dari sumberdaya alam, pengukuran yang relevan adalah WTP yang maksimum,
sebaliknya jika individu yang ditanya adalah pemilik hak atas sumberdaya, maka pengukuran yang relevan adalah WTA yang paling minimum Fauzi, 2004.
Dalam praktek pengukuran nilai ekonomi, WTP lebih sering digunakan daripada WTA, karena WTA bukan pengukuran yang berdasarkan insentif insentive
based sehingga kurang tepat untuk dijadikan studi yang berbasis perilaku
manusia Fauzi, 2004, selain itu menurut Garrod dan Willis 1999, Hanley dan Splash 1993 dalam Fauzi 2004, meski besaran WTP dan WTA sama, namun
selalu terjadi perbedaan pengukuran, dimana besaran WTA berada pada kisaran 2 sampai 5 kali lebih besar dari pada besaran WTP.
Asumsi dasar dari CVM adalah bahwa individu-individu memahami benar- benar pilihan-pilihan yang ditawarkan kepada mereka dan bahwa mereka cukup
familiar atau tahu kondisi lingkungan yang dinilai, dan bahwa apa yang dikatakan orang adalah sungguh-sungguh apa yang mereka lakukan jika pasar untuk barang
lingkungan itu benar-benar terjadi.
II.4. Analisis Manfaat dan Biaya Proyek
Menurut Gittinger 1986, proyek adalah kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat benefit, atau suatu kegiatan dimana
dikeluarkan biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan datang. Suatu proyek atau kegiatan hendaknya dipandang dari berbagai kelayakan
feasibility diantaranya kelayakan finansial dan kelayakan ekonomi. Untuk mengevaluasi kelayakan proyek digunakan analisis manfaat-biaya.
Analisa manfaat-biaya adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analisis membandingkan dan menganjurkan suatu
kebijakan dengan cara menghitung total biaya dan total keuntungan dalam bentuk uang Dunn, 2003. Secara sederhana konsep analisa manfaat-biaya adalah
mengenali manfaat benefit dan biaya cost atas proyek kemudian mengukurnya dalam ukuran yang dapat diperbandingkan. Apabila nilai manfaat lebih besar
daripada nilai biaya, maka proyek tersebut menuju alokasi faktor produksi yang efisien Suparmoko, 2006.
Biaya dalam analisa proyek menurut Gittenger 1986 adalah tiap barang dan jasa yang digunakan dalam suatu proyek yang akan mengurangi tujuan yang
harus ditempuh tergantung dari sisi mana analisa dilakukan. Sedangkan manfaat adalah tiap barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu proyek yang dapat
meningkatkan pendapatan petani atau perusahaan atau menaikkan pendapatan nasional masyarakatsuatu negara. Biaya dan manfaat proyek dibedakan atas biaya
yang dapat dikuantifikasikan tangible cost dan biaya yang tidak dapat dikuantifikasikan intangible cost, dan juga manfaat yang dapat dikuantifikasikan
tangible benefit dan manfaat yang tidak terukur intangible benefit. Bahan pertimbangan yang menjadi kriteria kelayakan investasi proyek
menurut Gittenger 1986 adalah : 1 Net Present Value NPV atau nilai kini bersih, yang diperoleh dengan
mendiskontokan semua biaya costs dan penerimaan benefits pada discount rate
tertentu, kemudian hasil diskonto penerimaan dikurangi hasil diskonto biayanya. Suatu proyek dikatakan layak apabila NPV-nya bernilai posistif.
2 Benefit Cost Ratio BCR, didapatkan dengan membagi jumlah hasil diskonto penerimaan dengan jumlah hasil diskonto biaya. Suatu proyek dikatakan layak
apabila nilai rasio manfaat biayanya lebih besar dari 1. 3 Internal Rate Return IRR, adalah tingkat discount rate yang menyebabkan
jumlah hasil diskonto penerimaan sama dengan hasil diskonto biaya. Suatu proyek dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari tingkat discount rate
yang ditetapkan.
II.5. Imbalan Penyediaan Jasa Lingkungan RHL