kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan beserta penyedia dan penggunaannya,
termasuk menemukan mekanisme pemberian imbalan yang sesuai apakah bersifat finansial atau tidak, yang mampu menciptakan kerangka kebijakan dan
kelembagaan yang dapat mendukung skema transfer lingkungan yang efektif. Menurut Putro et al. 2003 dalam merancang sistem insentif RHL yang
dikembangkan berdasarkan dokumen ā€¯Community-based Incentive For Nature Conservationā€¯ yang ditulis oleh Emerton 1999 dan diterbitkan IUCN, ada 5
tahapan yang harus dilakukan yaitu : 1 pengumpulan informasi yang melatarbelakangi mata pencaharian masyarakat dan kharakteristik sumberdaya
alam dalam DAS; 2 analisis pengaruh ekonomi masyarakat terhadap sumberdaya alam; 3 identifikasi kebutuhan dan relung insentif; 4 memilih
insentif ekonomi untuk rehabilitasi hutan dan lahan berbasis masyarakat; 5 pertimbangan praktis dalam penerapan tindakan insentif.
II.6. Penelitian Sebelumnya
Berbagai penelitian mengenai nilai ekonomi lingkungan telah banyak dilakukan oleh para peneliti dalam berbagai literatur yang ada. Lingkup nilai
ekonomi yang dinilai berbeda-beda dan dengan menggunakan metode penilaian yang berbeda juga. Salah satu contoh adalah penilaian oleh NRM dalam
Suparmoko 2006 diperoleh nilai ekonomi hutan tropis mencapai Rp 38,39 jutaha yang dihitung berdasarkan penggunaan kayu, kayu bakar, produk hutan
non kayu, konsumsi air dan nilai guna tidak langsung seperti konservasi tanah dan air, penyerap karbon, pencegah banjir, transportasi air dan keanekaragaman
hayati. Costanza et al. 1997 dalam Krieger 2001 menghitung nilai berbagai tipe ekosistem hutan didunia Tabel 3.
Tabel 3. Estimasi Nilai Ekosistem Hutan berdasarkan dolar tahun 1994
Barang Jasa Ekosistem
Pasar Jasa
Alam Nilai Global menurut type hutan
acre Nilai
seluruh hutan
Amerika juta
Semua hutan
Tropis Temperate
boreal 1
2 3
4 5
6 Regulasi iklim
NM 57,1
90,2 35,6
18,5 Pengendalian bencana
NM 0,8
2,0 na
Na Pengaturan air
NM 0,8
2,4 Supplay air
M,NM 1,2
3,2 na
Na Pengend. Erosi sed
NM 38,8
99,1 Pembentukan tanah
NM 4,0
4,0 4,0
2,1 Siklus hara
NM 146,1
373,1 na
Na Pengelolaan limbah
NM 35,2
35,2 35,2
18,3 Pengendalian biologis
NM 0,8
Na 1,6
0,8 Produksi pangan
M 17,4
12,9 20,2
10,5 Bahan baku
M 55,8
127,5 10,1
5,3 Sumberdaya genetik
M,NM 6,5
16,5 na
Na Rekreasi
M,NM 26,7
45,3 14,6
7,6 Budaya
NM 0,8
0,8 0,8
0,4 Total
292,1 812,2
122,2 63,6
Keterangan : na = tidak tersedia, NM = non market, M = market Sumber : Costanza et al. 1997 dalam Krieger, 2001
Nurfatriani 2005 menghitung nilai ekonomi kawasan yang di rehabilitasi hutan dan lahan pada proyek RHL Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunung Kidul
yang terdiri dari nilai penggunaan langsung nilai kayu pertukangan, kayu bakar, pakan ternak, tanaman obat, madu, dan daun kayu putih, nilai penggunaan tidak
langsung fungsi hidrologis dan fungsi pencegah erosi, nilai pilihan dan nilai keberadaan. dengan metode pendekatan kesediaan membayar. Hasil penilaian
ekonomi total kawasan hutan dan lahan yang direhabilitasi adalah sebesar Rp 95.886.082.429tahun yang terdiri dari nilai guna langsung
Rp 18.616.097.938tahun 19,41, nilai guna tidak langsung sebesar Rp
2.236.240.078tahun 2,335, nilai pilihan sebesar Rp 1.969.001.771tahun 2,05 dan nilai keberadaan sebesar Rp 73.064.742.642tahun 76,20.
Bahruni 2008 menduga nilai ekonomi total ekosistem hutan dengan pendekatan sistem, nilai ekonomi total ekosistem hutan alam produksi dari hasil
kayu dan non kayu pada berbagai intensitas penebangan dan nilai ekonomi total yang terdiri dari nilai guna kayu dan non kayu, nilai guna tidak langsung fungsi
hidrologis, nilai pilihan dan keberadaan kehati sebagaimana Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Hutan Alam Produksi Pada Berbagai Intensitas Penebangan
No Nilai Kiwari pada Intensitas Penebangan
Rpha Keterangan
50 76
100 1
2560000 3249000
3457000 3619000 Nilai guna langsung kayu dan
non kayu 2
3860000 3760000
3219000 2664000 Nilai guna langsung kayu,non
kayu, dan nilai guna tidak langsung fungsi hidrologis,
nilai pilihan dan keberadaan kehati
Sumber : Bahruni, 2008
II.7. Faktor Penyebab Kegagalan Rehabilitasi