sumberdaya alam berupa stok dalam ragam pemilikan, berfungsi sebagai
penghasil barang dan jasa, baik bagi individu danatau kelompok, masyarakat maupun bagi publik secara luas serta menyebabkan saling ketergantungan atau
interdependensi antar pihak, individu danatau kelompok masyarakat serta antar lembaga Kartodihardjo et al. 2004.
Alasan utama dari pendekatan DAS sebagai unit pengelolaan dan fokus kegiatan rehabilitasi adalah dengan pendekatan DAS lebih holistik dan dapat pula
digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar faktor biofisik dan intensitas kegiatan sosial ekonomi dan budaya dari daerah hulu ke daerah hilir; dapat pula
digunakan untuk menilai dampak terhadap lingkungan secara lebih cepat dan lebih mudah Ditjen RLPS 2003 dalam Nawir et al. 2008. DAS atau sub DAS
menerima pengaruh atau merespon langsung antara lain perubahan debit dan hasil air akibat peristiwa presipitasi atau hujan. DAS memiliki keterkaitan biogeofisik
yang sangat kuat antara hulu hilir sehingga mampu menggambarkan perubahan perilaku air akibat perubahan karakteristik lanskapnya secara nyata Asdak,
2004. Selain itu menurut NRC 1999 dalam Nawir et al. 2008, DAS mempunyai batas wilayah dan konsep unit yang logis untuk pengelolaan
ekosistem karena konsep DAS mengakui pentingnya peran air dalam hubungan biologis serta DAS mudah dikenal sehingga memudahkan para pengelola untuk
mengukur dan mengamati komponen dasar fisik dan kimia dari suatu ekosistem.
II.3. Penilaian Ekonomi
Dalam pengelolaan sumberdaya hutan, nilai total dari keberadaannya seringkali hanya dinilai dari produk-produk yang memiliki manfaat nyata
tangible benefit dan terukur dalam mekanisme pasar seperti kayu, padahal berdasarkan pendekatan ekosistem nilai total sumberdaya hutan dan lahan tidak
hanya dapat dilihat dari kayu saja tetapi juga harus menilai manfaat-manfaat lain dari hutan yang bersifat tidak nyata intangible benefit seperti penyediaan jasa
hidroorologis, estetika, ritual adat keagamaan dan habitat satwa. Penilaian didefinisikan sebagai penentuan nilai manfaat barang ataupun jasa
bagi manusia atau masyarakat Davis dan Johnson, 1987. Nilai diartikan sebagai
kegunaan, kemanfaatan, kepuasan dan rasa senang yang diperoleh oleh individu
atau masyarakat atas keberadaan suatu obyek. Dalam pengelolaan sumberdaya hutan, nilai hutan merupakan ekspresi kemanfaatan hutan berdasarkan ekspresi
individu atau masyarakat terhadap sumberdaya hutan tersebut dalam satuan moneter pada ruang atau tempat dan waktu tertentu. Nilai yang dimiliki oleh suatu
barang atau jasa akan mengarahkan perilaku pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu, masyarakat, ataupun organisasi.
Nilai ekonomi total dari sumberdaya hutan menurut Turner et al. 1994 adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Nilai Ekonomi Total Sumberdaya Hutan menurut Turner et al.1994
Nilai keberadaan existence value
Nilai ekonomi
Nilai guna Use value
Nilai bukan guna non use value
Nilai guna
langsung Nilai guna tidak
langsung Nilai Pilihan
option value Nilai Warisan
Bequest value
Kayu, buah, biji
Fungsi hidro logis, penyim
pan karbon Suaka
margasatwa, ekosistem
Rekreasi, habitat
Biodiversity ,
pemandangan
Dari pembangunan
Dari konservasi
Total Keuntungan pembangunan
Total Keuntungan
Berdasarkan Gambar 2 tersebut total nilai ekonomi dari sumberdaya hutan terdiri dari nilai guna dan nilai bukan guna. Nilai guna dibedakan menjadi nilai
guna langsung dan nilai guna tidak langsung. Nilai guna langsung merupakan nilai yang bersumber dari penggunaan secara langsung oleh masyarakat atau
perusahaan terhadap komoditas hasil hutan berupa kayu bukan kayu, fauna dan komoditas dari proses ekologis ekosistem hutan Sedangkan nilai guna tidak
langsung merupakan manfaat yang diperoleh individumasyarakat melalui suatu penggunaan secara tidak langsung terhadap sumberdaya hutan yang memberikan
jasa pengaruh pada aktivitas ekonomiproduksi atau mendukung kehidupan mahluk hidup. Nilai sumberdaya hutan yang termasuk nilai guna tidak langsung
adalah nilai berbagai fungsi jasa hutan berupa manfaat hutan bagi pengendalian banjir, prasarana angkutan air sungai, pengendalian erosi dan penyerapan CO
2
Bahruni, 1999. Dalam Bahruni 1999 dijelaskan mengenai nilai pilihan, yaitu merupakan
nilai harapan masa yang akan datang terhadap komoditas yang saat ini digunakan konsumsi maupun yang belum dimanfaatkan. Nilai pilihan ini berkaitan dengan
adanya ketidakpastian yang bersumber dari dua hal; yang pertama preferensi masyarakat konsumen saat ini terhadap komoditas hutan barang dan jasa pada
masa yang akan datang maupun preferensi generasi yang akan datang, yang kedua adalah ketidakpastian teknologi pemanfaatan maupun manajemen sumberdaya
terhadap pasokan supply komoditas pada masa yang akan datang. Nilai pilihan seperti nilai flora dan fauna yang saat ini belum dimanfaatkan secara potensial.
Nilai keberadaan adalah nilai kepedulian seseorang akan keberadaan sumberdaya tersebut, berupa nilai yang diberikan oleh masyarakat kepada
kawasan hutan atas manfaat spiritual, estetika dan kultural. Nilai warisan muncul ketika orang-orang menempatkan suatu nilai konservasi sumberdaya tertentu
untuk anak cucu generasi yang akan datang. Nilai keberadaan maupun nilai warisan in i tidak terefleksi dalam harga pasar Bishop, 1999
Untuk memudahkan dalam memilih metode penilaian ekonomi, berikut ini adalah bagan alir pemilihan metode penilaian dari nilai guna langsung maupun
nilai guna tidak langsung Gambar 3.
Gambar 3. Bagan Alir Pemilihan Metode Penilaian Nilai Guna Langsung Direct Use Value
Sumber Daya Hutan James, 1991 Pemilihan metode yang digunakan dalam penilaian nilai guna langsung pada
Gambar 3 tersebut di atas didasarkan pada seberapa jauh ketersediaan data harga yang ada dan sifat dari barang tersebut. Sedangkan pemilihan metode penilaian
untuk nilai guna tidak langsung, nilai pilihan dan nilai keberadaan ditentukan berdasarkan pada dapat tidaknya nilai tersebut direfleksikan pada nilai-nilai
manfaat yang mudah terukur Gambar 4 ya
Data demand dan supply hasil hutan tersedia lengkap
Metode Manfaat Sosial Bersih Net Social Benefit Methods
Ada pasar Hasil Hutan Hasil hutan di jual di pasar
Metode Harga Pasar Market Price Methods
Hasil Hutan merupakan Barang Siap Pakai
Final Product Harga Pengganti Surrogate Price :
1. Harga Substitusi 2. Harga Substituti tidak langsung
3. biaya oportunitas tidak
langsung 4. Nilai Tukar Perdagangan Nilai
Relatif 5. Biaya Relokasi
6. Biaya Perjalanan Pengadaan Travel cost Methods
Hasil Hutan merupakan Produk Antara
Intermediate Product Nilai Produksi:
1. Pendekatan Fungsi Produksi 2.
Pendapatan Faktor Produksi Bersih
ya
ya
ya
tidak
tidak
tidak
Gambar 4. Bagan Alir Pemilihan Metode Penilaian Nilai Guna Tidak Langsung Indirect Use Value, Nilai Pilihan dan Nilai Keberadaan Sumber Daya
Hutan James, 1991 Dalam penelitian ini metode penilaian untuk nilai guna langsung hasil
kayu, tanaman MPTS, kayu bakar, tanaman semusim adalah metode harga pasar. Untuk menduga nilai hasil air, menggunakan metode biaya pengadaan yang
merupakan modifikasi biaya perjalanan Travel Cost Methods, yaitu berdasarkan ya
Hutan mempunyai fungsi perlindungan terhadap aset
Metode Perlindungan Aset Protection of Assets:
1. Biaya penggantian 2. biaya rehabilitasi
3. nilai kehilangan produksi 4. biaya pembangunan tambahan
Nilai fungsi hutan atribut hutan dapat direfleksikan
dalam nilai lahan atau harga lainnya
Hedonic Pricing
Hutan ekosistemnya berfungsi mendukung
produksi pertanian Nilai Produksi :
1. Pendekatan Fungsi Produksi 2. Faktor Pendapatan Bersih
Ada harga pasar untuk barang yang mempunyai
fungsi sama dengan fungsi hutan
Harga Pengganti : 1. Harga Substitusi
2. harga substitusi tak langsung
ya
ya
ya
tidak
tidak
tidak
Fungsiatribut hutan tidak ada kaitan dengan transaksi
komersial maupun substitusi Penilaian Kontingensi
Contingent Valuation
ya
tidak
biaya pengadaan sampai air tersebut dapat dikonsumsi. Metode yang sama juga
digunakan untuk menghitung nilai hijauan pakan ternak. Untuk nilai jasa penyerapan karbon, karena ada harga pasarnya di dunia internasional maka untuk
penilaiannya menggunakan pendekatan harga pasar. Untuk penilaian hasil pengendalian erosi, digunakan pendekatan biaya pengganti, sedangkan untuk nilai
pilihan florafauna dan nilai keberadaan diduga dengan metode kontingensi. Metode biaya pengganti replacement cost, nilaiharga dari suatu fungsi
sumberdaya didekati dengan biaya pengganti suatu aset yang rusak akibat hilangnya fungsi jasa lingkungan sumberdaya hutan sehingga aset tersebut
berfungsi kembali Bahruni, 1999. Metode biaya pengganti digunakan untuk pendekatan menghitung nilai dari pengendalian erosi. Lahan yang tererosi
menyebabkan hilangnya juga unsur hara, sehingga untuk memulihkan kesuburannya kembali petani harus mengeluarkan biaya untuk pemupukan.
Sehingga nilai dari manfaat pengendalian erosi didekati dengan biaya penggantian pupuk untuk mengembalikan kesuburan tanahnya. Dampak lanjutan dari erosi
adalah sedimentasi di sungai ataupun badan air lainnya yang menyebabkan berkurangnya daya tampung sungai. Untuk memulihkan agar sungai dapat
berfungsi normal kapasitas normal guna menghindarkan dari terjadinya peluapan sungai diperlukan biaya normalisasi sungai. Uuntuk itu nilai dari
pengurangan sedimentasi merupakan biaya normalisasi sungai yang tidak jadi dikeluarkan.
Metode kontingensi Contingent value methodCVM merupakan salah satu metode penilaian ekonomi sumberdaya yang tidak terpasarkan non marketable
yang sering digunakan untuk mengukur nilai pasif nilai non pemanfaatan sumberdaya alam atau sering dikenal dengan nilai keberadaan. Ada 2 metode
dalam CVM yaitu willingness to pay WTP yang bertujuan untuk mengetahui jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya
penurunan terhadap sesuatu, dan willingness to accept WTA untuk mengetahui jumlah minimum pendapatan seseorang untuk mau menerima penurunan sesuatu
Fauzi, 2006. Pemilihan teknik ini didasarkan atas hak kepemilikan, jika yang ditanya individu yang tidak memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan
dari sumberdaya alam, pengukuran yang relevan adalah WTP yang maksimum,
sebaliknya jika individu yang ditanya adalah pemilik hak atas sumberdaya, maka pengukuran yang relevan adalah WTA yang paling minimum Fauzi, 2004.
Dalam praktek pengukuran nilai ekonomi, WTP lebih sering digunakan daripada WTA, karena WTA bukan pengukuran yang berdasarkan insentif insentive
based sehingga kurang tepat untuk dijadikan studi yang berbasis perilaku
manusia Fauzi, 2004, selain itu menurut Garrod dan Willis 1999, Hanley dan Splash 1993 dalam Fauzi 2004, meski besaran WTP dan WTA sama, namun
selalu terjadi perbedaan pengukuran, dimana besaran WTA berada pada kisaran 2 sampai 5 kali lebih besar dari pada besaran WTP.
Asumsi dasar dari CVM adalah bahwa individu-individu memahami benar- benar pilihan-pilihan yang ditawarkan kepada mereka dan bahwa mereka cukup
familiar atau tahu kondisi lingkungan yang dinilai, dan bahwa apa yang dikatakan orang adalah sungguh-sungguh apa yang mereka lakukan jika pasar untuk barang
lingkungan itu benar-benar terjadi.
II.4. Analisis Manfaat dan Biaya Proyek