakan limbah mekanis yang terjadi akibat kegiatan pemanenan kayu, selain itu terdapat pula limbah alami defect yang terjadi secara alami yang tidak memenuhi persyaratan sebagai kayu bulat yang diinginkan. Limbah pemanenan merupakan batang atau bagian batang yang berasal dari kegiatan pemanenan yang tidak dimanfaatkan dan dibiarkan di hutan. Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35 Tahun 2008 disebutkan bahwa kayu limbah pembalakan adalah kayu – kayu dengan beragam jenis, bentuk dan ukuran yang tertinggal di dalam hutantidak dimanfaatkan dan hanya layak diusahakan secara komersial apabila dilakukan pengolahan terlebih dahulu di dalam hutan, yang menurut sortimennya dikelompokkan ke dalam kayu bulat kecil, yaitu kayu yang terdiri atas kayu dengan diameter ≤ 30 cm, yang dapat berupa cabang, kayu bakar, bahan arang dan kayu bulat berukuran ≥ 30 cm yang merupakan kayu sisa pembagian batang dengan panjang kurang dari 1,30 meter, tunggak atau kayu yang dipotong karena mengalami cacatbusuk dan gerowong lebih dari 40. Sementara itu, berdasarkan peraturan pemerintah RI Nomor 59 tahun 1998 tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak pada departemen kehutanan dan perkebunan, disebutkan bahwa limbah pembalakan adalah kayu yang tidak atau belum dimanfaatkan pada kegiatan pembalakan yang berasal dari pohon yang boleh ditebang berupa sisa pembagian batang, tunggak, ranting dan pucuk yang memiliki ukuran diameter kurang dari 30 cm dan panjang kurang dari 1,3 meter. Menurut Widarmana 1973 yang menggunakan istilah logging waste bagi limbah pemanenan kayu, menyatakan bahwa limbah kayu adalah limbah yang terjadi akibat kegiatan pemanenan kayu logging. Dengan demikian, logging waste tersebut dapat terjadi di tempat tebangan, sepanjang jalan sarad, sepanjang jalan angkutan, di tempat pengumpulan kayu dan di tempat penimbunan kayu seperti di TPn atau TPK di hutan jati, atau di logdeck dan logpond di hutan rimba di luar Jawa. Sisa kayu banyak terdapat di hutan dan di TPn. Hal ini disebabkan karena upaya memperoleh kayu bulat dengan kualitas ekspor, dimana untuk menghasilkan sortimen berkualitas tinggi tersebut sering dilakukan dengan memotong batang untuk mendapat ukuran tertentu dan membuang bagian-bagian yang rusak dan bercacat, sehingga menimbulkan sisa berupa limbah kayu.

2.4. Klasifikasi Limbah Pemanenan Hutan