Pusat pengembangan SDM tersebut tidak perlu didirikan tersendiri, apalagi dari awal. KSP dan USP Koperasi besar dan sukses seperti Koperasi Setia Bhakti
Wanita Surabaya memiliki pengalaman banyak dan baik dalam pengembangan SDM Simpan Pinjam. Demikian pula Bank Bukopin dapat didukung untuk
berkembang sebagai pusat pengembangan SDM Simpan Pinjam. Dukungan tersebut idealnya tetap mengacu pada mekanisme pasar dan tidak mengganggu
prinsip-prinsip kompetisi dan kompetensi. Dukungan yang diberikan dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan
tutor atau pengajar dan meningkatkan pasar yang dilatih. Peningkatan pasar yang dilatih dapat berupa promosi dan biaya pelatihan bagi SDM KSP dan USP Koperasi,
terutama KSP dan USP Koperasi yang masih lemah posisinya Prijadi dkk, 2005.
9. Program Pengembangan KSP Sektoral
Program KSP Sektoral telah dirintis dan dilaksanakan dari tahun 2003-2004, dimaksudkan untuk memberikan dukungan perkuatan kepada KUKM di sektor
agribisnis. Hal ini dilakukan dengan cara meningkatkan akses pada sumber pembiayaan dalam upaya meningkatkan kemampuan dan jangkauan pelayanannya,
sehingga KSP tersebut mampu memberikan pelayanan keuangan kepada UKM di sektor agribisnis.
Program ini pada tahun 2005 ditingkatkan pelayanannya tidak hanya pada sektor agribisnis, namun diperluas ke berbagai sektor usaha produktif lainnya, seperti
pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perkebunan, pertambangan dan galian, industri pengolahan dan kerajinan, perdagangan dan aneka jasa lainnya.
Program tersebut diawali dengan memberikan perkuatan kepada 10 KSP dengan penyediaan anggaran Rp 1 milyar untuk setiap KSP. Pemanfaatan dana
tersebut yaitu setiap anggota KSP dapat memperoleh pinjaman maksimal Rp 20 juta. Dukungan perkuatan kepada KSP ini dilakukan secara selektif. Program ini pada
tahun 2004 dilanjutkan dengan menyalurkan dana Rp 150 milyar untuk 150 KSP di berbagai propinsi di Indonesia. Pada tahun 2007 program ini dilanjutkan kembali
dengan realisasi Rp 10 milyar untuk 20 KSP Rp 500 juta dan Rp 15 milyar untuk 50 KSP Rp 300 juta Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2007
b
. Rincian lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Program Pengembangan KSP Sektoral dari tahun 2003-2004 dan 2007
Tahun 2003 Tahun 2004
Tahun 2007 Jumlah
Program Kop
Rp M Kop
Rp M Kop
Rp M Kop
Rp M Pengembangan
KSP Sektoral 10
10 150
150 70
25 230
185 Total
230 185
Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2008
b
10. Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha MikroP3KUM dan Program Perempuan Keluarga Sehat Sejahtera Program Perkassa
P3KUM adalah rangkaian kegiatan pemerintah yang dilakukan dalam bentuk perkuatan permodalan KSP dan USP koperasi untuk mengembangan usaha
mikro anggota koperasi dengan menggunakan dana bergulir konvensional guna mengurangi kemiskinan dan memperluas kesempatan kerja.
Pola konvensional adalah model pengembangan permodalan koperasi yang pengelolaan dan pelayanannya mempergunakan perhitungan berdasarkan tingkat
suku bunga. Sedangkan pola syariah yaitu model pengembangan permodalan koperasi yang pengelolaan dan pelayanannya menggunakan perhitungan
berdasarkan pola bagi hasil. Pengelolaan pola konvensional dilaksanakan oleh KSP dan USP Koperasi, sedangkan pola syariah dilakukan oleh Koperasi Jasa Keuangan
Syariah KJKS dan Unit Jasa Keuangan Syariah UJKS. Tujuan kedua program tersebut adalah : a memberdayakan usaha mikro
melalui perkuatan permodalan KSP, USP Koperasi, KJKS dan UJKS; b meningkatkan kemampuan SDM dalam bidang manajemen usaha dan pengelolaan
keuangan; c memperkuat peran dan posisi KSP, USP Koperasi, KJKS dan UJKS dalam mendukung upaya perluasan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan.
Sedangkan sasaran P3KUM dan Program Perkassa, antara lain yaitu terwujudnya peningkatan modal kerja bagi usaha mikro yang bergerak di bidang pertanian,
perikanannelayan, peternakan, industri kerajinanindustri rumah tangga, pedagang kaki lima, warung-warung kecil yang disalurkan oleh KSP dan USP koperasi dalam
bentuk pinjaman Permenegkop dan UKM Nomor 08 Tahun 2007. Kementerian Negara Koperasi dan UKM secara kumulatif sampai tahun 2005
telah menyalurkan P3KUM dengan pola syariah kepada 426 KJKS dan UJKS sebanyak Rp 96,8 milyar, dengan rincian berikut : a Tahun 2003 disalurkan kepada
25 KJKS dan UJKS Rp 50 juta sebanyak Rp 1,25 milyar; b Tahun 2004 didistribusikan kepada 99 KJKS dan UJKS Rp 50 juta sebanyak Rp 4,95 milyar;
c Tahun 2005 disalurkan kepada 302 KJKS dan UJKS Rp 300 juta sebanyak Rp 90,6 milyar.
Kemudian tahun 2006 telah disalurkan P3KUM pola konvensional dan pola syariah kepada 1.576 KSP dan USP koperasi maupun KJKS dan UJKS sebesar
Rp 137,95 milyar, dengan rincian berikut : a P3KUM pola konvensional kepada 626 KSP dan USP koperasi Rp 100 juta sebesar Rp 62,60 milyar; b P3KUM pola
konvensional kepada 197 KSP dan USP koperasi Rp 50 juta sebesar Rp 9,85 milyar; c P3KUM pola syariah kepada 557 KJKS dan UJKS Rp 100 juta sebesar
Rp 55,7 milyar; d P3KUM pola syariah kepada 196 KJKS dan UJKS Rp 50 juta sebesar Rp 9,8 milyar.
Program Perkassa tahun 2006 telah didistribusikan kepada 197 koperasi Rp 100 juta senilai Rp.19,7 milyar, dengan rincian : a Program Perkassa pola
konvensional kepada 99 KSP dan USP koperasi Rp 100 juta sebesar Rp 9,9 milyar; b Program Perkassa pola syariah kepada 98 KJKS dan UJKS Rp 100
juta sebesar Rp 9,8 milyar. Tahun 2007 untuk P3KUM ditingkatkan menjadi 2.000 koperasi, alokasi
anggaran Rp 200 milyar dengan rincian Rp 100 milyar untuk 1.000 KSP dan USP koperasi Rp 100 juta dengan pola konvensional, serta Rp 100 milyar lagi untuk
1.000 KJKS dan UJKS Rp 100 juta dengan pola syariah. Khusus untuk tahun 2007 yang direncanakan menerima P3KUM sebanyak 2.000 koperasi dengan alokasi
Rp 200 milyar dapat dirasakan manfaatnya oleh 42.725 orang anggota koperasi. Dengan asumsi setiap satu orang anggota koperasi mampu merekrut dua orang
tenaga kerja, maka melalui P3KUM diharapkan dapat menyerap 85.450 orang tenaga kerja.
Program Perkassa dengan alokasi Rp 25 milyar telah disalurkan untuk 250 koperasi Rp 100 juta, dengan rincian : a Program Perkassa pola konvensional
kepada 125 KSP dan USP koperasi Rp 100 juta sebesar Rp 12,5 milyar; b Program Perkassa pola syariah kepada 125 KJKS dan UJKS Rp 100 juta
sebesar Rp 12,5 milyar. Demikian juga Program Perkassa dengan alokasi Rp 25 milyar dapat dirasakan manfaatnya oleh 6.175 orang anggota koperasi. Dengan
asumsi setiap anggota mampu merekrut dua orang tenaga kerja, maka melalui Program Perkassa diharapkan dapat menyerap 12.350 orang tenaga kerja
Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2007
b
. Rincian lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Program P3KUM dan Perkassa dari tahun 2005-2007
2005 2006
2007 Jumlah
Program Kop
Rp M Kop
Rp M Kop
Rp M Kop
Rp M P3KUM
426 96,8 1.576
137,95 2000
200 4.002
434,75 Program
Perkassa -
- 197
19,7 250
25 447
44,7 Total
4.449 479,45
Kumulatif dari tahun 2003 sd 2005 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2008
c
P3KUM dan Program Perkassa mempunyai karakter yang relatif sama, baik jumlah pinjaman maupun sasaran yang diberikan pinjaman. Jumlah pinjaman yang
diberikan kepada KSP dan USP Koperasi relatif sama, yaitu Rp 50 juta atau Rp 100 juta sesuai dengan kebutuhan dan alokasi anggaran APBN yang ada. Sasaran yang
diberikan pinjaman sama, yaitu usaha mikro yang bergerak di bidang pertanian, perikanannelayan, peternakan, industri kerajinanindustri rumah tangga, pedagang
kaki lima dan warung-warung kecil. Bedanya, P3KUM dialokasikan kepada KSP dan USP Koperasi biasa.
Sedangkan Program Perkassa khusus dialokasikan kepada Koperasi Wanita. Koperasi Wanita adalah koperasi yang para anggota dan pengelolanya adalah
wanita. Koperasi Wanita umumnya banyak mengalami kemajuan dalam pengelolaan organisasi maupun usahanya. Hal ini disebabkan para wanita mempunyai sifat-sifat
khusus yang secara naluri melekat dan dimiliki oleh para wanita, yaitu kejujuran, keuletan, kegigihan dan kehati-hatian dalam mengambil keputusan. Sifat-sifat
tersebut sangat diperlukan dalam pengelolaan koperasi yang sehat, yaitu sehat organisasi, sehat usaha dan sehat mental.
Kedua jenis program dana stimulan ini dialokasikan kepada KSP dan USP Koperasi yang kini jumlahnya lebih dari 36.000 unit dan sebarannya mencapai
seluruh kecamatan di Indonesia. KSP dan USP Koperasi dapat melayani para anggota koperasi yang pada umumnya juga UKM. Oleh karena itu program dana
stimulan merupakan program strategis untuk menggerakkan sektor riil dan meningkatkan produktivitas usaha. Bergeraknya sektor riil dan meningkatnya
produktivitas usaha dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Di samping itu juga meningkatmya pendapatan dan kesejahteraan para anggota
koperasi serta masyarakat di sekitarnya yang berarti dapat mengurangi jumlah kemiskinan.
III. METODE KAJIAN