Menurut Widarmana 1973 yang menggunakan istilah logging waste bagi limbah pemanenan kayu, menyatakan bahwa limbah kayu adalah limbah yang
terjadi akibat kegiatan pemanenan kayu logging. Dengan demikian, logging waste tersebut dapat terjadi di tempat tebangan, sepanjang jalan sarad, sepanjang
jalan angkutan, di tempat pengumpulan kayu dan di tempat penimbunan kayu seperti di TPn atau TPK di hutan jati, atau di logdeck dan logpond di hutan
rimba di luar Jawa. Sisa kayu banyak terdapat di hutan dan di TPn. Hal ini disebabkan karena upaya memperoleh kayu bulat dengan kualitas ekspor, dimana
untuk menghasilkan sortimen berkualitas tinggi tersebut sering dilakukan dengan memotong batang untuk mendapat ukuran tertentu dan membuang bagian-bagian
yang rusak dan bercacat, sehingga menimbulkan sisa berupa limbah kayu.
2.4. Klasifikasi Limbah Pemanenan Hutan
Menurut Budiaman 2000, limbah pemanenan dapat berupa semua kayu bulat yang berupa bagian dari batang komersial, potongan pendek, tunggak,
cabang dan ranting. Batasan jenis sortimen kayu bulat yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Batang komersial adalah batang dari atas banir sampai cabang pertama atau
batang yang selama ini dikeluarkan oleh perusahaan pada pengusahaan hutan alam.
2. Batang atas adalah bagian batang dari cabang pertama sampai tajuk yang
merupakan perpanjangan dari batang utama komersial. 3.
Cabang dan ranting adalah komponen tajuk dari pohon yang ditebang yang berada di atas cabang pertama.
4. Tunggak adalah bagian bawah pohon yang berada dibawah takik rebah dan
takik balas. Tinggi tunggak sangat bervariasi tergantung dari ketinggian takik balas.
5. Potongan kecil adalah bagian batang dari batang utama yang mengandung
cacat dan perlu dipotong. Potongan kecil juga meliputi banir, batang dengan cacat nampak, pecah, busuk dan jenis cacat fisik lainnya yang mengurangi nilai
fisik kayu.
Limbah pohon diklasifikasikan berdasarkan sumbernya untuk mengetahui dari bagian pohon yang mana limbah berasal, yaitu dengan klasifikasi berdasarkan
sumber limbah itu sendiri dan terbatas pada areal tebangan. Sumber limbah berasal dari pohon yang ditebang, pohon lain yang rusak akibat penebangan dan
penyaradan, sedangkan limbah yang berasal dari pohon yang ditebang berasal dari tunggak, limbah batang bebas cabang, batang kayu di atas cabang pertama
Simarmata Haryono 1986. Hidayat 2000 menggolongkan limbah berdasarkan :
1. Bentuknya
a. Berupa pohon hidup yang bernilai komersial namun tidak dipanen
meskipun dari segi teknis memungkinkan. b.
Berupa bagian batang bebas cabang yang terbuang akibat berbagai faktor, seperti teknis, fisik, biologis, dan lain-lain.
c. Berupa sisa bagian pohon yakni dahan, ranting, maupun tungak.
d. Berupa sisa bagian produksi atau akibat proses produksi.
2. Pengerjaan kayunya
a. Limbah pemanenan yaitu limbah akibat kegiatan pemanenan kayu yang
dapat berupa kayu-kayu yang tertinggal di hutan, TPn, dan TPK. b.
Limbah pengolahan kayu yaitu limbah yang diakibatkan oleh kegiatan industri kayu seperti pabrik gergajian, plywood dan lain-lain.
3. Tempat terjadinya
a. Limbah yang terjadi di tempat penebangan,
b. Limbah yang terjadi di tempat penimbunan kayu TPn
c. Limbah yang terjadi di tempat penngumpulan kayu TPK
Dalam Keputusan menteri Kehutanan Nomor 6886 tahun 2002 disebutkan batasan limbah pemanena berupa sisa pembagian batang termasuk cabang,
ranting, pucuk, tunggak atau kayu bulat dengan ukuran ≤ 30 cm atau panjang
tidak lebih dari 2 meter. Kayu yang termasuk dalam kelompok kayu mewah dan kayu indah tidak termasuk dalam limbah pembalakan.
Soewito 1980 mengemukakan bahwa limbah kayu akibat pemanenan di areal tebangan berasal dari dua sumber, yaitu bagian dari pohon yang ditebang
yang seharusnya dapat dimanfaatkan, tetapi tidak diambil dan berasal dari tegakan
tinggal yang rusak akibat dilakukannya kegiatan pemanenan kayu. Limbah dari pohon yang ditebang terjadi karena pengusaha hanya mengambil bagian kayu
yang dianggap terbaik saja sesuai dengan persyaratan ukuran dan kualita. Widarmana 1973 menjelaskan bahwa macam atau bentuk serta volume limbah
pemanenan kayu itu berbeda-beda, tergantung pada : 1.
Tingkat efisiensi pemanenan secara manual atau mekanis. 2.
Tujuan pemanenannya, kayu untuk industri dalam negeri, mendapatkan kayu untuk keperluan lokal, atau kayu untuk ekspor.
3. Jenis serta nilai kayunya jati, rimba alam atau rimba tanaman.
4. Tempat atau lokasi serta fasilitas prasarana, misalnya jalan angkutan.
Semakin tinggi tingkat efisiensi pemanenan kayu, limbah yang dihasilkan akan semakin berkurang, begitu pula bila nilai ekonomis kayu dan aksesibilitas
hutan tinggi.
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Limbah Kayu