V. HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1. Nilai Ekonomi Total Hasil GERHAN
Nilai ekonomi total hasil kegiatan rehabilitasi meliputi nilai guna dan nilai bukan guna. Nilai guna terdiri dari nilai guna langsung dan nilai guna tidak
langsung. Nilai guna langsung merupakan nilai penggunaan langsung oleh masyarakat yang melaksanakan rehabilitasi lahan yang berupa hasil kayu, hasil
tanaman MPTS, kayu bakar, hijauan pakan ternak, dan hasil tanaman semusim tanaman pertanian ataupun tanaman empon-empon. Nilai guna tidak langsung
yang merupakan nilai yang secara tidak langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Nilai guna tidak langsung dari hasil rehabilitasi lahan adalah berupa
jasa lingkungan dalam hal ini adalah nilai dari pengendalian erosi, nilai hasil air untuk keperluan rumah tangga maupun untuk pengairan sawah, dan jasa
penyerapan karbon selama satu rotasi tanaman kayu, sedangkan nilai bukan guna adalah nilai pilihan flora, nilai pilihan fauna dan nilai keberadaan.
Nilai ekonomi GERHAN di Sub DAS Tirto dihitung berdasarkan hasil evaluasi keberhasilan tanaman yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan
Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pati, Dinas Kehutanan Kabupaten Blora, sampai dengan tahun 2009
keberhasilan tanaman mencapai 88 untuk tanaman kayu jati dan 85 untuk tanaman MPTS mangga, sukun, kemiri, melinjo, randu, durian, petai didukung
dengan hasil evaluasi lahan kritis oleh BPDAS Pemali Jratun, kondisi kekritisan lahan di luar kawasan hutan menurut evaluasi tahun 2004 berdasarkan peta
liputan lahan dari hasil analisis Citra satelit Landsat 7 ETM+ tahun 2003 luas lahan sangat kritis, kritis dan agak kritis adalah seluas 2591,58 ha, pada evaluasi
lahan kritis tahun 2009 berdasarkan peta liputan lahan hasil analisis Citra satelit tahun 2006 luas lahan sangat kritis, kritis dan agak kritis menjadi seluas 1065,37
ha atau berkurang 1526,20 ha dari sebelumnya. Dari hasil ini menunjukkan kegiatan rehabilitasi di Sub DAS Tirto sedikit banyak telah berhasil mengurangi
lahan kritis. Dari hasil pengolahan data, nilai kini manfaat hasil GERHAN seluas 1463
Ha di Sub DAS Tirto selama satu daur penebangan tanaman kayu 15 th pada
tingkat suku bungan 15 dengan memperhitungkan prosentase keberhasilannya
rata-rata 88 untuk tanaman kayu jati dan 85 untuk tanaman MPTS adalah sebesar Rp 331.223.929.622 atau Rp 15.093.367hatahun. Nilai tersebut terdiri
dari nilai guna langsung adalah sebesar Rp 324.662.438.996 98.02, nilai guna tidak langsung sebesar Rp 2.499.738.902 0.75 dan nilai bukan guna Rp
4.061.751.724 1,23. Nilai tersebut lebih kecil dan proporsi masing-masing nilai manfaatnya
sangat berbeda apabila dibandingkan dengan nilai ekonomi hasil rehabilitasi hutan dan lahan kritis seluas 3640 ha di Kecamatan Nglipar menurut Nurfatriani 2005
yaitu sebesar Rp 95.886.082.429tahun atau Rp 26,342,330hatahun, yang terdiri dari nilai guna langsung Rp 18.616.097.938tahun 19,41, nilai guna tidak
langsung sebesar Rp 2.236.240.078tahun 2,335, nilai pilihan sebesar Rp 1.969.001.771tahun 2,05 dan nilai keberadaan sebesar Rp 73.064.742.642
tahun 76,20. Perbedaan nilai suatu sumberdaya dimungkinkan karena adanya perbedaan lingkup dan metode pendekatan pendugaan nilai yang digunakan.
Metode perhitungan nilai pengendalian erosi yang digunakan oleh Nurfatriani 2005 menggunakan pendekatan kontingensi sedangkan pada penelitian ini
menggunakan pendekatan biaya pengganti. Pendugaan nilai pilihan dan nilai keberadaan sama-sama menggunakan pendekatan kontingensi berdasarkan
persepsi masyarakat penilainya. Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek tertentu, tempat dan waktu tertentu pula Davis dan Johnson, 1987,
sehingga nilai sumberdaya yang dinyatakan oleh masyarakat akan tergantung
pada persepsi setiap anggota masyarakat yang memberikan penilaian.
Begitu juga apabila dibandingkan dengan nilai ekonomi total hutan tropis Indonesia menurut hasil penelitian yang dilakukan NRM yaitu Rp
383.999.400hath yang terdiri dari nilai guna langsung 52,39, nilai guna tidak langsung 43,3 dan nilai bukan guna 4,58, dari total nilai tersebut proporsi nilai
kayu sebesar 29,11 Suparmoko, 2006. Nilai tersebut dihitung berdasarkan
penggunaan kayu, kayu bakar, produk hutan non kayu, konsumsi air dan nilai guna tidak langsung seperti konservasi tanah dan air, penyerap karbon, pencegah
banjir, transportasi air dan keanekaragaman hayati. Perbedaan nilai ekonomi total
yang dihasilkan disebabkan ada perbedaan lingkup manfaat yang dihasilkan antara hutan tropis dengan hasil rehabilitasi GERHAN di Sub DAS Tirto. Sebagai
contoh dari hutan tropis menghasilkan nilai guna tidak langsung dari transportasi air, sedangkan dari hasil GERHAN di Sub DAS Tirto hanya untuk keperluan
rumah tangga dan irigasi saja. Secara ringkas hasil perhitungan nilai ekonomi total hasil GERHAN di Sub
DAS Tirto dapat dilihat Tabel 12, selengkapnya disajikan dalam Lampiran 2. Tabel 12. Nilai Ekonomi Total Hasil Rehabilitasi Sub DAS Tirto
No Jenis Manfaat
Nilai Kini Prosentase
Manfaat GERHAN Terhadap Total
Rp I
Nilai Guna Langsung 324.662.438.996
98.02 Hasil tanaman pertanian
146.608.234.496 44,26
Hasil tanaman empon-empon 71.914.577.319
21,71 Hasil tanaman MPTS
21.507.313.174 6,49
Hasil tanaman kayu 32.343.357.834
9,78 Hasil hijauan pakan ternak
36.269.444.921 10,95
Hasil kayu baker 16.019.511.252
4,84 II
Nilai Guna Tidak Langsung 23.380.803.173
0.75 Jasa pengendalian erosi
603.591.798 0.18
Hasil air untuk rumah tangga 463.162.781
0.14 Hasil air untuk pengairan sawah
293.321.821 0,09
Jasa penyerapan karbon 1.139.662.503
0,34 III Nilai Bukan Guna
4.061.751.724 1,23
Nilai pilihan flora 1.381.510.157
0,42 Nilai pilihan fauna
1.358.578.207 0,41
Nilai keberadaan 1.321.663.360
0,40 Jumlah
331.223.929.622 100
Sumber : Hasil analisis data
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai manfaat yang mempunyai proporsi yang paling besar terhadap nilai manfaat total adalah nilai guna langsung
yaitu Rp 324.662.438.996 98,02. Hal ini menunjukkan bahwa nilai manfaat
yang dihasilkan dari kegiatan GERHAN di Sub DAS Tirto didominasi oleh
manfaat yang yang langsung dapat diambil dari hasil rehabilitasi sebagai masukan input untuk proses produksi maupun untuk konsumsi yaitu hasil kayu
pertukangan, hasil tanaman MPTS, hasil tanaman pertanian, hasil tanaman empon-empon, hasil hijauan pakan ternak dan kayu bakar yang dipungut dari
areal yang direhabilitasi. Nilai guna tidak langsung diduga sebesar Rp
23.380.803.173 atau 0,75 dari nilai ekonomi total. Nilai guna tidak langsung yang mempunyai proporsi
yang kecil menunjukkan bahwa perbaikan lingkungan dari kegiatan GERHAN di Sub DAS Tirto tidak memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Hal ini
salah satunya disebabkan oleh kondisi tanah di Sub DAS Tirto yang didominasi oleh tanah kapur yang miskin unsur hara, dengan pendekatan biaya pengganti
membuat nilai pengendalian erosi di Sub DAS Tirto menjadi kecil. Selain itu yang membuat kecilnya nilai guna tidak langsung ini adalah pemanfaatan dari hasil
airnya hanya untuk keperluan rumah tangga dan irigasi pertanian yang tidak dikelola secara komersial.
Nilai bukan guna yang terdiri dari nilai pilihan dan nilai keberadaan mempunyai proporsi 1,23 dari nilai total. Nilai pilihan merupakan manfaat yang
potensial dikembangkan dimasa yang akan datang walaupun saat ini belum diketahui manfaatnya. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai pilihan flora
sebesar Rp 1.381.510.157 atau 0,42 dari nilai manfaat total. Sedangkan manfaat potensial fauna dimasa yang akan datang yang merupakan nilai pilihan fauna
sebesar Rp 1.358.578.207 0,41 tidak berbeda dengan nilai pilihan flora. Nilai pilihan berpotensi dikembangkan pada masa yang akan datang untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Nilai keberadaan merupakan nilai yang diberikan oleh masyarakat pada kawasan yang direhabilitasi atas manfaat
spiritual, estetika dan kultural. Berdasarkan hasil perhitungan nilai sekarang dari nilai keberadaan kawasan yang direhabilitasi adalah sebesar Rp 1.321.663.360
atau 0,40 dari nilai total. Kecilnya nilai bukan guna ini menggambarkan persepsi dan apresiasi masyarakat terhadap sumberdaya hasil rehabilitasi yang
dikuantifikasikan untuk menunjukkan nilai atau manfaat dari barang dan jasa
lingkungan yang dihasilkan dari kawasan yang direhabilitasi. Hal ini disebabkan
karena tingkat pendapatan masyarakat yang hanya cukup untuk kehidupan sehari- hari rata-rata pendapatan Rp 755.625.bulan sehingga belum bisa memikirkan
untuk kebutuhan yang lainnya apalagi untuk suatu hal yang belum secara nyata manfaatnya.
Dari nilai manfaat GERHAN di Sub DAS Tirto secara rata-rata kegiatan rehabilitasi dengan penanaman kayu dan MPTS memberikan nilai manfaat
sebesar Rp 15.093.367hatahun. Apabila dibandingkan dengan hasil perhitungan manfaat jika lahan dibiarkan hanya dengan tanaman semusim saja sebagaimana
Tabel 13, dengan nilai manfaat yang dihasilkan hanya sebesar Rp 10.699.707hatahun dari hasil tanaman semusim dan lahan tetap tererosi, nilai
tersebut lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa GERHAN dapat memberikan harapan nilai manfaat langsung dan tidak langsung yang lebih besar dari pada
lahan dibiarkan dalam kondisi kritis atau tegalan dengan tanaman semusim saja. Tabel 13 Nilai Manfaat Lahan Tanpa Kegiatan Rehabilitasi
No Uraian
Nilai Rphath 1
Hasil tanaman semusim 17.250.000
2 Hasil air
722.844 3
Kehilangan tanah karena erosi 7.273.137
Jumlah 10.699.707
Sumber : Hasil analisis data Kegiatan rehabilitasi dapat dirasakan hasilnya dalam jangka panjang, berupa
hasil kayunya maupun jasa lingkungannya. Selama masa tunggu tersebut banyak hal yang dapat terjadi yang menyebabkan kegagalan tanaman. Apabila terjadi
kegagalan tanaman maka tentu saja nilai ekonomi yang dihasilkan juga akan berkurang. Berikut adalah hasil perkiraan nilai kini hasil GERHAN apabila
tingkat keberhasilan 70, 50 dan 30 dari lahan yang direhabilitasi seluas 1463 ha dengan periode analisis 15 tahun setelah ditanam dan pada tingkat suku
bunga 15 Tabel 14.
Tabel 14. Perkiraan Nilai Ekonomi Hasil GERHAN Pada Berbagai Keberhasilan Tanaman
No Prosentase
keberhasilan tanaman
Nilai kini hasil GERHAN
Rp Rata-rata
Rphath 1
70 328.129.674.220
14.952.366 2
50 300.997.017.713
13.715.973 3
30 284.729.924.887
12.974.706 Sumber : Hasil analisis data
Hasil perhitungan nilai manfaat hasil GERHAN pada keberhasilan tanaman 70, 50 dan 30 selengkapnya secara berturut-turut disampaikan dalam
Lampiran 3 sd 5.
V.1.1. Nilai Guna Langsung
V.1.1.1. Nilai Hasil Kayu Jenis kayu yang ditanam melalui GERHAN di Sub DAS Tirto adalah Jati.
Jati merupakan jenis kayu dengan nilai ekonomi tinggi yang paling diminati oleh petani. Kayu jati merupakan jenis kayu favorit untuk industri meubel dan
kerajinan karena kayunya yang indah. Berdasarkan informasi dari responden, umur tebangan kayu jati milik masyarakat rata-rata ± 15 tahun. Nilai kayu
dihitung berdasarkan keberhasilan tanaman sampai tahun 2009 dengan rata-rata 88,14 Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan, Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pati, dan Dinas Kehutanan Kabupaten Blora. Hasil kayu jati dari rehabilitasi GERHAN diprediksi dengan persamaan
pertumbuhan yang diacu dari Ginoga et.al 2005. Harga kayu jati yang digunakan adalah harga prediksi berdasarkan data harga kayu jati beberapa tahun terakhir. Di
lokasi penelitian harga kayu jati rakyat dengan diameter kurang lebih 20 cm pada tingkat petani berkisar Rp 1.000.000m
3
sampai Rp1.400.000m
3
. Kondisi harga kayu Jati di Kabupaten Grobogan dan sekitarnya selama 4 tahun terakhir
disampaikan dalam Tabel 15.
Tabel 15. Kondisi Harga Kayu Bulat Jati di Kabupaten Grobogan No
Tahun Sortimen
Harga Rpm
3
1 2006
A1 849.317
2 2007
A1 895.158
3 2008
A1 1.111.605
4 2009
A1 1.445.198
Sumber : Perhutani, 2009 laporan manajerial Rekapitulasi hasil prediksi volume kayu jati pada umur 15 tahun dan nilai
kayu jati dari hasil rehabilitasi di Sub DAS Tirto disampaikan pada Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Prediksi dan Nilai Hasil Kayu Jati dari GERHAN di Sub DAS Tirto
N o
Tahun tanam
Luas ha
Jumlah Tanaman
hidup btg
Prediksi Hasil Kayu Pada Tahun M
3
Rpx 10
6
Volume m
3
Nilai kini Rpx 10
9
2018 2019
2020 2021
2022 2023
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 1 2003
113 33.648
4040 4040
12,056 3.427
2 2004 350
102.890 12355
12355 39,348
9,726 3 2005
200 61.250
7355 7355
24.900 5,352
4 2006 25
8.000 961
961 3.445
0,644 5 2007
700 161.362
19376 19376
72.745 11,823
6 2008 75
20.248 2431
2431 9.696
1,370 jumlah 1463
387.399 46518
32,343
Sumber : Hasil analisis data Apabila keberhasilan tanaman dapat dipertahankan maka pada akhir tahun
ke-15 nanti, potensi hasil kayu dari rehabilitasi GERHAN di Sub DAS Tirto sebesar 46.518 m
3
dengan nilai sekarang sebesar Rp32.343.357.833 hasil perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 6. Dengan harga kayu jati
yang cukup stabil bahkan cenderung meningkat dan tersedianya pangsa pasar yang jelas potensi hasil kayu ini akan menigkatkaan kesejahteraan masyarakat
khususnya petani yang melaksanakan kegiatan rehabilitasi.
V.1.1.2. Hasil Tanaman MPTS Jenis tanaman MPTS Multi Purpose Tree Species GERHAN di Sub DAS
Tirto adalah sebagian besar mangga. Pada awal dimulainya kegiatan GERHAN pada tahun 2003 dan 2004 jenis yang ditanam meliputi berbagai jenis yaitu
mangga, sukun, kemiri Kabupaten Grobogan, mangga, melinjo, randu Kabupaten Pati, mangga, mlinjo, durian, petai Kabupaten Blora. Tetapi karena
keberhasilannya dirasa tidak memuaskan kemudian tahun-tahun berikutnya hanya tanaman jenis mangga saja. Jenis dan jumlah hidup tanaman MPTS di Sub DAS
Tirto selama tahun 2003 – 2008 disampaikan dalam Tabel 17. Tabel 17. Jenis dan Jumlah Tanaman MPTS GERHAN di Sub DAS Tirto
No Tahun
tanam Jumlah tanaman hidup
Mangga Sukun Kemiri Melinjo Randu
Durian Petai
Jumlah 1
2003 4,463
945 840 2195
2,195 -
- 10,638
2 2004
22,140 -
- -
- 377
377 22,894
3 2005
14,685 -
- -
- -
- 14,685
4 2006
2,000 -
- -
- -
- 2,000
5 2007
24,983 -
- -
- -
- 24,983
6 2008
5,062 -
- -
- -
- 5,062
Jumlah 71,333
945 840
2195 2195
377 377
80,262 Sumber : Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan, Dinas
Kehuatan Kabupaten Blora dan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Pati tahun 2009
Penanaman tanaman MPTS dilakukan dengan tujuan agar dapat memberikan penghasilan kepada petani selama menunggu hasil panenan kayu.
Untuk menilai besarnya manfaat yang dihasilkan dari tanaman MPTS maka digunakan prediksi produksi masing-masing jenis tanaman MPTS.
Tanaman mangga secara ekologis cocok ditanam di Sub DAS Tirto karena merupakan daerah dengan perbedaan musim yang jelas antara musim penghujan
dan musim kemarau. Tanaman mangga diprediksikan mulai berbuah mulai umur 6 tahun dengan produksi buah 10 – 30 sampai umur 10 tahun, setelah 10 tahun
dapat meningkat sampai lebih dari 40 kgpohon per tahun. Harga yang digunakan untuk menghitung nilainya adalah harga mangga di petani, rata-rata pada saat
musim seharga Rp 2000 per kg.
Jenis sukun yang ditanam adalah sukun Cilacap yang mempunyai keunggulan dalam produksinya. Tanaman sukun diprediksikan mulai berbuah
setelah umur 5 tahun ke atas dengan produksi berangsur-angsur meningkat 30 – 60 buah per pohon per tahun setelah mencapai umur 10 tahun buahnya dapat lebih
banyak lagi. Secara rata-rata produktivitas sukun di wilayah Kabupaten Grobogan, Blora dan Pati adalah 143,31 kgpohontahun BPS, 2006. Tanaman
kemiri adalah tumbuhan yang dimanfaatkan bijinya sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Produksi biji kemiri pada awal produksi pada umur 6 tahun
sekitar 10 – 30 kgpohon sampai umur 10 tahun, setelah itu produksi bisa meningkat sampai 40 -80 kgpohontahun.
Melinjo, merupakan tanaman yang dimanfaatkan bijinya sebagai bahan pembuatan emping melinjo, selain itu bunga daun mudanya juga dimanfaatkan
untuk sayur. Tanaman melinjo setahun berbuah 2 kali, mulai berbuah setelah berumur 5 tahun dengan produksi 30 kgpohontahun. Semakin bertambah
umurnya semakin meningkat produksinya pada umur 15 tahun produksinya bisa mencapai 60 kgpohontahun. Secara rata-rata produktivitas melinjo di Kabupaten
Grobogan, Blora dan Pati adalah 48,3 kgpohontahun. Durian adalah salah satu jenis buah-buahan yang mepunyai nilai ekonomis
tinggi. Bibit yang ditanam dari okulasi pada umur 8 tahun sudah mulai berbunga dengan produksi 60 – 70 butirpohontahun rata-rata 2,7 kgbuah. Produktivitas
durian di Kabupaten Grobogan, Blora dan Pati rata-rata adalah 124,57 kgpohontahun. Petai rata-rata produktivitasnya adalah 44,26 kgpohontahun dan
harga jual petai Rp 30000 per kg. MPTS lainnya adalah kapuk randu, merupakan tanaman perkebunan yang penting terutama untuk wilayah kabupaten Pati.
Tanaman kapuk randu mulai produksi pada umur 5 tahun 40 kg per pohon per tahun sampai 140 kgpohon per tahun ketika sudah berumur 15 tahun. Penjualan
tanaman randu biasanya dengan tebasan dengan harga tebasan Rp 1500 sampai dengan Rp 1900kg.
Prediksi hasil tanaman MPTS dari GERHAN di Sub DAS Tirto dengan keberhasilan rata-rata 85 secara ringkas disampaikan dalam Tabel 18.
Tabel 18. Prediksi Hasil Tanaman MPTS GERHAN di Sub DAS Tirto
Th. tanam jenis
2009 2010
2011 2012
2013 2014
2015 2016
2017 2018
2019 2020
2021 2022
2023 1
Th. 2003 Mangga
44,6 66,9
89,2 111,6
178,5 178,5
178,5 178,5
178,5 178,5
89,3 133,9
178,5 223,1
357,0 357,0
357,0 357,0
357,0 357,0
Kemiri 9,5
18,9 18,9
28,4 28,4
37,8 47,2
56,7 66,2
75,6 23,9
56,7 56,7
85,0 85,0
113,4 141,8
170,1 198,4
22,7 Sukun
8,1 16,1
24,2 32,3
40,3 40,3
40,3 40,3
40,3 40,3
20,2 40,3
60,5 80,6
100,8 100,8
100,8 100,8
100,8 100,8
Melinjo 21,1
42,1 63,2
84,3 105,4
105,4 105,4
105,4 105,4
105,4 84,3
168,6 252,9
337,2 421,4
421,4 421,4
421,4 421,4
421,4 Randu
87,8 131,7
175,6 219,4
263,3 307,2
307,2 307,2
307,2 307,2
131,7 197,5
253,3 329,2
395,0 460,8
460,8 460,8
460,8 460,8
2 Th.2004
Mangga 221,4
332,1 442,8
553,5 885,6
885,6 885,6
885,6 885,6
885,6 442,8
664,2 885,6
1107,2 1.771,2
1.771,2 1.771,2
1.771,2 1.771,2
1771,2 Melinjo
2,41 4,8
7,2 9,6
12,0 12,0
12,0 12,0
12,0 12,0
9,6 19,3
28,9 38,6
48,2 48,2
48,2 48,2
48,2 48,2
Petai 3,3
6,7 10,0
13,3 16,7
16,7 16,7
16,7 16,7
20,0 400
60,1 80,1
100,1 100,1
100,1 100,1
100,1 Durian bh
11.306 11.306
15.075 15.075
18.844 22.613
22.613 22.613
56,5 56,5
75,4 75,4
94.22 113,1
113,1 113,1
3 Th.2005
Mangga 146,8
220,3 293,7
367,1 587,4
587.4 587,4
587,4 587,4
587,4 293,7
440,6 587,4
734,2 1.174,8
1174.8 1.174,8
1.174,8 1.174,8
1.174,8 4
Th. 2006 Mangga
20 30
40 50,0
80 80
80 80
80 80
40 60
80 100
160 160
160 160
160 160
5 Th.2007
Mangga 249,8
374.745 499,7
624.575 999,3
999,3 999,3
999,3 999,3
999,3 499,7
749.49 999,3
1249.15 1998,6
1.998,6 1.998,6
1.998,6 1.998,6
1.998,6 6
Th. 2008 Mangga
50.62 75,9
101.24 126,5
202,5 202,5
202,5 202,5
202,5 202,5
101.24 151,9
202.48 253,1
405,0 405,0
405,0 405,0
405,0 405,0
Jumlah 353,7
1.049,4 1.809
2.546,8 1.453,5
5.093,3 5.902,7
6.310,3 7.157,6
7.337,8 5.789,8
3.738,4 2.563,6
2.403,6 404,96
Nilai kini 353,7
912,5 1367,9
1.674,5 2.154,6
2.532,3 2.551,9
2.372,3 2.339,8
2.085,9 1.431,1
803,5 479,2
390,6 57,2
21.507,3 Total nilai
kini Rp No
Prediksi hasil pada tahun.... ton Rp x 10
6
Sumber : Hasil analisis data
Nilai kini hasil tanaman MPTS sebesar Rp 21.507.314.174 atau 6,49 dari total manfaat. Hasil tanaman MPTS bisa menjadi tambahan penghasilan bagi
petani jika tanaman dipelihara dengan baik, hasil ini bisa diharapkan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga petani yang bersifat jangka pendek. Hal ini bisa
menjawab salah satu permasalahan utama dalam pola investasi hutan rakyat yaitu masa menunggu yang lama hasil dari proses investasi yang dilakukan Darusman
dan Wijayanto, 2007. Perlu adanya suatu pola investasi yang cepat menghasilkan yang dirancang khusus untuk merespon kebutuhan akan sumber
pendapatan, bagi masyarakat setempat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan jangka pendek karena tanaman MPTS secara rutin dapat
memberikan hasilnya setiap tahun. V.1.1.3. Hasil Tanaman Semusim
Tanaman semusim ditanam secara swadaya, pada umumnya adalah padi gogo dan palawija sebagai tanaman tumpang sari dengan tanaman tahunan kayu
dan MPTS. Tanaman padi dan palawija ditanam untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga sedangkan sisanya untuk dijual. Tanaman pertanian diusahakan
secara tumpang sari dengan tanaman tahunan sampai tahun ke–4, setelah itu diusahakan untuk empon-empon karena kondisi lahan sudah ternaungi sehingga
tidak memungkinkan lagi jika ditanami padi dan palawija lagi. Pada lahan yang direhabilitasi pada musim tanam I ditanami padi gogo
dan sebagian besar jagung pada musim tanam II, hanya sebagian kecil tumpangsari antara jagung dengan kacang tanah pada musim tanam ke II.
Produksi rata-rata untuk tanaman padi gogo di lokasi kegiatan ± 3000 kgha per musim tanam, untuk jagung ±5000 kgha per musim tanam.
Perhitungan hasil tanaman semusimpertanian pada lokasi yang direhabilitasi di Sub DAS Tirto disampaikan dalam Tabel 19.
Tabel 19 Nilai Hasil Tanaman Semusim per Tahun
NO Lokasi Luas
Jumlah GERHAN
Jenis produksi nilai Rp
Jenis produksi
nilai Rp Rp
Tahun ton
ton 1
2003 113 Padi
339 1.017.000.000 Jagung
339 610.200.000
1.864.500.000 Kacang
68 237.300.000
2 2004
200 Padi 600
1.800.000.000 Jagung 1
1.800.000.000 6.075.000.000
150 Padi 450
1.350.000.000 Jagung 450
810.000.000 Kacang
90 315.000.000
3 2005
175 Padi 525
1.575.000.000 Jagung 875
1.575.000.000 3.562.500.000
25 Padi 75
225.000.000 Jagung 75
135.000.000 Kacang
15 52.500.000
4 2006
25 Padi 75
225.000.000 Jagung 125
225.000.000 450.000.000
5 2007
700 Padi 2.100
6.300.000.000 Jagung 3.500
6.300.000.000 12.600.000.000
6 2008
75 Padi 225
675.000.000 Jagung 375
675.000.000 1.350.000.000
MT I MT II
Sumber : Hasil analisis data
Hasil tanaman semusim pada masing-masing lokasi yang direhabilitasi secara terinc i disampaikan pada Lampiran 7.
V.1.1.4. Hasil Tanaman Empon-Empon Tanaman empon-empon yang diusahakan di lokasi yang direhabilitasi di
wilayah Sub DAS Tirto meliputi temu lawak, kencur dan laos. Tanaman empon- empon dibudidayakan pada lahan setelah tanaman kayu berumur lebih dari 4
tahun karena pada saat itu lahan sudah tertutup naungan sehingga tidak dapat menghasilkan lagi jika ditanami dengan tanaman padi ataupun palawija.
Perkiraan hasil produksi tanaman empon-empon pada lokasi yang direhabilitasi secara rinci disampaikaan pada Lampiran 8. Perhitungan nilai dari
hasil tanaman empon-empon secara ringkas disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20 Nilai Hasil Tanaman Empon-Empon per Tahun
NO Lokasi GERHAN
Luas Nilai Produksi
tahun tanam Ha
temu Lawak Laos
Kencur Rptahun
kg kg
kg 1
2003 63
220.500 315.000
973.000.000 50
250.000 2
2004 300
1.050.000 1.500.000
2.987.500.000 50
250.000 3
2005 175
612.500 875.000
1.706.250.000 25
125.000 4
2006 25
87.500 125.000
212.500.000 5
2007 675
2.362.500 3.375.000
5.956.250.000 25
125.000 6
2008 75
262.500 375.000
637.500.000 Prediksi Hasil Tanaman Empon-Empon
Sumber : Hasil analisis data
Hasil tanaman empon-empon ini akan memberikan pendapatan bagi petani secara rutin setiap tahunnya dengan biaya produksi yang rendah karena kegiatan
pemeliharaannya tidak intensif dan tenaga kerjanya dikerjakan oleh anggota keluarga sendiri.
V.1.1.5. Hijauan pakan ternak Hijauan pakan ternak yang dihasilkan dari lokasi yang direhabilitasi berupa
rumput pakan kolonjonorumput gajah yang sengaja ditanam untuk penguat teras, rumput liar maupun daun-daunan yang masih muda. Nilai ekonomi hijauan
pakan ternak didekati dengan kesediaan membayar dari pengguna barang tersebut. Kesediaan membayar tercermin dari besarnya biaya pengadaan untuk memperoleh
hijauan pakan ternak. Biaya pengadaan makanan ternak ini digunakan untuk menduga kurva permintaan.
Berdasarkan wawancara rata-rata pemilikan ternak tiap kepala keluarga adalah sapi 1,5 ekor dan kambing 3 ekor dengan jumlah kebutuhan hijauan untuk
pakan ternak sebanyak 53,69 kghari. Kebutuhan hijauan pakan ternak untuk 1 ekor kambing 5 kghari sedangkan untuk 1 ekor sapi 25kghari, jika disetarakan
berdasarkan jumlah pakannya maka 1 ekor sapi setara dengan 5 ekor kambing. Berdasarkan hasil analisis Lampiran 9 didapatkan model persamaan kurva
permintaan pakan ternak yaitu Y = 56,8 – 0,145 X
1
+ 20,9 X
3
– 0,589 X
4
dimana
Y adalah jumlah kebutuhan pakan tiap kepala keluarga per hari kg, X
1
adalah biaya pengadaan tiap kg pakan ternak Rp, X3 adalah jumlah ternak disetarakan
dengan jumlah sapi yang dimiliki petani dan X
4
adalah umur kepala keluarga. Model tersebut menghasilkan koefisien determinasi R
2
sebesar 45,3 yang artinya proporsi keragaman kebutuhan pakan tiap KK dapat dapat dijelaskan
dengan hubungan linearnya dengan biaya pengadaan, jumlah pemilikan ternak dan umur kepala keluarga sebesar 45,3. Biaya pengadaan pakan tiap kg X
1
mempunyai pengaruh nyata terhadap model dengan P0.01, jumlah ternak memberikan pengaruh nyata dengan P0.01, dan umur kepala keluarga
berpengaruh nyata dengan P0.15 Berdasarkan model tersebut ternyata kebutuhan pakan tiap KK Y
berkorelasi negatif dengan biaya pengadaan X
1
sebesar 0,145 yang artinya jika faktor lainnya tetap setiap kenaikan biaya pengadaan sebesar Rp 1 maka akan
mengakibatkan pengurangan pemberian pakan ternak tiap KK sebesar 0,145 kg per hari. Jumlah pakan yang dibutuhkan tiap KK Y berkorelasi positif terhadap
jumlah ternaknya X
3
sebesar 20,9 yang artinya jika faktor lainnya tetap setiap kenaikan jumlah ternak setara dengan 1 ekor sapi maka jumlah pakannya akan
meningkat 20,9 kg. Hal ini dapat dipahami karena semakin banyak ternak yang dimiliki maka kebutuhan pakannnya akan semakin besar. Kebutuhan pakan tiap
KK Y berkorelasi negatif terhadap umur kepala keluarga sebesar 0,859 yang artinya jika faktor yang lainnya tetap setiap kenaikan umur kepala keluarga 1
tahun maka akan mengakibatkan pengurangan pakan yang diberikan terhadap ternak sebesar 0,859 kg.
Pendugaan nilai ekonomi hijauan pakan ternak menggunakan model tersebut dilakukan pada variabel biaya pengadaan pakan, variabel yang lainnya dianggap
tetap dengan menggunakan nilai rata-rata. Sehingga terbentuk persamaan baru menjadi : Y= 71,59-6,90 X
1
. Selanjutnya persamaan tersebut diinversi untuk membentuk suatu fungsi harga menjadi X
1
= 493,70 – 6,90 Y. Besarnya kesediaan membayar diperoleh dari hasil integral fungsi harga
tersebut yang secara matematis dapat dituliskan dengan persamaan
∫
− =
y
y Y
U 89655
. 6
702 .
493 δ
dengan batas bawah pada saat Y=0 dan batas atas Y= rata-ratanya.
Dari hasil perhitungan nilai hijauan pakan ternak Lampiran 10 diperoleh kesediaan membayar hijauan pakan ternak Rp 16.567hariKK, nilai yang
dibayarkan Rp 6.627hariKK dan surplus konsumennya Rp 9.940hari KK. Dalam menghitung nilai ekonomi hijauan pakan ternak selama setahun dari lokasi
GERHAN mempertimbangkan adanya bulan-bulan kering, dalam setahun rata- rata terdapat 5 bulan kering dimana tidak ada rumput dari lahan miliknya. Untuk
itu nilai hasil hijauan pakan ternak hanya dihitung 7 bulan dalam setahun dimana hijauan pakan yang diambil merupakan hasil memungut dari lahan miliknya.
Hasil perhitungan nilai hijauan pakan ternak secara ringkas pada masing- masing lokasi kegiatan GERHAN di Sub DAS Tirto adalah sebagaimana Tabel 21
berikut ini, sedangkan secara lebih rinci disajikan dalam Lampiran 10. Tabel 21. Nilai Hijauan Pakan Ternak Pada Lokasi GERHAN di Sub DAS Tirto
No Lokasi tahun
Tanam Jumlah
pemilik ternak
KK Nilai Ekonomi Hijauan Pakan Ternak Dalam Setahun Rp
Kesediaan membayar Harga yang
dibayarkan Surplus
konsumen 1
2003 178
619.267.259 247.707.860
371.559.398 2
2004 540
1.878.675.953 751.473.286
1.127.202.668 3
2005 407
1.415.965.024 566.388.199
849.576.825 4
2006 53
184.388.566 73.755.711
110.632.854 5
2007 1045
3.635.585.872 1.454.239.969
2.181.345.903 6
2008 127
441.836.752 176.735.383
265.101.369
Sumber : Hasil analisis data Dari hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa kesediaan petani
membayar atau berkorban dalam memperoleh jumlah hijauan yang dibutuhkan untuk ternak yang dimilikinya masih lebih besar dari harga yang sebenarnya dia
bayarkan. Hal ini menunjukkan bahwa ternak mempunyai arti sangat penting karena merupakan sumber tabungan dimana dapat dijual dengan cepat untuk
kebutuhan-kebutuhan mendadak. V.1.1.6. Hasil Kayu Bakar
Nilai ekonomi kayu bakar dihitung dengan pendekatan harga pasar karena kayu bakar sering diperjual belikan selain untuk keperluan rumah tangga juga di
lokasi banyak terdapat industri pembuatan batu bata yang memerlukan kayu bakar
sebagai bahan bakar. Di lokasi penelitian kayu bakar merupakan bahan bakar utama untuk memasak. Kayu bakar diperoleh diperoleh dari hutan dan dari lahan
milik dengan memangkas dahan, ranting-rating atau mengambil pohon-pohon yang telah mati merencek dari hutan rakyat miliknya. Pohon mulai direncek
setelah umurnya tanaman lebih dari 5 tahun. Rata-rata konsumsi kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga tiap KK
adalah ± 1.5 ikat per hari kalau dikonversikan dalam ukuran staple meter sm, 1 sm kayu bakar setara dengan 8 ikatan sehingga 1 ikat setara dengan ± 0.13 sm.
Harga pasaran kayu bakar 1 pikulan 2 ikat adalah Rp 10.000 jadi 1 ikat seharga Rp 5.000.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai ekonomi kayu bakar di lokasi GERHAN di SubDAs Tirto sebagaimana tercantum dalam Tabel 22.
Tabel 22. Nilai Kayu Bakar pada Lokasi Kegiatan GERHAN di Sub DAS Tirto
No Lokasi
tahun Tanam
Luas ha
Jumlah pengguna
kayu bakar
KK Produksi kayu bakar per
tahun Nilai Kayu
Bakar Rpth
Ikat sm
1 2003
113 221
60.167 7.557
300.836.250 2
2004 350
672 182.952
22.979 914.760.000
3 2005
200 507
138.031 17.337
690.153.750 4
2006 25
66 17.969
2.257 89.842.500
5 2007
700 1303
354.742 44.556 1.773.708.750
6 2008
75 159
43.388 5.437
216.438.750 Sumber : Hasil Analisis Data
Hasil perhitungan nilai kayu bakar dari masing-masing lokasi yang direhabilitasi selengkapnya disajikan dalam Lampiran 11.
V.1.2. Nilai Guna Tidak Langsung
V.1.2.1. Nilai Pengendalian Erosi Kondisi penutupan lahan pada saat sebelum dilakukan rehabilitasi pada
umunya adalah lahan kosong, atau ada sedikit tanaman dengan jumlah kurang dari 100 batang per ha. Perubahan penutupan lahan setelah dilakukan rehabilitasi
mempengaruhi laju erosi menjadi lebih rendah dari pada sebelumnya. Menurut
hasil penilaian dampak lingkungan kegiatan rehabilitasi, dampak proyek hutan
rakyat terhadap erosi tanah sudah nampak sejak 5 tahun pertama dan setelah 5 tahun pertama Nawir et al., 2008. Dalam penelitian ini dampak pengurangan
erosi dihitung setelah tahun ke -5 dari kegiatan rehabilitasi. Pengurangan erosi dihitung dengan menggunakan rumus USLE
Wischmeir dan Smith 1978 dalam Asdak, 2004 dengan merubah nilai faktor C dan P nya. Penilaian dampak on-site akibat rehabilitasi dilakukan dengan
menghitung kandungan hara yang tidak jadi tererosi pada lahan yang dikonversikan dengan jumlah pupuk Urea, SP36, KCL. Di Sub DAS Tirto
terdapat 3 jenis utama tanah Litosol, Mediteran, dan Grumusol, berdasarkan analisis kimia tanah kandungan hara makro N, P, dan K masing-masing jenis
tanah tersebut dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Kandungan Unsur Hara Makro pada Masing-Masing Jenis Tanah di Sub
DAS Tirto
No Jenis Tanah
Utama Kandungan Unsur Hara
Pupuk Pengganti per ton tanah tererosi kg
N P
ppm K
ppm Urea
N:46 SP36
P:36 KCL
K:60 1
Litosol 0.051
10.411 12.70
1.109 0.029
0.021 2
Mediteran 0.073
11.085 9.68
1.587 0.031
0.016 3
Grumusol 0.025
16.315 12.60
0.543 0.045
0.021 Sumber : Laboratorium Tanah Fakultas Geografi UGM, 2009 dan Analisis data
Harga pupuk non subsidi untuk Urea Rp 3.500 per kg; SP36 Rp 2.400 per kg; dan KCL Rp 6.500 per kg. Prediksi pengurangan erosi sebelum dan sesudah
dilakukannnya kegiatan rehabilitasi, jumlah pupuk pengganti atas pengurangan erosi serta nilai dari pengurangan erosi adalah sebagaimana Tabel 24.
Tabel 24. Nilai Pengurangan Erosi On-plot per Tahun
No Lokasi tahun
tanam Luas
ha Laju Erosi tonth
Jumlah Pupuk Pengganti kg
Nilai pengurangan
erosi per tahun
Sebelum Sesudah Pengu-
rangan Urea
SP36 KCL 1
2003 113 4631,7
1157,9 3473,8 3851 91 74 14.176.170
2 2004 350
7804,8 1951,2
5853,6 6318 162 122 17.316.583
3 2005 200
5425,9 1356,5
4069,4 4512 108 86 10.953.036 4
2006 25
2003,0 500,8
1502,3 1666 43 32
5.833.472 5
2007 700 21122,4
5280,6 15841,8 16880, 482 333 63.069.466 6
2008 75
6312,9 1578,2
4734,7 5249 137 100 13.212.137
Sumber : Hasil analisis data
Erosi menghasilkan sedimen yang mengendap di badan–badan airsungai yang dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas tampung sungai yang pada
gilirannya dapat menyebabkan air limpasan banjir. Penilaian dampak off plot pengurangan erosi didekati dengan pengurangan biaya
untuk normalisasipengerukan sungai agar sungai dapat berfungsi normal kembali
menampung aliran. Besarnya pengurangan sedimentasi diperoleh dari jumlah pengurangan erosi hasil rehabilitasi dikalikan dengan besarnya nisbah pelepasan
sedimen Sediment Delivery RatioSDR yang besarnya ditentukan berdasarkan luas DAS Roehl,1962 dalam Asdak, 2004. Dengan luas Sub DAS ±15.937,44
Ha diperoleh angka SDR 0,12. Pekerjaan pengerukan sedimentasi berdasarkan hasil perhitungan menurut
PT. Sota Mitra Utama tahun 2009 diketahui besarnya biaya alat jenis excavator Rp 38.280,94 jam, kapasitas kerja alat 30 m
3
jam sehingga biaya pengerukan sedimen dengan menggunakan alat berat adalah Rp 1.276m
3
. Hasil perhitungan nilai pengurangan erosi dan sedimentasi disampaikan pada Tabel 25.
Tabel 25. Nilai Pengurangan Sedimentasi dari Masing-Masing Lokasi Tanaman
No Lokasi Tahun
Tanam Luas
Ha Pengurangan
Sedimentasi m
3
tahun Nilai pengurangan
sedimentasi Rptahun
1 2003
113 342
436.344 2
2004 350
576 735.269
3 2005
200 401
511.155 4
2006 25
48 188.701
5 2007
700 1559
1989.879 6
2008 75
466 406.018
Sumber : Hasil analisis data
Nilai kini jasa pengendalian erosi dengan pendekatan biaya pengganti diperoleh nilai sebesar Rp 603.591.798 atau Rp 27.505hath, rendahnya nilai ini
dapat dipahami mengingat kondisi kesuburan tanah di Sub DAS Tirto pada umumnya kurang subur yang ditunjukkan dari hasil analisis kadar unsur hara
dalam tanah Tabel 23. Pendugaan nilai pengurangan erosi dan sedimentasi dari hasil rehabilitasi
dengan periode analisis setelah tahun ke-5 sampai tanaman kayu dipanen umur 15 th secara ringkas disampaikan dalam Tabel 26.
Tabel 26. Prediksi Nilai Pengurangan Erosi dan Sedimentasi di Sub DAS Tirto
1 2009
113 14.176.170
436.344 14.612.514
2 2010
463 31.492.753
1.171.612 32.664.365
3 2011
663 42.445.789
1.682.767 44.128.556
6 2014
688 48.279.261
1.871.468 50.150.729
7 2015
1388 111.348.727
3.861.347 115.210.074
8 2016
1463 124.560.864
4.267.365 128.828.229
9 2017
1463 124.560.864
4.267.365 128.828.229
10 2018
1350 110.384.694
3.831.022 114.215.715
11 2019
1000 93.068.110
3.095.753 96.163.864
12 2020
800 82.115.075
2.584.598 84.699.673
13 2021
775 76.281.602
2.395.897 78.677.499
14 2022
75 13.212.137
406.018 13.618.155
15 2023
- -
- -
Nilai Pengurangan
sedimentasi Rp
Total Rp
No Tahun
Luas rehabilitasi yang berdampak
Ha Nilai
Pengurangan Erosi on-site
Rp
Sumber data : Hasil analisis data
Hasil pengurangan erosi dan sedimentasi dari masing-masing lokasi yang direhabilitasi secara rinci disampaikan pada Lampiran 12.
V.1.2.2. Nilai Hasil Air Keberadaan vegetatasi tanaman dapat memberbaiki watak fisik tanah
sehingga dapat meningkatkan laju infiltrasi dengan demikian cadangan air tanah juga meningkat. Cadangan air tanah ini nantinya akan keluar melalui mata air dan
mengalir ke sungai serta dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun pertanian. Dampak kegiatan rehabilitasi terhadap peningkatan
cadangan air tanah sangat sulit untuk diukur. Untuk itu dampak kegiatan rehabilitasi GERHAN terhadap hasil air dapat dilihat dari dampak berkurangnya
aliran permukaan oleh keberadaan vegetasi dengan asumsi bahwa dengan berkurangnya aliran permukaan maka akan lebih banyak air hujan yang terserap
ke dalam tanah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan rehabilitasi secara tidak langsung akan berdampak pada hasil air. Menurut penelitian dampak
lingkungan dari proyek hutan rakyat dampak terhadap kualitas dan kuantitas air dirasakan setelah 5 tahun pertama Nawir et al. 2008.
Berkaitan dengan aliran permukaan, parameter yang biasa digunakan adalah koefisien aliran permukaan C. Koefisien aliran permukaan atau sering disingkat
C adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya aliran
permukaan terhadap besarnya curah hujan Lee, 1998. Angka C berkisar antara 0 sampai dengan 1. Angka C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terdistribusi
menjadi air intersepsi dan terutama infiltrasi. Sedang angka C = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir sebagai aliran permukaan. Sebagai gambaran
mengenai koefisien aliran permukaan untuk berbagai tataguna lahan dapat dilihat dalam Tabel 27.
Tabel 27. Nilai Koefisien Aliran Permukaan Pada Berbagai Tata Guna Lahan
No Tataguna Lahan
C 1
Tanah pertanian kosong 0,3 – 0,6
2 Ladang garapan dengan vegetasi
0,1 – 0,25 3
Ladang garapan tanpa vegetasi 0,2 – 0,25
4 Padang rumput
0,15 – 0,25 5
Hutanbervegetasi 0,05 – 0,15
sumber : US Forest service, 1980 dalam PT Centra Multicon Jaya 2007
Dengan mengacu pada Tabel 27, kegiatan rehabilitasi dengan penanaman vegetasi dapat memperbaiki koefisien aliran dari lahan kritis semula mempunyai
nilai C = 0,25 menjadi berhutanbervegetasi dengan nilai C = 0,05-0,15, artinya semula 25 air hujan menjadi aliran permukaan berubah menjadi hanya 5-15
dari air hujan akan menjadi aliran permukaan. Atau dengan kata lain, perubahan tataguna lahan dari rumput alang-alang menjadi tataguna lahan berhutan terjadi
penurunan jumlah aliran permukaan sebanyak 3-5 kalinya. Untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat memanfaatkan mata air dan
sumur dengan kedalaman air tanah sampai 15 m atau lebih. Di lokasi penelitian terdapat cukup banyak mata air yang dimanfaatkan secara berkelompok untuk
kepentingan bersama dengan menyalurkan melalui selangpipa paralon ke rumah masing-masing warga. Data keberadaan mata air di Sub DAS Tirto disampaikan
dalam Tabel 28.
Tabel 28. Keberadaan Mata Air di Sub DAS Tirto
No Kab. Kec. Desa
Nama Mata air Kondisi Aliran
Penggunaan 1
2 4
5 5
I Grobogan
1 Kec. Wirosari
Ds. Tegalrejo Sd. Wedok
Sepanjang tahun RT usaha tani
Sd. Tlonok Sepanjang tahun
RT usaha tani 2
Kec. Tawangharjo Ds. Kemadohbatur Gedong
Sepanjang tahun RT usaha tani
Madoh Sepanjang tahun
RT usaha tani Carikan
Sepanjang tahun RT usaha tani
Widuri Sepanjang tahun
RT usaha tani Tapan Blabag
Sepanjang tahun RT usaha tani
Sribening Sepanjang tahun
RT usaha tani 3
Kec. Ngaringan Ds. Sumberagung
Kembangkuning Sepanjang tahun
RT usaha tani Pondok
Sepanjang tahun RT usaha tani
Sumberagung Sepanjang tahun
RT usaha tani Grantil
Sepanjang tahun RT usaha tani
Kluter Sepanjang tahun
RT usaha tani Jaringan
Sepanjang tahun RT usaha tani
Mojolumut Sepanjang tahun
RT usaha tani Jlono
Sepanjang tahun RT usaha tani
Ds. Pendem Geneng
Sepanjang tahun RT usaha tani
Ds. Tanjungharjo Sumberagung
Sepanjang tahun RT usaha tani
Taman Sepanjang tahun
RT usaha tani Ds. Bandungsari
Sono Sepanjang tahun
RT usaha tani II
Kab. Pati 4
Kec. Tambakromo Ds. Maitan
Sendang Budek Sepanjang tahun
RT usaha tani Klumpit
Sepanjang tahun RT usaha tani
Ds. Pakis Sendangpakis
Sepanjang tahun RT usaha tani
Guntur Sepanjang tahun
RT usaha tani Coran
Sepanjang tahun RT usaha tani
Kaman Sepanjang tahun
RT usaha tani Sendang Doyo
Sepanjang tahun RT usaha tani
Sumber : Inventarisasi Mata Air Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati BPDAS Pemali Jratun, 2007
Sebagian besar responden menggunakan mata air 76 sebagai sumber air. Sebagian masyarakat khususnya yang jauh dari mata air secara berkelompok
mengadakan sarana untuk menyalurkan air dari mata air ke rumah-rumah warga dan tiap bulannnya mengumpulkan iuran untuk koperasi lingkungan, selain itu
juga ada warga yang mengambil air secara langsung dari mata air. Bagi masyarakat yang di daerahnya tidak terdapat mata air mereka harus membuat
sumur untuk memperoleh air bersih. Karena biayanya mahal tidak semua warga
bisa membuat sumur, pembuatan sumur dilakukan dengan gotong royong
beberapa kepala keluarga. Penilaian hasil air untuk keperluan rumah tangga dilakukan dengan
pendekatan biaya pengadaan yang menunjukkan kesediaan membayar untuk memperoleh manfaat air. Biaya pengadaan digunakan untuk menduga kurva
permintaan masyarakat terhadap hasil air rumah tangga. Dari hasil perhitungan lampiran 13 diperoleh model permintaan air Y =
65,6- 0.00138 X
1
- 5X
3
, dimana Y= komsumsi air per kapita per tahun, X1 = biaya pengadaan air Rpm
3
, dan X3 = jumlah angggota keluarga dengan koefisien determinasi R
2
58,1. Dari model tersebut dapat dijelaskan bahwa biaya pengadaan air berkorelasi
negatif dengan konsumsi air per kapita sebesar 0,00138 yang artinya jika faktor yang lain tetap setiap kenaikan biaya pengadaan Rp 1 akan menyebabkan
penurunan konsumsi air per kapita sebesar 0,00138 m
3
th. Jumlah anggota keluarga juga berkorelasi negatif terhadap konsumsi air per kapita sebesar 5 yang
artinya setiap kenaikan jumlah anggota keluarga 1 orang maka konsumsi per kapitanya akan menurun 5 m
3
tahun. Pendugaan nilai ekonomi hasil air untuk keperluan rumah tangga menggunakan model tersebut dilakukan pada variabel
biaya pengadaan air, variabel yang lainnya dianggap tetap dengan menggunakan nilai rata-rata. Sehingga terbentuk persamaan baru menjadi Y = 42.5 – 0.00183X
1
. Selanjutnya persamaan tersebut diinversi untuk membentuk suatu fungsi harga
menjadi X
1
= 23224,04-546,558Y. Besarnya kesediaan membayar diperoleh dari hasil integral fungsi harga tersebut yang secara matematis dapat dituliskan dengan
persamaan
∫
− =
y
y Y
U 558
. 546
04 .
23224 δ
dengan batas bawah pada saat Y=0 dan batas atas Y= rata-ratanya.
Dari hasil perhitungan sebagaimana Lampiran 13 diperoleh kesediaan membayar terhadap manfaat air untuk kebutuhan rumah tangga adalah sebesar
Rp 490.559kapitatahun. Nilai yang dibayarkan Rp 70.041kapitatahun dan surplus konsumen Rp 420.145kapitatahun. Dengan rata-rata konsumsi air per
kapita 39,214 m
3
tahun maka rata-rata kesediaan membayar sebesar Rp 12.509m
3
, harga yang dibayarkan Rp 1786m
3
dan surplus konsumen
Rp 10.714m
3
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kesediaan membayar masyarakat untuk memperoleh manfaat air ternyata jauh lebih besar daripada nilai
yang dibayarkan. Ini menunjukkan bahwa air mempunyai nilai yang sangat penting apalagi daerah penelitian merupakan daerah yang rawan kekeringan.
Dengan jumlah penduduk ± 87.969 jiwa yang mendiami wilayah Sub DAS Tirto, maka nilai untuk keperluan rumah tangga secara keseluruhan adalah
sebesar Rp 6.194.214.650tahun. Nilai air untuk kebutuhan rumah tangga dari lokasi kegiatan GERHAN sesuai dengan proporsi terhadap penutupan total hutan
seluas ± 10,301.14 Ha hutan negara, hutan rakyat swadaya maupun hutan hasil rehabilitasi yaitu Rp 879.721.970tahun. Kegiatan rehabilitasi dapat menurunkan
aliran permukaan 3 – 5 kali dari sebelumnya dengan asumsi penurunan aliran permukaan menyebabkan jumlah air hujan yang masuk lebih banyak, maka nilai
air untuk keperluan rumah tangga yang merupakan dampak dari kegiatan rehabilitasi di Sub DAS Tirto seluas 1463 ha adalah antara Rp. 103.495.702tahun
sampai Rp 185.204.625tahun. Nilai hasil air untuk kebutuhan irigasi pertanian diduga dengan
menggunakan metode kontingensi untuk mengetahui besarnya kesediaan membayar dari petani sawah untuk melindungi dan mempertahankan tanaman
hasil rehabilitasi guna memperoleh manfaat kontinuitas hasil air untuk irigasi sawahnya. Hasil perhitungan rata-rata kesediaan membayar dar i responden adalah
Rp 311.290petanitahun. Luas sawah irigasi di Sub DAS Tirto adalah ± 1.949 ha
dengan jumlah petani sawah di Sub DAS Tirto ± 11.555 orang maka nilai ekonomi hasil air untuk kebutuhan irigasi secara total dalam satu Sub DAS adalah
Rp 3.596.959.677tahun. Dari nilai tersebut yang merupakan dampak dari
kegiatan rehabilitasi GERHAN seluas 1463 ha adalah Rp 59.244.041 sampai Rp 106.015.653tahun.
Pendugaan nilai air untuk keperluan rumah tangga dan irigasi dari hasil GERHAN di Sub DAS Tirto adalah sebagaimana Tabel 29.
Tabel 29. Nilai Air untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pengairan Sawah dari Hasil Rehabilitasi GERHAN di Sub DAS Tirto
Nilai air untuk keperluan pengairan
sawah Total
Rp Rp
1 2009
113 7.993.935
4.642.051
12.635.987
2 2010
463 32.753.912
25.010.935
57.764.847
3 2011
663 46.902.470
231.506.910
278.409.380
4 2012
688 48.671.040
34.253.958
82.924.997
5 2013
1388 101.521.799
64.944.217
166.466.016
6 2014
1463 117.144.166
89.530.674
206.674.839
7 2015
1463 123.039.398
92.954.016
215.993.414
8 2016
1463 120.861.265
94.370.955
215.232.220
9 2017
1463 147.008.172
90.949.002
237.957.174
10 2018
1350 119.200.050
35.627.942
154.827.993
11 2019
1000 85.519.656
18.398.624
103.918.280
12 2020
800 99.295.884
66.250.492
165.546.375
13 2021
775 98.109.080
12.089.622
110.198.702
14 2022
75 9.494.427
6.576.240
16.070.667
No Tahun
Luas lahan rehabilitasi
yang berdampak
Ha Nilai air untuk
keperluan rumah tangga Rp
Sumber : Hasil analisis data
V.1.2.3. Nilai Jasa Penyerapan Karbon Nilai jasa penyerapan karbon diduga dengan pendekatan harga pasar karena
di dunia internasional sudah ada pasarnya. Jasa penyerapan karbon oleh tanaman selama pertumbuhan sampai tanaman tersebut dipanen dihitung berdasarkan
biomassa kering yang diduga persamaan allometrik persamaan 23 dan 24. Kemudian dari berat biomassa kering dikonversikan dalam bentuk karbon.
Berdasarkan perhitungan, dari hasil rehabilitasi di Sub DAS Tirto rata-rata penyerapan karbon sampai umur dipanen 15 tahun adalah 10.46 tonha. Harga
karbon yang digunakan berdasarkan asumsi Kementer ian Lingkungan Hidup KLH batas minimal harga karbon US 4 per ton.
Secara ringkas hasil perhitungan nilai jasa penyerapan karbon sampai satu daur penebangan dari kegiatan Rehabilitasi GERHAN dari masing-masing
lokasi tanaman di Sub DAS Tirto disampaik an dalam Tabel 30.
Tabel 30. Jumlah dan Nilai Penyerapan Karbon Tanaman Rehabilitasi GERHAN di Sub DAS Tirto
Luas Jumlah
Nilai karbon Lahan
karbon tersimpan Rp
ha ton
1 2006
113 41
1.646.974
2 2007
463 198
7.912.181
3 2008
663 417
16.626.397
4 2009
688 708
28.231.828
5 2010
1.388 1.268
50.597.089
6 2011
1.463 1.884
75.170.731
7 2012
1.463 2.676
106.739.737
8 2013
1.463 3.613
144.119.648
9 2014
1.463 4.709
187.843.354
10 2015
1.463 5.973
238.274.375
11 2016
1.463 7.41
295.600.481
12 2017
1.463 9.024
359.997.522
13 2018
1.463 10.82
431.631.428
14 2019
1.350 11.123
443.724.236
15 2020
1.000 8.074
322.072.115
16 2021
800 6.447
257.190.182
17 2022
775 7.116
283.877.579
18 2023
75 867
34.607.120
No Tahun
Keterangan : kurs 1 US = Rp 9973
Sumber : Hasil analisis data
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa hutan di lahan milik rakyat juga dapat memberikan nilai tambah dari jasa penyerapan karbon selain dari hasil
tanaman kayu dan MPTS. Dalam perdagangan karbon, hutan rakyat berpeluang melalui pasar karbon sukarela, mengingat mekanisme REDD dan CDM
nampaknya belum siap diimplementasikan di Indonesia.
V.1.3. Nilai Bukan Guna
V.1.3.1. Nilai Pilihan Nilai pilihan merupakan nilai manfaat potensial dimasa yang akan datang.
Hutan yang terbentuk dari hasil rehabilitasi pada gilirannya nanti dapat menciptakan kondisi yang mendukung keberadaan flora maupun fauna yang
mempunyai potensi untuk dimanfaatkan pada masa yang akan datang walaupun saat ini belum diketahui manfaat apa.
Di lokasi penelitian terdapat berbagai macam satwa yang dilindungi antara lain adalah biawak abu-abu Varanus nebolosus, burung udang biru Alcedo
caerulescens , burung kuda Garulax rufrifrons, alap-alap capung Microhierax
fringillarius , burung madu kuning Nectarinia jugularis, burung kipasan gunung
Rhipidura euryura, dan burung kipasan Rhipidura javanica Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan, 2008. Dampak dari kegiatan
GERHAN saat ini sekitar lahan yang direhabilitasi sudah mulai sering terdengar suara kicauan burung seperti burung Cendet atau Pentet. Keberadaan burung-
burung yang berperan sebagai penyebar biji tumbuhan akan memungkinkan keberadaan keanekaragaman flora di daerah tersebut.
Nilai pilihan diduga dengan pendekatan kontingensi, yaitu nilai yang diberikan oleh individu atau masyarakat untuk mau melindungi dan
mempertahankan sumberdaya hasil rehabilitasi agar diperoleh manfaat potensial dari flora dan fauna untuk kepentingan masa depan. Kesediaan rata-rata
membayar untuk manfaat flora pada masa yang akan datang sebesar Rp 102.917KKtahun dan Rp 101.208KKtahun untuk nila i pilihan fauna,
dengan jumlah KK keseluruhan dalam Sub DAS ± 24.197 KK maka nilai pilihan flora total adalah Rp 2.490.274.583tahun dan nilai pilihan fauna
Rp 2.448.938.042tahun. Sedangkan nilai pilihan flora dan fauna dari hasil rehabilitasi GERHAN disesuaikan dengan proporsinya terhadap luas penutupan
hutan secara total dalam Sub DAS. Hasil perhitungan nilai pilihan flora dan nilai pilihan fauna setelah tahun ke-5 sampai tahun akhir penebangan pada lahan yang
direhabilitasi di Sub DAS Tirto disampaikan pada Tabel 31.
Tabel 31. Nilai Pilihan Hasil Rehabilitasi GERHAN di Sub DAS Tirto
No Tahun
Luas Ha Nilai pilihan
flora Rp Nilai pilihan
fauna Rp Jumlah
Rp 1
2 3
4 5
6 1
2009 113
27.317.474 26.864.026
54.181.500 2
2010 463
111.929.120 110.071.187
222.000.306 3
2011 663
166.322.320 163.561.504
329.883.825 4
2012 688
172.366.009 169.504.873
341.870.882 5
2013 1388
341.589.300 335.919.194
677.508.495 6
2014 1463
359.720.367 353.749.300
713.469.667 7
2015 1463
359.720.367 353.749.300
713.469.667 8
2016 1463
359.720.367 353.749.300
713.469.667 9
2017 1463
359.720.367 353.749.300
713.469.667 10
2018 1350
332.402.893 326.885.274
659.288.167 11
2019 1000
247.791.248 243.678.113
491.469.361 12
2020 800
193.398.047 190.187.796
383.585.843 13
2021 775
187.354.358 184.244.427
371.598.785 14
2022 75
18.131.067 17.830.106
35.961.173 15
2023 -
- -
- Sumber : Hasil Analisis Data
V.1.3.2. Nilai Keberadaan Nilai keberadaan adalah nilai yang diberikan baik oleh individu ataupun
masyarakat atas manfaat spiritual, estetika dan kultural dari sumberdaya hutan dan lahan hasil rehabilitasi. Nilai keberadaan sumberdaya hutan hasil rehabilitasi
tersebut didekati dari besarnya kesediaan masyarakat membayar agar keberadaan sumberdaya hasil rehabilitasi dapat dipertahankan sehingga manfaat keindahan,
kesejukan dan kenyamanan dapat selalu dinikmati dengan menggunakan metode kontingensi. Dengan keberadaan tanaman GERHAN saat ini masyarakat
merasakan suhu udara di sekitarnya menjadi tidak terlalu panas pada siang hari dan ini memberikan rasa lebih nyaman.
Hasil wawancara terhadap responden diperoleh rata-rata kesediaan membayar untuk nilai keberadaan adalah Rp 98.458KKtahun. Dengan jumlah
KK yang tinggal dalam Sub Das Tirto 24.197 KK, maka nilai keberadaan hutan secara keseluruhan dalam Sub DAS Tirto adalah Rp 2.382.396.292tahun.
Sedangkan nilai keberadaan dari hasil rehabilitasi GERHAN di Sub DAS Tirto
sesuai dengan proporsinya terhadap luas penutupan hutan secara keseluruhan
setelah tahun ke-5 sampai akhir daur penebangan adalah sebagaimana Tabel 32. Tabel 32. Nilai Keberadaan Hasil Rehabilitasi GERHAN di Sub DAS Tirto
No Tahun
Luas Ha Nilai Keberadaan Rp
1 2
3 4
1 2009
113 26.134.086
2 2010
463 107.080.368
3 2011
663 159.117.264
4 2012
688 164.899.142
5 2013
1388 326.791.707
6 2014
1463 344.137.399
7 2015
1463 344.137.399
8 2016
1463 344.137.399
9 2017
1463 344.137.399
10 2018
1350 318.003.254
11 2019
1000 237.056.971
12 2020
800 185.020.075
13 2021
775 179.238.197
14 2022
75 17.345.632
15 2023
- -
Sumber : Hasil Analisis Data
V.2. Analisis Kelayakan