biaya tenaga kerja. Begitu juga dengan manfaatnya, dapat bersifat dapat
dipasarkan hasil kayu, non kayu dan tidak dapat dipasarkan jasa lingkungan. Untuk mengetahui besarnya keuntungan atau manfaat menyeluruh dari hasil
kegiatan GERHAN maka perlu dilakukan penilaian ekonomi terhadap manfaat keseluruhan GERHAN. Hal ini untuk menunjukkan secara obyektif dan
kuantitatif seberapa besar kegiatan GERHAN memberikan keuntungan. Peran daerah hulu sangatlah penting karena pengelolaannya berdampak pada
keberlangsungan fungsi lingkungan yang menyokong kehidupan masyarakat di daerah hilir. Begitu juga dengan kegiatan rehabilitasi di daerah hulu, maka
dampaknya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat yang melakukan rehabilitasi tetapi juga masyarakat di daerah hilir. Lahan yang direhabilitasi merupakan lahan
milik sehingga keberlanjutan kegiatan rehabilitasi sangat tergantung pada pemilik lahan. Untuk itu diperlukan insentif untuk mendorong pemilik lahan pelaku
rehabilitasi untuk memelihara tanaman rehabilitasinya sampai memberikan manfaat kepada masyarakat di sekitarnya.
GERHAN merupakan kegiatan yang bersifat hibah dimana petani diberikan bantuan bibit, biaya penanaman dan pemeliharaan serta hasilnya untuk petani
sendiri dengan demikian sudah sepantasnya kalau tanaman dipelihara sampai berhasil. Pada kenyataannya kegiatan GERHAN banyak mengalami kegagalan,
faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan tersebut menarik untuk diketahui sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dimasa mendatang.
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk : 1. Menduga besarnya nilai ekonomi dari hasil kegiatan GERHAN di Sub DAS
Tirto Propinsi Jawa Tengah 2. Menentukan faktor-faktor yang menyebabkan potensi kegagalaan GERHAN
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah : 1. Memberikan bahan informasi yang memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
mengenai nilai ekonomi hasil kegiatan rehabilitasi, khususnya kegiatan GERHAN di Sub DAS Tirto Propinsi Jawa Tengah.
2. Sebagai bahan masukan untuk evaluasi kebijakan.
I.5. Kerangka Pemikiran
Daerah Aliran Sungai DAS merupakan suatu hamparan wilayahkawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi punggung bukit yang menerima,
mengumpulkan air hujan dan mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar melalui sungai utama sampai ke laut atau danau. DAS merupakan suatu
ekosistem dengan berbagai sumberdaya dalam suatu hubungan saling interaksi. Adanya hubungan keterkaitan tersebut maka segala aktivitas komponen ekosistem
selalu memberi pengaruh pada komponen ekosistem yang lain. Begitu juga dengan aktifitas tata guna lahan di hulu DAS tidak hanya memberikan dampak
pada daerah setempat tetapi juga akan menimbulkan dampak pada bagian hilir DAS seperti fluktuasi debit air antar musim pada musim hujan banjir dan
kekeringan pada musim kemarau, transport sedimen serta material terlarut dalam aliran airnya
Tekanan terhadap sumberdaya alam dalam DAS terutama sumberdaya hutan dan lahan telah menyebabkan degradasi DAS berupa lahan gundul, tanah kritis
serta meningkatnya erosi yang dapat menyebabkan menurunnya daya dukung DAS. Untuk memulihkan kerusakan DAS diperlukan upaya rehabilitasi hutan dan
lahan yaitu melalui GERHAN. GERHAN dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki dan mengembalikan fungsi dan produktivitas sumber daya hutan
dan lahan. Rehabilitasi memberikan dampak manfaat langsung maupun tidak langsung.
Manfaat ekonomi yang dapat teridentifikasi dari kegiatan GERHAN di Sub DAS Tirto adalah sebagai berikut :
1. Nilai guna langsung Rehabilitasi hutan dan lahan dilakukan dengan penanaman tanaman kayu
maupun MPTS, tentu saja manfaat langsung yang dapat diharapkan adalah dari hasil kayu
dan hasil tanaman MPTS, hasil tanaman semusim dan empon-empon yang ditanam secara swadaya, kayu bakar, dan hijauan pakan ternak.
2. Nilai guna tidak langsung 2.1.Pengendalian erosi
Rehabilitasi dengan penanaman tanaman kayu-kayuan pada saatnya nanti penutupan tajuk tanamannya akan memperbaiki penutupan lahan sehingga dapat
melindungi tanah dari pukulan air hujan secara langsung. Selain itu perakaran dari tanaman rehabilitasi akan memperbaiki struktur tanah yang dapat meningkatkan
kapasitas infiltrasi sehingga air hujan yang jatuh dapat lebih banyak diserap kedalam tanah dan mengurangi aliran permukaan yang menyebabkan erosi. Berdasarkan
penilaian dampak lingkungan pada lima proyek rehabilitasi yang dilakukan oleh CIFOR, pada proyek hutan rakyat menunjukkan telah ada dampak positif pada
variabel erosi tanah setelah 5 tahun pertama maupun pada 5 tahun pertama proyek. Menurut laporan hasil evaluasi dampak dan manfaat GERHAN kabupaten Grobogan
diharapkan setelah umur 5 tahun nanti penutupan tajuknya akan optimal menutup tanah dari percikan air hujan.
Dampak lanjutan dari erosi adalah sedimentasi pada sungai, saluran irigasi dan badan-badan air lainnya. Sebagaimana diketahui sedimentasi pada sungai
menyebabkan kapasitas tampungnya menurun sehingga pada waktu hujan dengan intensitas yang tinggi melebihi kapasitas tampungnya akan menyebabkan luapan air
sungai atau banjir, sehingga secara tidak langsung rehabilitasi daerah hulu DAS memberikan dampak pada pengendalian bencana banjir di bagian hilirnya.
2.2.Nilai jasa penyerapan karbon Dalam proses pertumbuhannya tanaman menyerap karbon yang ada di udara
untuk fotosintesis. Karbon yang diserap oleh tanaman disimpan dalam bentuk biomassa. Jasa penyerapan karbon saat ini sudah ada pasarnya di dunia
internasional, melalui pasar sukarela maupun melalui skema Mekanisme
Pembangunan Bersih MPBCDM dalam Protokol Kyoto dimana negara-negara
maju Annex 1 mempunyai kewajiban untuk menurunkan tingkat emisi gas rumah kacanya sebesar 5 dibandingkan emisinya pada tahun 1990 melalui
proyek aforestasi dan reforestasi AR di negara berkembang. Walaupun masih ada perbedaan definisi AR untuk kelayakan dalam skema MPB, tetapi pada
intinya jasa penyerapan karbon dari rehabilitasi lahan kritis mempunyai nilai ekonomi.
2.3.Nilai hasil air Tutupan lahan oleh vegetasi pohon dengan segala bentuknya dapat
mempengaruhi aliran air dalam daur hidrologi DAS, antara lain sebagai pendorong perbaikan kemampuan watak fisik tanah untuk memasukkan air lewat
sistem perakaran, penambahan bahan organik ataupun adanya kenaikan kegiatan biologis dalam tanah Asdak, 2004. Kapasitas infiltrasi tanah akan meningkat
dengan adanya tutupan vegetasi tersebut. Dengan meningkatnya kapasitas infiltras i menyebabkan air yang masuk dalam tanah menjadi lebih besar. Air hujan
yang terinfiltrasi selanjutnya mengalami perkolasi, yaitu setelah lapisan atas jenuh air akan bergerak ke tanah yang lebih dalam akibat gaya gravitasi bumi. Air inilah
yang akan menjadi air tanah yang akan keluar melalui mata air dan mengalir ke
sungai yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air pada saat musim kemarau.
Berdasarkan inventarisasi mata air yang dilakukan BPDAS Pemali Jratun, di Sub DAS Tirto terdapat kurang lebih 27 buah mata air, antara lain di Kecamatan
Ngaringan 12 mata air, Kecamatan Tawangharjo 6 mata air, Kecamatan Wirosari 2 mata air dan Kecamatan Tambakromo 7 mata air. Pemanfaatan
mata air tersebut sebagian besar untuk kebutuhan rumah tangga. Dalam Sub DAS Tirto mengalir anak-anak sungai yang berfungsi mengairi
sawah irigasi seluas 4.597,73 Ha
28,85 dari luas Sub DAS Tirto. Sebagaimana uraian sebelumnya, kontinuitas aliran sungai pada musim penghujan maupun
musim kemarau dipengaruhi oleh penutupan vegetasi daerah hulunya. Cadangan air tanah pada musim kemarau akan dialirkan melalui mata air-mata air
selanjutnya akan menuju ke sungai sehingga dengan demikian pada musim kemarau sungai tetap dapat mengairi sawah.
Menurut hasil penilaian dampak lingkungan pada lima proyek rehabilitasi yang
dilakukan oleh CIFOR, pada proyek hutan rakyat menunjukkan telah ada dampak positif pada variabel hasil air setelah 5 tahun pertama, sedangkan menurut laporan
hasil evaluasi dampak dan manfaat GERHAN kabupaten Grobogan dengan keberhasilan tanaman rata-rata 70 diperkirakan setelah tanaman berumur 5 tahun
nanti manfaat hasil air dapat dirasakan. 3. Nilai Bukan Guna
3.1.Nilai Pilihan Penanaman beberapa jenis tanaman kayu, MPTS pada lahan kritis secara
bertahap akan membentuk suatu ekosistem yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas habitat untuk keanekaragaman flora maupun fauna.
Keberadaan flora dan fauna tersebut merupakan nilai pilihan. Nilai pilihan merupakan nilai harapan masa yang akan datang terhadap komoditas yang saat ini
digunakan konsumsi, maupun yang belum dimanfaatkan. Keberadaan flora dan fauna meskipun saat ini kegunaannya belum diketahui tetapi mempunyai potensi
manfaat pada masa yang akan datang. 3.2.Nilai Keberadaan
Penanaman tanaman kayu maupun MPTS pada saatnya nanti mampu memberikan kenyamanan, keindahan dan nilai budaya bagi masyarakat setempat.
Manfaat yang dihasilkan dari kenyamanan, keindahan dan budaya merupakan bentuk nilai keberadaan. Menurut Bahruni 1999 nilai keberadaan merupakan
nilai yang menggambarkan manfaat kesejahteraan yang diperoleh seseorang atau masyarakat dengan mengetahui keberadaan sumberdaya tersebut, meskipun
masyarakat tersebut tidak memiliki atau menggunakan sumberdaya hutan tersebut. Nilai keberadaan termasuk pula manfaat sosial budaya yang diperoleh
masyarakat lokal sebagai interaksi kehidupan sosial budaya mereka dengan keberadaan hutan tersebut, yang berarti keberadaan hutan menentukan
kelangsungan nilai-nilai sosial budaya masyarakat tersebut.
Manfaat-manfaat yang telah disebutkan di depan tidak dapat begitu saja dijumlahkan untuk mendapatkan manfaat total dari kegiatan rehabilitasi. Antara
manfaat hasil kayu dan manfaat jasa lingkungan mempunyai hubungan yang saling meniadakan, apabila pohon ditebang untuk memperoleh hasil kayu maka
otomatis manfaat jasa lingkungan berupa pengendalian erosi, manfaat hasil air dan jasa penyerapan karbon akan hilang. Demikian juga apabila yang diharapkan
manfaat jasa lingkungannya maka hasil kayu tidak bisa diambil. Dari hasil identifikasi manfaat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
manfaat dari hasil rehabilitasi hutan dan lahan tidak hanya dinikmati oleh masyarakat yang melakukan rehabilitasi tetapi juga dapat dirasakan secara luas
oleh masyarakat yang tidak melakukan kegiatan rehabilitasi terutama masyarakat yang tinggal di daerah hilir. Untuk mendorong b
erbagai pihak agar ikut berperan serta dalam rehabilitasi hutan dan lahan maka perlu suatu sistem insentif terutama
untuk mendorong masyarakat pelaku rehabilitasi untuk memelihara tanaman agar berbagai manfaat tersebut dapat dirasakan.
Manfaat dari kegiatan rehabilitasi baru dapat dirasakan dalam jangka panjang setelah tanaman rehabilitasi berhasil membentuk suatu ekosistem yang
menyerupai hutan terutama, terutama untuk manfaat jasa lingkungan disamping hasil kayu maupun tanaman MPTS. Dalam jangka waktu sampai dapat
menghasilkan manfaat tersebut dimungkinkan adanya peluang kegagalan dari tanaman yang disebabkan oleh banyak faktor. Faktor apa saja yang
mempengaruhi kegagalan perlu diketahui sebagai bahan pembelajaran di masa mendatang.
Secara garis besar kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Nilai Ekonomi Hasil GERHAN
LAHAN KRITIS dalam DASSub DAS
Si stem Insentif RHL
ke terangan :
: lingkup studi
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
GERHAN Rehabilitasi
berhasil
pulihnya fungsi dan peningkatan
produk-
tifitas sumberdaya hu- tan dan lahan
Nilai Ekonomi Hasil GERHAN
Marketable Non-marketable
Hasil kayu, MPTS, kayu bakar dll
Jasa lingkungan
Diterima masyarakat yang
melakukan
Rehabilitasi gagal
Faktor penyebab kegagalan
Dirasakan oleh masyarakat
penerima jasa
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan GERHANGNRHL
Kerusakan hutan dan lahan yang semakin meningkat telah menyebabkan semakin meluasnya dampak kerusakan yaitu dengan kejadian berbagai bencana
seperti banjir, kekeringan dan semakin meluasnya lahan kritis. Berbagai upaya pemulihan fungsi sumberdaya hutan dan lahan telah dilakukan dengan berbagai
bentuk program rehabilitasi hutan dan lahan. Rehabilitasi menurut Tim CIFOR 2003 dalam Nawir et al. 2008
didefinisikan sebagai ”kegiatan yang secara sengaja ditujukan untuk regenerasi pohon, baik secara alami danatau buatan, pada padang rumput, semak belukar,
atau wilayah tandus yang dulunya merupakan hutan, dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas, penghidupan masyarakat, danatau manfaat jasa
lingkungan. Sedangkan menurut Departemen Kehutanan, rehabilitasi terdiri atas dua kategori yaitu reboisasi dan penghijauan. Reboisasi atau rehabilitasi hutan
didefinisikan dengan kegiatan menanam pohon yang dilaksanakan di dalam kawasan hutan, sedangkan penghijauan atau rehabilitasi lahan berkenaan dengan
kegiatan penanaman pohon yang dilaksanakan di lahan milik masyarakat di luar kawasan hutan.
Penerapan program rehabilitasi telah dilakukan oleh Pemerintah sejak awal tahun 1950 an dengan berbagai pendekatan. Pada periode tahaun 1950-1970an
rehabilitasi menggunakan pendekatan top-down. Antara tahun 1980-1990an kebijakan rehabilitasi hutan berada pada masa transisi dari top-down ke arah
partisipatif, mulai akhir tahun 1990an secara konseptual kebijakan rehabilitasi lebih partisipatif. Pengaruh kebijakan pemerintah terhadap program rehabilitasi
hutan dan lahan sejak tahun 1950an sampai sekarang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perubahan Kebijakan Pemerintah Mempengaruhi Program Rehabilitasi Hutan
Aspek Kebijakan
Orientasi Kebijakan 1950-1960an
1970-1990an 1998 – hingga saat ini
Pengelolaan hutan
Difokuskan pada aspek ekologi :
mengembalikan dan mempertahankan
fungsi ekologis konservasi tanah dan
air Difokuskan pada
aspek ekonomi : berorientasi pada
pengelolaan kayu untuk mengurangi
ketergantungan pada ekspor miyak
Difokuskan pada pengelolaan berbasis
sumberdaya : menyeimbangkan
aspek sosial-ekonomi dan lingkungan
Skala pengelolaan
Pengelolaan skala kecil hingga sedang
Pengelolaan skala besar
Pengelolaan hutan berbasis masyarakat
Sistem pemerintahan
Pemerintahan terpusat Pemerintahan
terpusat Desentralisasi
pemerintahan Target
rehabilitasi kehutanan
Rehabilitasi umumnya dilakukan di pulau
Jawa melalui pengembangan
tanaman jati Rehabilitasi kawasan
hutan produksi dan lahan milik
Rehabilitasi hutan produksi dan kawasan
konservasi
Pendekatan pengelolaan
Pendekatan sektoral Pendekatan sektoral Pendekatan terpadu
Pendanaan Pendanaan dari
pemerintah Pendanaan dari
pemerintah dan donor
Prinsip berbagi biaya, namun masih
mempunyai ketergantungan pada
dana pemerintah
Sumber : Mursidin et al. 1997; Christanty dan Atje, 2000; Dirjen RLPS 2003; Dirjen RLPS 2004 dalam Murniati, 2007 dan Nawir et al. 2008
Berdasarkan pengalaman yang lalu, berbagai upaya rehabilitasi hutan dan lahan tetap tidak mampu mengimbangi laju kerusakan hutan dan lahan karena
kompleksnya faktor yang menyebabkan kerusakan tersebut. Kegiatan rehabilitasi seharusnya dimulai dengan tujuan untuk menyikapi berbagai penyebab degradasi
dan deforestasi tersebut Murniati, 2007. Karena keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah memerlukan solusi yang tepat terhadap masalah yang
juga tepat. Menurut Russell L. Ackoff 1974 dalam Dunn 2004 kita lebih sering gagal karena kita memecahkan suatu masalah yanag salah daripada menemukan
solusi yang salah terhadap masalah yang tepat.
Dengan semakin meningkatnya kerusakan sumberdaya hutan dan lahan yang menimbulkan dampak kerusakan yang telah memberikan pembelajaran dan
pengalaman berharga betapa besar dan mahalnya kerugian akibat kerusakan tersebut bagi masyarakat maka perlu dilakukan percepatan rehabilitasi hutan dan
lahan untuk memulihkan fungsi sumberdaya hutan dan lahan melalui GERHAN. Pelaksanaan GERHAN didasarkan pada Surat Keputusan Bersama SKB
tiga Menko, yaitu Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat yang ditandatangani tanggal 31 Maret 2003, dengan tujuan melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan secara terpadu dan terencana
dengan melibatkan semua instansi pemerintah terkait, swasta dan masyarakat untuk memulihkan kualitas sumberdaya hutanlingkungan dan kesejahteraan
masyarakat. Upaya rehabilitasi melalui GERHAN dilaksanakan dalam bentuk
penanaman sejumlah bibit pohon dan tanaman buah-buahan di dalam kawasan hutan dan lahan kosongkritis dengan melibatkan partisipasi berbagai pihak terkait
termasuk masyarakat di sekitar hutan. Bentuk kegiatannya meliputi pembuatan hutan rakyat, rehabilitasi mangrove, pembuatan hutan kota dan pembuatan
banguan konservasi tanah dan air embung, dam pengendali, dam penahan, gully plug, umur resapan serta kegiatan pendukung berupa pengembangan
kelembagaan dan kepeloporan TNI.
II.2. DASSub DAS Sebagai Unit Analisis